Jumat, 11 April 2014

ASKEP ABSES RENAL



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.  Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan  rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang  terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan  mati. Sel darah  putih yang mati  inilah yang  membentuk nanah, yang mengisi  rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri dari infeksi  bepergian ke ginjal melalui aliran darah atau  infeksi saluran  kemih bepergian ke ginjal dan kemudian  menyebar  ke jaringan  ginjal.
Abses ginjal adalah  penyakit  yang  sangat  tidak  biasa,  tetapi  umumnya terjadi  sebagai akibat dar i masalah umum seperti  radang  ginjal, penyakit batu dan refluks vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat berkembang dari sumber  infeksi di setiap area tubuh . Abses kulit multiple dan  penyalah gunaan obat  intravena  juga dapat menjadi sumber abses ginjal. Infeksi  saluran  kemih yang  rumit terkait dengan batu, kehamilan, kandung  kemih neurogenik dan diabetes  mellitus juga menempatkan seseorang  pada risiko untuk abses ginjal.

1.2    Rumusan Masalah
1.2.1        Rumusan Masalah
1.2.1.1      Bagaimana anatomi dan fisiologi perkemihan ?
1.2.1.2      Apa definisi dari abses renal ?
1.2.1.3      Apa etiologi dari abses renal ?
1.2.1.4      Apa patofisiologi dari abses renal ?
1.2.1.5      Apa manifestasi klinis dari abses renal ?
1.2.1.6      Bagaimana pemeriksaan penunjang dari abses renal ?
1.2.1.7      Bagaimana penetalaksanaan medis dari abses renal ?
1.2.1.8      Apa komplikasi dari abses renal ?
1.2.1.9      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal ?

1.3         Tujuan
1.3.1   Umum
1.3.1.1      Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan asuhan keperawatan pada pasien abses renal.

1.3.2   Khusus
1.3.2.1      Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan.
1.3.2.2      Mengetahui definisi dari abses renal.
1.3.2.3      Mengetahui etiologi dari abses renal.
1.3.2.4      Mengetahui patofisiologi dari abses renal.
1.3.2.5      Mengetahui manifestasi klinis dari abses renal.
1.3.2.6      Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abses renal.
1.3.2.7      Mengetahui penetalaksanaan medis dari gagal ginjal kronik.
1.3.2.8      Mengetahui komplikasi dari abses renal.
1.3.2.9      Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal.
























BAB II
PEMBAHASAN
1.1  Anatomi dan Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1.      GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
a.       Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
a)        Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
b)   Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
c)        Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).
b.      Fungsi Ginjal:
1.      Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2.      Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3.      Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4.      Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c.       Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

2.      URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a.    Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b.    Lapisan tengah otot polos
c.    Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3.      VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a.         Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b.         Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c.         Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4.      URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki terdiri dari :
a.    Uretra Prostaria
b.    Uretra membranosa
c.    Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.



1.2 Definisi
Abses ginjal adalah abses yang terdapat pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2 macam, yaitu abses korteks ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut karbunkel ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman Stafilokokus aureus yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar sistem saluran kemih (antara lain dari kulit). Abses kortiko-medulare merupakan penjalaran infeksi secara asending oleh bakteri E. Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare ini seringkali merupakan penyulit dari pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo, 2011)
Abses perirenal adalah abses yang terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang terletak di luar ginjal tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal adalah abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar 3-3). Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga perirenal, sedangkan abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses erirenal yang mengalir ke rongga pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke rongga pararenal. (Basuki P. Purnomo, 2011)
1.4  Etiologi
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
  1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
  2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
  3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
  1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
  2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
  3. Terdapat gangguan sistem kekebalan.

1.5  Patofisiologi
Abses ginjal hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses kortikal. Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi menaik oleh organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses corticomedullary lebih mungkin untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga membentuk abses perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah akut dan kronis ginjal.

1.5 Manifestasi Klinis
Menurut  (Basuki P. Purnomo, 2011) :
a.       Nyeri pinggang
b.      Demam disertai menggigil
c.       Teraba massa sipinggang (pada abses peri atau pararenal)
d.      Keluhan miksi jika fokus infeksinya berasaal dari : saluran kemih, anoreksia, malas dan lemah.
Gejala ini sering didiagnosis banding dengan pielonefritis akut. Nyeri dapat dirasakan pula di daerah (1) Pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi ke subprenik dan Intrathorakal (2) Inguinal (3) abdominal akibat pada peritoneum posterior. Nyeri pada saat hiperekstensi pada sendi panggul adalah tanda dari penjalaran infeksi ke otot psoas.

1.6 Pemeriksaan Diagnosis
Menurut  (Basuki P. Purnomo, 2011) :
a.       Pemeriksaan Urinalalis
Menunjukkan adanya oluria dan hematuria
b.      Kultur Urine
Menunjukkan penyebab infeksi
c.       Pemeriksaan darah
Terdapat leukositosis dan laju endap darah yang meningkat
d.      Pemeriksaan foto polos abddomen
Didapatkan kekaburan pada daerah pinggang, bayanga psoas menjadi kabur, terdapat bayangan gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di saluran kemih. Adanya proses pada subdiafragma akan tampak pada foto thoraks sebagai ateletaksis, efusi pleura, empiema, atau elevasi diafrgama.
e.       Pemeriksaan USG
Adanya cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sanagt tergantung pada kemampuan pemeriksa.
f.       Pemeriksaan CT Scan
Dapat menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal, maupun pararenal

1.7 Penatalaksanaan
Menurut  (Basuki P. Purnomo, 2011) :
Jika dijumpai suatu abses harus dilakukan drainase, sedangkan sumber infeksi diberantas dengan pemberian antibiotika yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi terbuka ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan berbagai pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan sumbernya.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Pengkajian
a.  Anamnesis
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi keluhan infeksi kulit atau infeksi saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam 11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang atau kostovertebra.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
            Mengkaji apakah ada riwayat penyakit seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada daerah tubuh  lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil. Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian di dokumentasikan.
d.  pengkajian psikososiokultural
            adanya nyeri, benjolan pada pinggang dan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa cemas pada pasien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
            Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat kesadaran biasanya composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan suhu tubuh meningkat, nadi meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, TD tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit hipertensi renal
3.3 Pemeriksaan Fisik Fokus
Inspeksi. Terdapat pembesaran pada daerah costovertebra. Pada abses yang mengenai ginjal sering didapatkan penurunan urin output karena terjadi penurunan dari fungsi ginjal. Pasien mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul kesisikontra lateral.
Palpasi. Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada costovertebra.
Perkusi.  Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran nyeri kepingang dan perut
3.4 DiagnosaKeperawatan
1.      Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi, kontraksiototefek sekunder, adanyaabses renal.
2.      Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses renal.
3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
4.      Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum
5.      Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisisakit, dan perubahan kesehatan.
3.5 RencanaKeperawatan
Rencana keperawatan
1.   Nyeri b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya abses renal
Tujuan           : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi.
Kriteriahasil :    - Pasien mengatakan nyeri berkurang / terkontrol
- Skala nyeri 0-4
- Raut wajah rileks
- TTV Normal (TD: 120/80 mmHg ; Nadi : 60-100x/menit ; T : 36,5oC-37,5oC ; RR : 16-24x/menit)
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.    Beri posisi yang nyaman pada pasien


2.    Beri lingkungan yang nyaman dan tenang pada pasien

3.    Istirahatkan pasien


4.    Lakukan masase sekitar nyeri


H. E :
1. Ajarkan tehnik distraksi

2. Ajarkan tehnik nafas dalam


Kolaborasi :
1.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat  analgetik sesuai indikasi

Observasi:
1.    Kaji nyeri menggunakan PQRST

2.    Kaji TTV pasien
Mandiri :
1.   Posisi yang nyaman akan mengurangi rasa nyeri pasien sehinggga pasien dapat beristirahat
2.   Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri ekternal dan menganjurkan pasien untuk beristirahat
3.      Istirahat akan menurunkan O2 jaringan perifer sehingga akan meningkatkan suplai darah ke jaringan
4.      Meningkatkan kelancaran suplai darah untuk menurunkan iskemik

HE :
1.      Distraksi (pengalihan perhatian) dapat mengurangi persepsi nyeri
2.      Meningkatkan asupan O2 sehinggadapt menurunkan nyeri sekunder

Kolaborasi :
1.      Mempercepat penyembuhan, untuk mengurangi nyeri

Observasi :
1.      Mengetahui tingkat kapasitas nyeri pasien
2.      Memantau keadaan pasien

2. Hipertermi b.d repons istemik sekunder, adanya abses renal.
Tujuan          : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh pasien menurun/ kembali normal
K.H              : - Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)
                      - Akral hangat
                      - Mukosa bibir lembab
                      - Turgor kulit tidak tampak kemerahan
Intervensi
Rasional
Mandiri:
1. Beri kompres air hangat
2. Pertahan kantirah baring total



H. E :
1. anjurkan pasien untuk banyak minum
2. Anjurkan pasien memakain pakaian yang tipis

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian antipiretik dan antibiotic

Observasi :
1.    Monitor suhu tubuh


2. observasi keadaan umum tubuh pasien
Mandiri :
1.    Memvasodilatasi pembuluh darah
2.    Mengurangi peningkatan metabolisme umum yang memberikan dampak terhadap peningkatan suhu tubuh secara sistemik
HE :
1.      Untuk pemenuhan hidrasi cairan dalam tubuh
2.      Untuk mempercepat evaporasi sehingga terjadi proses penguapan
Kolaborasi :
1.      Untuk mempercepat penyembuhan, menurunkan suhu tubuh

Observasi :
1.      Mengetahui /mengontrol adanya peningkatan suhu tubuh untuk di berikan intervensi selanjutnya
2.      Memantau keadaan pasien

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
K.H       : - Porsi makan habis
               - BB meningkat
               - Mukosa bibir lembab
               - Hb dan Albumin Normal
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Berikan makanan lunak
2. Berikan makanan setengah padat dengan sedikit air

HE :
1. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
2. Anjurkan pasien untuk menelan secara berurutan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antasida

Observasi :
1. Kaji suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus, misalnya : diare, konstipasi

Mandiri :
1.      Memudahkan masuknya makanan
2.      Meningkatkan kemampuan pasien dalam menelan

HE :
1.      Membantupemenuhan nutrisi peroral pasien
2.      Mencegah kelelahan pasien saat makan


Kolaborasi :
1.      Mengurangi mual / ggn lambung pasien
Observasi :
1.      Mengetahui Fungsi system gastrointestinal penting untuk pemasukan makanan

4. Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara umum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, terjadi peningkatan perilaku dalam perawatan diri
K.H            : - pasien menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri
                     - pasien mampu dalam melakukan aktivitas
                     - koordinasi otot , tulang, rangka baik
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.      Beri lingkungan yang tenang

2.      Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi pasien

3.      Berikan latihan ROM


HE :
1.      Ajarkan pasien untuk mobilisasi


Kolaborasi :
1.      Rencanakan tindakan dengan tim medis lain untuk dalam memberikan tindakan fisioterapi yang tepat
Observasi :
1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
Mandiri:
1.      Lingkungan yang tenang membantu pasien untuk beristirahat
2.      Melatih perkembangan pasien


3.      Membantu melatih otot, tulang dan rangka
HE :
1.      Untuk melancarkan peredarah darah sehingga keaadan pasien tidak kaku

Kolaborasi :
1.      Mempercepat adanya peningkatan aktivitas pasien
Observasi :
1.      Untuk mengetahui tingkat kemampuan aktivitas pasien

5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan pasien berkurang
K.H       : - Pasien menyatakan kecemasan berkurang
                - Mengenal perasannya
                - Kooperatif dalam tindakan
                - W ajah tampak rileks
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1.      Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
2.      Beri kesempatan kepadapasien untuk mnegungkapkan perasaannya

3.      Beri privasi untuk pasien dan orang terdekat



HE:
1.      Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan selama perawatan

Kolaborasi :
1.      Kolaborasi dengantim medis lain dalam pemberian obat anti cemas sesuai indikasi

Observasi :
1.      Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, damping pasien dan lakukan tindakan bila menunnjukkan perilaku merusak
Mandiri :
1.      Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
2.      Dapatmenghilangkanketegangan terhadap kekawatiran yang tidak diekspresikan
3.      Memberikan waktuuntuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan kecemasan dan perilaku adaptasi

HE :
1.      Menurunkan kecemasan pada setiap tindakan yang akan dilakukan


Kolaborasi :
1.      Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan


Observasi :
1.      Relaksasiverbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi,marah, gelisah