Minggu, 08 Desember 2013

Askep Infeksi saluran kemih



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang  lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif, mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin, hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius.
Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember). Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003).
Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Seperti apakah anatomi fisiologi system perkemihan?
1.2.2        Apa yang di maksud dengan ISK?
1.2.3        Apa penyebab terjadinya ISK?
1.2.4        Bagaimana patofisiologinya?
1.2.5        Bagaimana manifestasi klinis dari ISK?
1.2.6        Apa saja komplikasi dari ISK?
1.2.7        Bagaimana penatalaksanaan dari ISK?
1.2.8        Dan Bagaimana asuhan keperawatannya?

1.3  Tujuan
1.3.1        Mejelaskan tentang anatomi fisiologi system perkemihan
1.3.2        Menjelaskan tentang definisi ISK
1.3.3        Menjelaskan tentang penyebab dari ISK
1.3.4        Mejelaskan tentang patofisiologi ISK
1.3.5        Menjelaskan tentang manifestasi klinis ISK
1.3.6        Menjelaskan tentang komplikasi dari ISK
1.3.7        Menjelaskan bagaimana penatalaksanaan pada pasien ISK
1.3.8        Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien ISK








BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi
 








Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Adapun fungsi dari ginjal adalah:
1.      Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis/racun
2.      Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3.      Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
4.      Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh
5.      Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,kreatinin dan amoniak
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
2.2 Definisi







Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di sebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli, resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998)
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)

ü Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :
1.      Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari satu atau kedua ginjal. Inflamasi pelvis ginjal yang paling sering adalah kuman yg berasal dari kandung kemih menjalar ke pelvis ginjal. Pielonefritis ada yang akut dan kronis/menahun.


2.      Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi pada vesika urinari) lebih sering terdapat pada wanita dari pada pria karna dekatanya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme gram negative dapat sampai ke saluran kemih selama bersetubuh, trauma uretra, atau karana kurang higinies.
Biasanya organisme ini cepat di keluarakan sewaktu berkemih ( Miksi ). Pada pria secret prostat memiliki sifat antibacterial. Akibat paling bahaya dari sistitis adalah pielonefritis, dengan naiknya kuman kuman dari kandung kemih ke pelvis ginjal. Manifestasi klinis menunjukkan bakteriuria pada 60-70% kasus, dysuria, sering berkemih, merasa ingin berkemih terus, sakit di atas suprapubis. Setiap pasien yang di pasang kateter memiliki resiko tinggi terkena sisititis.
3.      Uretritis
Infeksi yang terjadi pada uretra. Sama halnya dengan sistitis, uretritis ini disebabkan oleh Organisme gram negative yang di dapat selama bersetubuh, trauma uretra, atau karna kurang higinies.

2.3   Etiologi
1.      Bakteri (Eschericia coli)
2.      Jamur dan virus
3.      Prostat hipertropi (urine sisa)/BPH

2.4  Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1.      Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
2.      Hematogen
3.      Asending
4.      Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi.
Dua jalur utama terjadinya ISK ialah, hematogen dan asending, tetapi dari dua cara ini asendinglah yang paling sering terjadi.


1.      Infeksi Hematogen
Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang ada infeksi hematogen E.coli.
2.      Infeksi Asending
a.       Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti, basil difteroid, streptokokus.
Disamping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuteral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Karena peran factor predisposisi, maka kolonisasi basil koliform pada wanita didaerah tersebut diduga karena Adanya perubahan flora normal di daerah perineum dan berkurangnya antibody local.
b.      Masuknya mokroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah:
ü  Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada wanita daripada laki-laki, hal ini disebabkan oleh Uretra wanita lebih pendek terletak lebih dekat pada anus sedangkan uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang sangat kuat.
ü  Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin.

ü  Faktor lain, misalnya:
1.      Kebersihan alat kelamin bagian luar.
2.      Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks intrareral. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Valvulo vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena:
1.      Edema mukosa ureter akibat infeksi
2.      Tumor pada kandung kemih dan penebalan dindidng kandung kemih.

     2.5 Manifestasi Klinis
Ø  Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
1.      Mukosa memerah dan oedema
2.      Terdapat cairan eksudat yang purulent
3.      Ada ulserasi pada urethra
4.      Adanya rasa gatal yang menggelitik
5.      Good morning sign
6.      Adanya nanah awal miksi
7.      Nyeri pada saat miksi
8.      Kesulitan untuk memulai miksi
9.      Nyeri pada abdomen bagian bawah.

