BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah
disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada
masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian
kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan
manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta
kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri.
Dengan
itu kami mengangkat judul :
“ Menerapkan prinsip komonikasi
Sesuai dengan Konsep Tumbuh Kembang pada
pasien kronis“
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa yang di maksud dengan penyakit
kronis?
1.2.2
Apa penyebab dari penyakit kronis?
1.2.3
Bagaimana cara menyampaikan berita buruk
pada pasien kronis?
1.2.4
Bagaimana cara berkomonikasi dengan
pasien kronis?
1.3 Tujuan
1.3.1
Menjelaskan tentang pengertian penyakit
kronis
1.3.2
Menjelaskan penyebab dari timbulnya
penyakit kronis
1.3.3
Memberikan pemaparan secara jelas
mengenai penyampaian berita buruk terhadap pasien kronis
1.3.4
Menjelaskan
bagaiman berkomonikasi dengan penderita penyakit kronis dengan benar
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian penyakit kronis
Penyakit
kronis di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang
berkaitan dengan gejala gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan
jangka panjang, sebagian dari penatalaksanaan ini mencakup belajar untuk hidup
dengan gejala kecacatan, sementara itu pula ada yang menghadapi segala bentuk
perubahan identitas yang di akibatkan oleh penyakit.
2.2 Penyebab penyakit kronis
Penyakit
kronis dapat di derita oleh semua kalangan maupun kelompok usia, tingkat
sosial,ekonomi dan budaya. Kemajuan dalm teknologi perawatan dan farmakologi
telah memperpanjang rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit
kronis yang mendasari. Peningkatan dalam metode skrining dan diagnosa
memungkinkan deteksi dini penyakit, sementara kondisi tersebut masih dapat di
obati, dengan demikian juga meningkatkan umur panjang. Meskipun merupakan
penyakit infeksi AIDS merupakan penyakit kronis karna perkembangan dan
penggunaan medikasi baru untuk mengobati infeksi opotunistik.
Meskipun teknologi dapat
menyelamatkan hidup, teknologi juga dapat mengakibatkan masalah masalah kronis
yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya.
Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi bayi
yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat
mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator
dan kebutaan.
2.3 Fase kehilangan pada penyakit
kronis dan tekhnik komonikasi
Tiap
fase yang di alami oleh psien kritis
mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon
yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien
tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan
fase kehilangan yang di alami pasien.
1. Fase
Denial ( pengikraran )
Reaksi
pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau
menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi
“.
Bagi
individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus
mencari informasi tambahan.
Reaksi
fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak
tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu
beberapa menit sampai beberapa tahun.
Teknik
komonikasi yang di gunakan :
a. Memberikan
kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi kehilangan
dan kematian
b. Selalu
berada di dekat klien
c. Pertahankan
kontak mata
2. Fase
anger ( marah )
Fase
ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, ornag ornag tertentu atau di
tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif,
bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak
becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik
komonikasi yang di gunakan ;
A. Memberikan
kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya
B. Hearing..
hearing.. dan hearing..
C. Menggunakan
teknik respek
3. Fase
bargening ( tawar menawar )
Apabila
individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan
maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering
di nyataka dengan kata kata “ kalau saja
kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses
berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya “
Teknik
komonikasi yang di gunakan :
a. Memberi
kesempatan kepada pasien untuk menawar
b. Menanyakan
kepada pasien apa yang di ingnkan
4. Fase
depression
Individu
fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut
atau dengan ungkapan yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga.
Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libugo menurun
Teknik
komonikasi yang di gunakan :
a. Jangan
mencoba menenangkan klien
b. Biarkan
klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5. Fase
acceptance ( penerimaan )
Fase
ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan
kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi
perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada
salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Teknik
komonikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan
sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien
D. Menyampaikan
berita buruk
langkah
langkah nya adalah ;
1.
Persiapan
Pahami
anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam
informasi
Yang
paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung
dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan
hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri,
datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda
“
Selain
itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat,
dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda
memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara
sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit
yang banyak ornag.
Beritahukan
rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita
kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar
2.
Membuat
hubungan
Buatlah
percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara
sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa
tugas penting di awal ;
a. Percakapan
awal
Perkenalkan
diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat ornag yang elum
di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.
b. Kaji
status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk)
Tanyakan
kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentnag pemahaman
resipien terhadap situasi.
Hal
ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk
dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan.
Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperyi “ mengapa tes itu di lakukan?”
3.
Berbagi
cerita
Ada
kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai
semua yang ada lingkungannya.
a. Bicara
pelan
b. Berikan
peringatan awal “ saya takut saya
mempunyai kabar yang kuran baik untuk anda.... “
c. Sampaikan
berita yang akan di sampaikan, jika itu adalah suatu diagnosa, minta dokter
untuk menyampaikannya langsung. Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat
pendek saja.
4.
Akibat
dari berita
a. Tunggu
reaksi dan tenang
Misal
: menangis, pingsan dll
b. Liat
dan berikan respon sebagai tanda empati
Dan
perawat bisa menyampaikan “ saya paham,
hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada
dalam pikiran anda saat ini?
c. Ikuti
dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda
dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
“ apakah
anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “
5.
Berikan
perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat
Sering
kali perwat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk.
Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di
perlukan dan bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri unntuk
menenangkan diri dengan bermeditasi dan berdoa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi
dapat di simpulkan bahwa teknologi juga mempengaruhi terhadap terjangkitnya
penyakit kronis, kenapa? Karna teknologi juga dapat mengakibatkan masalah
masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk
menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan
hidup bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi
tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan
terhadap ventilator dan kebutaan.
3.2 Saran
Sebagai
calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam memberikan asuhan
keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara benar dan bijaksana
sehingga terciptalah generasi generasi penerus yang berkualitas
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukhripah.2001.Komonikasi Terapeutik.Jakarta.Aditama
Akses tanggal : 23 Desember 2011
Pukul : 14.00 Wib
Akses : 20 Desenber 2011
Pukul : 16.00 Wib
Akses : 20 Desember 2011
Pukul : 15.00
repost ya
BalasHapusbagus. thx ya
BalasHapus