Ø  Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
1.      Disuria (nyeri waktu berkemih)
2.      Peningkatan frekuensi berkemih
3.      Perasaan ingin berkemih
4.      Adanya sel-sel darah putih dalam urin
5.      Nyeri punggung bawah atau suprapubic
6.      Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

Ø  Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :
1.      Demam
2.      Menggigil
3.      Nyeri pinggang
4.      Disuria

2.5  Komlikasi
1.    Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2.    Gagal ginjal

2.6  Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1.         Urinalisis
ü  Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
ü  Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.

2.         Bakteriologis
ü  Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
ü  Biakan bakteri
3.         Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.
4.         Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.         Metode tes
ü  Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
ü  Tes Penyakit simplek
ü  Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

2.7  Penatalaksanaan
ü  Medis
1.         Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram negatif. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.
2.         Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak  yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
3.         Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
4.         Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
ü  Non Medis
1.      Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri.

2.      Daun Sirsak
Daun Sirsak dipercaya mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit karena daun sirsak memiliki kandungan yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh, seperti acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin. kandungan tersebut yang membuat daun sirsak mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit.
Daun sirsak memiliki khasiat yang sangat luar biasa yakni mampu menghambat pertumbuhan bakteri, menghambat perkembangan virus, menghambat perkembangan parasit, menghambat pertumbuhan tumor, merileksasi otot, anti kejang, meredakan nyeri, menekan peradangan, menghambat mutasi gen, menurunkan kadar gula darah, menurunkan demam, menurunkan tekanan darah tinggi, menguatkan saraf, menyehatkan jantung, meningkatkan produksi asi pada itu hamil, melebarkan pembuluh darah, membunuh cacing parasait, mengurangi stres, menguatkan pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Yang paling luar biasa adalah daun sirsak memiliki zat antikanker (acetogenins) yang kekuatannya 10.000 kali lipat lebih kuat dibandingkan dengan kemoterapi.
3.      Buah Manggis
Begitu banyak manfaat yang dapat kita rasakan dalam kulit manggis, karena kulit manggis mengandung Xanthone sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat antioksidan manggis melebihi vitamin E dan vitamin C. Xanthone yg terdapat di manggis merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa polyhenolic. Peneliti dari Universitas Taichung di Taiwan telah mengisolasi xanthone dan deviratnya dari kulit buah manggis di antaranya diketahui adalah 3-isomangoestein, alpha mangostin, Gamma-mangostin, Garcinone A, Garcinone B, C, D dan garcinone E, maclurin, mangostenol. Sebuah penelitian di Singapura menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan durian.
Xanthone tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis, oleh sebab itu buah manggis diberikan julukan sebagi ”Queen of Fruit” atau Si Ratu Buah. Dari berbagai penelitian, kandungan xanthone dan derivatnya efektif melawan kanker payudara secara in-vitro, dan obat penyakit jantung.
Kasiat garcinone E (devirat xanthone) ini jauh lebih efektif untuk menghambat kanker bila dibandingkan dengan obat kanker seperti flaraucil, cisplatin, vincristin, metohotrexete, dan mitoxiantrone.















BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
·         Pengkajian
Nama                   :
Umur                   :
Jenis kelamin       :
Suku bangsa        :
Pekerjaan             :
Pendidikan          :
Alamat                 :
Tanggal MRS      :
Diagnosa medis   :

a)       Keluhan utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b)      Riwayat penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.
c)      Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d)     Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e)      Riwayat psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah.





·         Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan Umum
Didapatkan klien tampak lemah
2.      Tingkat Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3.      Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
4.      Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )
5.      Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
6.      Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
7.      Sistem Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8.      Sistem Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

 Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyama : Nyeri pada daerah kandung kemih dan sekitarnya sehubungan dengan akibat adanya peradangan.
2.      Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan akibat adanya infeksi .
3.      Perubahan pola eliminasi urine : disuria, sehubungan dengan adanya akibat peradangan
4.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya sehubungan dengan kuranganya informasi.

Perencanaan  Keperawatan
1.        Gangguan rasa nyama : Nyeri pada daerah VU dan sekitarnya, sehubungan      dengan akibat adanya peradangan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 4 Jam nyeri berkurang
 KH:
1.             Rasa nyeri berkurang
2.             Pasien tampak rileks
3.             Ekspresi wajah tidak meringis
4.             Pasien dapat menyebutkan penyebab dan cara mengatasi nyeri.
5.             Skala nyeri 1-3
Intervensi
Rasional
Mandiri
1)          Kaji skala nyari

Agar dapat mangetahui tingkat nyeripada pasien
2)     Mengatur posisi tidur yang   nyaman

Akan mengurangi nyeri dan meningkatkan keinginan tidur pasien
HE
3)       Mengajarkan cara mengurangi rasa nyeri (relaksasi ) dan memberikan kegiatan positif

Tehnik relaksasi dapat megalihkan perhatian pasien dari perasaan nyeri sehingga klien merasa nyaman

4)      Ciptakan lingkungan terapiutik yang   nyaman

Lingkungan terapeutik yang tenang dan nyaman dapat mengurangi stress terhadap pasien
HE.
5)      Beri penjelasan tentang penyebab rasa nyeri
Menjelasan tentang penyebab rasa nyeri dapat memberikan informasi positif kepada klien dan keluarga sehingga dapat menurunkan kecemasan dan turut aktif dalam tindakan pengobatan
 Kolaborasi
pemberian Analgetik dan antibiotic

Analgetik dapat mengurangi nyeri dan antibiotic mengurangi dan menghilangkan factor penyebab nyeri


2.      Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan akibat adanya infeksi.
Tujuan :  Setelah dilakukan tindakan keperawat 1x24 jam suhu tubuh pasien menurun.
KH :
1)      Suhu tubuh pasien normal ( 36,5 – 37,50 c)
2)      Akral pasien teraba hangat
3)      TTV. 120/80
4)      Pasien tenang/rilexs

Intervensi
Rasional
Mandiri
1)      Kaji peningkatan suhu tubuh melalui pemeriksaan laboratorium

Untuk mengetahui factor penyebab peningkatan suhu tubuh dan untuk menetapkan program terapi selanjutnya

2)      Lakukan kompres dingin atau hangat pada tubuh

Kompres hangat dapat meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah sedangkan kompres dingin meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah.

Kolaborasi
3)      Melaksanakan program terapi : Penatalaksanaan antipiretik sesuai indikasi
:Antipiretik menurunkan demam
Observasi 
4)  Memonitor tanda – tanda vital

Untuk mengetahui keadaan pasien

5)   Monitor intake dan output cairan
Intake dan out put yang kurang dapat merangsang perkembangan bakteri dalam vesica urinaria



3.      Perubahan pola eliminasi urine ; disuria, sehubungan dengan adanya akibat peradangan .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pola eliminasi kembali normal
KH:   1)  Pola eliminasi urine kembali normal
          2) Keluhan bak tidak ada lagi.
Intervensi
Rasional
  Mandiri
1)      Kaji keluhan buang air kacil

Untuk mengetahui masalah eliminasi dan menentukan tindakan yang tepat

2)      Kosongkan kandung kemih tiap 2-3 jam
Untuk mencegah perkembangan bakteri
3)      Tampung urine 24 jam untuk pemeriksaan dan kaji pengeluaran urine ( jmulah, waran, bau)

Untuk mengetahui agen penyebab gangguan ISK
  HE
4)      Jelaskan penyebab perubahan pola eliminasi
Untuk mengurangi kecemasan klien

5)      Anjurkan pasien untuk minum cukup bila tidak ada kontra indikasi

Untuk rehidrasi cairan dan untuk pengeluaran bakteri dan mikroorganisme lainnya
Observasi
6)      sedini mungkin tanda-tanda gagal ginjal
Untuk mencegah terjadinya komplikasi











4.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya sehubungan dengan kuranganya onformasi yang ditandai dengan sering bertanya –Tanya.
Tujuan : setelah dilakukan 1 x 24
KH: Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat
Intervensi
Rasional
Mandiri
1)      Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang di derita
Untuk mengetahui kesiapan pasien dan keluarga serta untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita

HE
2)      Jelaskan secara singkat tentang
Untuk menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit,












BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001)
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di sebabkan oleh bakteri terutama escherichia coli, resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998)
Dimana ISK terbagi menjadi 3 bagian :
1)      Uretritis ( Infeksi pada uretra)
2)      Pielonefritis ( Infeksi pada ginjal )
3)      Sistitis ( Infeksi pada vesika urinary )

4.2  Saran
Kami sebagai mahasiswa mahasiswi keperawatan sangat sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat dan memeberi pengetahuan lebih tantang pentingnya menjaga kebersihan tubuh terlebih lagi pada organ vital kita, terutama pada wanita, karna ISK ini sering sekali terjadi pada wanita dari pada laki laki, tpi bukan berarti yang laki laki tenang tenang saja, tetap jaga kebersihan itu sangat penting untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat.





DAFTAR PUSTAKA
Tambayong jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta. EGC
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI