BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infark
miokard akut adalah suatu keadaan di mana terjadi nekrosis otot jantung akibat
ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan suplai oksigen yang terjadi secara
mendadak. Penyebab yang paling sering adalah terjadinya sumbatan koroner
sehingga terjadi gangguan aliran darah. Sumbatan tersebut terjadi karena ruptur
plak yang menginduksi terjadinya agregasi trombosit, pembentukan trombus, dan
spasme koroner.
Serangan
infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak
seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa
pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah
mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan
angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa,
infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada
jam-jam awal dipagi hari.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana
anatomi fisiologi infark miokard ?
1.2.2 Bagaimana definisi infark miokard akut ?
1.2.3 Bagaimana etiologi infark miokard akut ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi infark miokard akut?
1.2.5 Bagaimana tanda dan gejala infark miokard akut?
1.2.6 Bagaimana jenis-jenis
infark miokard?
1.2.7 Bagaimana prognosis
infark miokard?
1.2.8 Bagaimana insidensi infark
miokard ?
1.2.9 Bagaimana diagnosis infark
miokard ?
1.2.10 Bagaimana
komplikasi infark miokard ?
1.2.11 Bagaimana
pencegahan infark miokard ?
1.2.12 Bagaimana
sistem pelayanan kesehatan infark miokard ?
1.2.13 Bagaimana
penatalaksanaan pada infark miokard ?
1.2.14 Bagaimana
hasil-hasil penelitian infark miokard ?
1.2.15 Bagaimana etika keperawatan ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui
penanganan pada pasien dalam penyakit infark miokard
1.3.2
Tujuan
Khusus
1.3.2.1
Mahasiswa mampu mengetahui anatomi
fisiologi infark miokard akut
1.3.2.2 Mahasiswa
mampu mengetahui definisi infark miokard akut
1.3.2.3 Mahasiswa
mampu mengetahui etiologi infark miokard akut
1.3.2.4 Mahasiswa
mampu mengetahui patofisiologi infark miokard
akut
1.3.2.5 Mahasiswa
mampu mengetahui tanda dan gejala infark miokard
akut
1.3.2.6 Mahasiswa
mampu mengetahui jenis-jenis infark miokard akut
1.3.2.7 Mahasiswa
mampu mengetahui prognosis infark miokard akut
1.3.2.8 Mahasiswa
mampu mengetahui insidensi
infark miokard akut
1.3.2.9 Mahasiswa
mampu mengetahui diagnosis infark
miokard akut
1.3.2.10 Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi infark
miokard akut
1.3.2.11 Mahasiswa mampu
mengetahui pencegahan infark miokard akut
1.3.2.12 Mahasiswa mampu
mengetahui sistem pelayanan kesehatan infark
miokard akut
1.3.2.13 Mahasiswa mampu
mengetahui penatalaksanaan pada infark miokard akut
1.3.2.14 Mahasiswa mampu
mengetahui hasil-hasil penelitian infark miokard akut
1.3.2.15 Mahasiswa
mampu mengetahui etika
keperawatan
1.4 Manfaat
Dengan
makalah ini diharapkan:
1.4.1
Perawat lebih mengerti dan paham mengenai
penyakit infark miokard.
1.4.2
Masyarakat paham dengan penyakit infark
miokard sehinnga dapat melakukian pencegahan dan waspada pada penyakit infark
miokard
1.4.3
Pasien yang mengidap hipertensi paham
bagaimana penyakit infark miokard.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Fisiologi Infark Miokard
Jantung
berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas
kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima
kiri pada linea mid clavicular. Batas atas jantung terdapat pembuluh darah
besar (aorta, truncus pulmonalis, dll); bagian bawah terdapat diafragma; batas
belakang terdapat aorta descendens, oesophagus, dan columna vertebralis;
sedangkan di setiap sisi jantung adalah paru.
1. Atrium Kanan
Atrium kanan
berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar di belakang
sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui :
é Vena
cava superior pada ujung atasnya
é Vena
cava inferior pada ujung bawahnya
é Sinus
coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri)
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada
bagian depan pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri atrium lubang
atrioventrikular kanan membuka ke dalam ventrikel kanan.
2. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan
adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian besar sisi depan jantung.
Valva atrioventricular dextra (tricuspidalis) mengelilingi lubang
atrioventrikular kanan, pada sisi ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung
lain, terbentuk dari selapis tipis jaringan fibrosa yang ditutupi pada setiap
sisinya oleh endocardium.Katup trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup.
Basis setiap daun katup melekat pada tepi lubang. Tepi bebas setiap daun katup
melekat pada chordae tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan kecil
jaringan otot yang keluar dari myocardium dan menonjol ke dalam ventrikel.
Lubang pulmonalis ke dalam arteria pulmonalis berada pada ujung atas ventrikel
dan dikelilingi oleh valva pulmonalis,terdiri dari tiga daun katup semilunaris.
3. Atrium Kiri
Atrium kiri
adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian berlakang jantung. Dua
vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah dari paru.
Atrium membuka ke bawah ke dalam ventrikel kiri melalui lubang atrioventrikular.
Auricula sinistra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada
sisi kiri pangkal aorta.
4. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri
adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang jantung. Dindingnya
sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan. Valva atrioventrikular
sinistra (mitralis) mengelilingi lubang atrioventrikular kiri pada bagian
samping ventrikel, katup ini memiliki dua daun katup mendapat nama yang sama
dengan topi (mitre uskup), tepinya melekat pada chordae tendineae, yang melekat
pada penonjolan kerucut myocardium dinding ventrikel. Lubang aorta membuka dari
ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan dikelilingi oleh ketiga daun katup
aorta, sama dengan katup pulmonalis.
5. Myocardium
Myocardium
membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium tersusun dari serat –
serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan satu sama lain
oleh cabang – cabang muscular. Serat mulai berkontraksi pada embrio sebelum
saraf mencapainya, dan terus berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak
memperoleh inervasi.
6. Endocardium
Endocardium
melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada kedua sisinya.
Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan ikat,
licin dan mengkilat.
7. Pericardium
Pericardium
adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung. Pericardium merupakan
kantong berlapis dua, kedua lapisan saling bersentuhan dan saling meluncur satu
sama lain dengan bantuan cairan yang mereka sekresikan dan melembabkan permukaannya.
Jumlah cairan yang ada normal sekitar 20 ml. Pada dasar jantung (tempat
pembuluh darah besar, limfatik, dan saraf memasuki jantung) kedua lapisan terus
berlanjut. Terdapat lapisan lemak di antara myocardium dan lapisan pericardium
di atasnya.
8. Arteria
Coronaria
Kedua arteria
coronaria, kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding jantung. Arteri ini
keluar dari aorta tepat di atas katup aorta dan berjalan ke bawah masing –
masing pada permukaan sisi kanan dan kiri jantung, memberikan cabang ke dalam
untuk myocardium. Arteri ini menyuplai masing – masing sisi jantung tetapi
memiliki variasi individual dan pada beberapa orang, arteria coronaria dextra
menyuplai sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki relatif sedikit
anastomosis antara arteria dextra dan sinistra.
2.2 Definisi Infark Miokard
Akut
Infark Miokard adalah suatu keadaan
infark atau nekrosis otot jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigen
pada miokard(ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard).
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena
sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh
karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat
aliran darah ke jaringan oto jantung.
Infark miokardium adalah nekrosis
miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung. Klinis sangat mencemaskan
karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa
gejala pendahuluan. Infark miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri
koroner; prosesnya mula-mula berawal dari rupturnya plak yang kemudian diikuti
oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard
tergantung pada jenis arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral.
Tipe infark miokard didasarkan pada
lokasi infark dan meliputi lapisan-lapisan otot jantung. Infark miokard
dikelompokkan sebagai anterior,inferior,lateral atau posterior. Area infark
dapat meliputi sub-endokardium,epikardium atau seluruh lapisan(tiga lapisan)
otot jantung atau transmural. Kebanyakan infark miokard terjadi pada ventrikel
kiri karena suplaioksigen terbesar di tempat tersebut.
Aterosklerotik adalah suatu penyakit pada arteri-arteri besar dan sedang
dimana lesi lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam
dinding arteri. Sehingga mempersempit bahkan
menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal (Hudak & Gallo;
1997)
2.3 Etiologi Infark
Miokard Akut
Etiologi infark miokard akut yaitu(Wajan Juni) :
1. Coronary
arteri disease : arterosklerosis, artritis,trauma pada koroner, penyempitan
arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan ateri koroner
2. Coronary
artey emboli : infective endokarditis,
cardiac myxoma, cardiopulmonal bypass surgery, arteriografi koroner
3. Kelainan
kongenital : anomali arteri koronaria
4. Ketidakseimbangan
suplai oksigen dan kebutuhan miokard :
tirotoksikosis, hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau
insufisiensi aorta
5. Gangguan
hematologi : anemia, polisitermia vera,
hypercoagulabity,trombosis, trombositosis dan DIC.
Infark miokard
akut disebabkan oleh karena atherosclerosis atau penyumbatan total atau
sebagian oleh emboli dan atau thrombus
Faktor resiko
yang menjadi pencetus terjadinya Infark Miokard akut adalah :
1. Faktor
resiko yang dapat diubah
a) Mayor merokok, hipertensi, obesitas, hiperlipidemia,
hiperkolesterolimia dan pola makan (diit tinggi lemak dan tingi kalori).
b) Minor stress, kepribadian tipe A
(emosional, agresif, dan ambivalen) daninaktifitas fisik.
2. Faktor resiko
yang tidak dapat diubah
a) Hereditas/keturunan
b) Usia lebih dari 40 tahun
c) Ras, insiden lebih tinggi orang berkulit hitam. Sex, pria
lebih sering daripada wanita.
2.4 Patofisiologi
Infark Miokard Akut
Iskemia
yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan kerusakan sel
irreversibel serta nekrosis atau kematian otot. Bagian miokardium yang
mengalami infark atau nekrosis akan berhenti berkontraksi secara permanen.
Jaringan yang mengalami infark dikeliingi oleh suatu daerah iskemik yang
berpotensi dapat hidup.
Proses terjadinya infark
Thrombus
menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke bagian
distal terhambat., sel otot jantung
bagian distal mengalami hipoksia iskhemik infark, kemudian serat otot menggunakan
sisa akhir oksigen dalam darah, hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan
menjadi berwarna biru gelap, dinding arteri menjadi permeable, terjadilah
edmatosa sel, sehingga sel mati.
Mekanisme nyeri pada AMI
Hipoksia
yang terjadi pada jaringan oto jantung memaksa sel untuk melakukan metabolisme
CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat dan juga
merangsang pengeluaran zat-zatiritatif lainnya seperti histamine, kinin, atau
enzim proteolitik sleuler merangsang ujung-ujung syaraf reseptor nyeri di otot
jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat sraf aferen simpatis, kemudian
dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan
nyeri.
Perangsangan
syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :
1. Meningkatkan kerja jantung dengan
menstamulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi denyut jantunglebih dari
normal (takikardi).
2. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat
berlebihan.
3. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik
menurun, akumulai cairan di saluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga
merangsangf rasa mual / muntah.
4. Vasokonstriksi pembuluh darah ferifer, sehinga alir balik
darah vena ke atrium kanan meningkat, dan akhirnya yekanan darah meningkat.
2.5 Tanda dan
Gejala Infark Miokard Akut
Tanda dan gejala yang timbul pada
Infark Mioma akut adalah sebagai berikut.
- Nyeri
hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas
kiri, kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti
ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik.
- Takhikardi
- Keringat
banyak sekali
- Kadang
mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal
yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal
- Dispnea
- Abnormal
Pada pemeriksaan EKG (pelajari buku tentang EKG).
2.6 JENIS-JENIS
INFARK MIOKARD
1. MIOKARD
INFARK SUBENDOKARDIAL
Daerah subendokardial merupakan daerah
miokard yang amat peka terhadap iskemia dan infark. Miokard infark subendokardial
terjadi akibat aliran darah subendokardial yang relatif menurun dalam waktu
lama sebagai akibat perubahan derajat penyempitan arteri koroner atau
dicetuskan oleh kondisi-kondisi seperti hipotensi, perdarahan dan hipoksia.
Derajat nekrosis dapat bertambah bila disertai peningkatan kebutuhan oksigen
miokard, misalnya akibat takikardia atau hipertrofi ventrikel. Walaupun pada
mulanya gambaran klinis dapat relatif ringan, kecenderungan iskemia dan infark
lebih jauh merupakan ancaman besar setelah pasien dipulangkan dari Rumah Sakit.
2. MIOKARD
INFARK TRANSMURAL
Pada lebih dari 90% pasien miokard
infark transmural berkaitan dengan trombosis koroner. Trombosis seing terjadi
di daerah yang mengalami penyempitan arteriosklerotik. Penyebab lain lebih
jarang ditemukan. Termasuk disini misalnya perdarahan dalam plaque
aterosklerotik dengan hematom intramural, spasme yang umumnya terjadi di tempat
aterosklerotik yang emboli koroner. Miokard infark dapat terjadi walau pembuluh
koroner normal, tetapi hal ini amat jarang.
Klasifikasi Infark Miokard
Infark dapat di kelompokkan menjadi beberapa kelompok
anatomi umum :
a. Infark inferior mengenai permukaan diafragma jantung
sering disebabkan oleh oklusi koronaria kanan atau cabang desendensnya.
b. Infark dinding lateral mengenai dinding lateral kiri
jantung sering disebabkan oleh oklusi arteri sirkumfekta kiri.
c. Infark anterior mengenai permukaan anterior ventrikil
kiri biasanya disebabkan oleh penyumbatan arteri desendens anterior kiri.
d. Infark posterior mengenai permukaan posterior jantung
biasanya disebabkan oleh penyumbatan arteri koronaria kanan. (Santa Jota, 2002
)
2.7 PROGNOSIS INFARK
MIOKARD
Beberapa indeks prognosis telah diajukan, secara
praktis dapat diambil pegangan 3 faktor penting yaitu:
1.
Potensial terjadinya aritmia yang gawat (aritmia ventrikel dll)
2.
Potensial serangan iskemia lebih lanjut.
3.
Potensial pemburukan gangguan hemodinamik lebih lanjut (bergantung terutama
pada luas daerah infark).
2.8 INSIDENSI INFARK MIOKARD
Insiden
infark miokard akut di Italia meningkat tajam, khususnya di kalangan wanita
muda, antara tahun 2001 dan 2005, menurut sebuah studi komprehensif yang
didanai oleh Yayasan Kesehatan Manusia (HHF), sebuah badan amal Italia nirlaba
untuk penelitian biomedis dan pendidikan kesehatan di Spoleto , Italia.
Hasilnya dipublikasikan dalam Aging Clinical Experimental Research.
"Studi
ini menunjukkan bahwa informasi lebih lanjut tentang langkah-langkah untuk
mengurangi faktor risiko bagi terjadinya gagal jantung harus diarahkan pada
perempuan muda," kata Antonio Giordano, MD, PhD, Presiden dan Pendiri
Organisasi Kesehatan Sbarro Penelitian Bioteknologi (SHRO), terletak di
Fakultas Sains dan Teknologi di Temple University di Philadelphia dan Pendiri
dan Direktur dari Komite Penasehat Ilmiah HHF tersebut.
Penelitian
menunjukkan bahwa jumlah infark miokard akut lebih dari 118.000 (yang 75.000
pria dan 43.000 wanita) pada tahun 2005 terhadap 96.000 pada tahun 2001.
"Peningkatan
ini 17,2% pada pria dan 29,2% pada wanita," kata penulis Prisco
Piscitelli, MD, seorang ahli epidemiologi di ISBEM (Euro Mediterania Biomedis
dan Ilmiah Institut) di Brindisi, Italia, SHRO dan HHF. "Jumlah terbesar
rawat inap untuk gagal jantung tercatat pada pria berusia 45 hingga 64 tahun (29.900
kasus pada 2005) dan pada perempuan di atas 75 tahun (26.500 kasus). Pada
wanita kelompok usia kemudian menyusul pria, yang telah 24.000 penerimaan pada
tahun 2005. "
Di seluruh
papan, peningkatan jumlah rawat inap untuk gagal jantung 2001-2005 ditemukan lebih
tinggi pada perempuan di semua kelompok umur diperiksa, mencapai puncak sebesar
36% pada wanita lebih dari tujuh puluh lima tahun tetapi dengan 22% mengesankan
( dibandingkan dengan laki-laki 8% hampir stasioner) ditemukan pada wanita muda
berusia antara 45 dan 64 tahun.
"Dalam
HHF kami sebelumnya dan survei SHRO pada kanker payudara, kami juga menemukan
bahwa wanita muda khususnya memiliki peningkatan risiko penyakit," catatan
Dr Giordano. "Kita harus melakukan lebih banyak untuk melindungi dan lebih
mendidik pasien perempuan pada usia empat puluhan dan lima puluhan pada
faktor-faktor risiko untuk kedua kanker payudara dan gagal jantung."
Menurut
Alessandro Distante, MD, PhD, Direktur Ilmiah ISBEM dan satu-satunya Italia
telah menerima penghargaan bergengsi dari American College of Cardiology,
"Jadi cepat dan besar peningkatan penerimaan untuk serangan jantung pada
wanita yang lebih muda mungkin menjadi yang pertama terlihat konsekuensi dari
perubahan radikal dalam gaya hidup perempuan atas empat puluh tahun terakhir,
dengan pertumbuhan paparan faktor risiko kardiovaskular seperti merokok. "
Memperhatikan
peningkatan jumlah serangan jantung pada wanita di atas 75 tahun, studi ini
menegaskan pentingnya hilangnya efek perlindungan menopause di negara ditandai
dengan terus meningkatnya jumlah orang tua dan terutama perempuan yang lebih
tua.
Biaya rawat
inap dan perawatan di rumah sakit serangan jantung di Italia (termasuk
angioplasti dan bypass) melebar 305-370 juta euro untuk tahun 2001 sampai 2005.
Peningkatan biaya rehabilitasi pasca-peristiwa jantung meningkat
349000000-424000000 euro selama lima tahun.
"Mengingat
selalu bahwa proporsi pasien masih meninggal tanpa mencapai rumah sakit, biaya
tahunan untuk infark miokard akut bagi mereka yang datang ke rumah sakit
sebesar 800 juta euro pada 2005 dengan biaya rata-rata € 3115 per pasien. Hari
ini, sangat kemungkinan jumlah yang telah melebihi satu miliar euro per tahun,
"kata Dr Piscitelli.
2.9 DIAGNOSIS
- IMA
dengan ST elevasi
- Anamnesis
Pasien yang datang dengan keluhan
nyeri dada perlu dilakukan anamnesis secara cermat apakah nyeri dadanya berasal
dari jantung atau dari luar jantung. Jika dicurigai dari jantung perlu
dibedakan apakah nyerinya berasal dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis
pula apakah ada riwayat infark miokard sebelumnya serta faktor-faktor resiko
antara lain hipertensi, diabetes melitus, dislipidemi, merokok, stres serta
riwayat sakit jantung koroner pada keluarga.
Pada hampir setengah kasus, terdapat
faktor pencetus sebelum terjadi STEMI, seperti aktivitas fisik berat, stres
emosi atau penyakit medis lainnya. Walaupun STEMI bisa terjadi sepanjang hari
atau malam, variasi sirkadian dilaporkan pada pagi hari dalam beberapa jam
setelah bangun tidur.
- Pemeriksaan
fisik
Sebagian besar pasien cemas dan
tidak bisa istirahat. Seringkali ekstremitas pucat dan disertai keringat
dingin. Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat
dicurigai kuat STEMI. Sekitar seperempat pasien infark anterior mempunyai
manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis (takikardi dan atau hipotensi).
Dan hampir setengah pasien infark inferior menunjukan manifestasi
hiperaktivitas saraf parasimpatis (bradikardi dan/atau hipotensi).
Tanda fisik lain pada disfungsi
ventrikular adalah S4 dan S3 galop, penurunan intensitas bunyi jantung pertama
dan split paradoksikal bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik
atau late sistolic apikal yang bersifat sementara karena disfungsi
aparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Peningkatan suhu
sampai 38°C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.
2. IMA tanpa ST elevasi
Nyeri dada dengan lokasi khas
substernal atau kadang epigastrium dengan ciri seperti diperas, perasaan
seperti diikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan
menjadi manifestasi gejala yang sering ditemui pada NSTEMI.
Analisis berdasarkan gambaran klinis
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru angina berat
memiliki prognosis lebih baik jika dibandingkan dengan yang nyeri dada pada
saat istirahat. Walaupun gejala khas rasa tidak enak di dada iskemi pada NSTEMI
telah diketahui dengan baik, gejala tidak khas seperti dispneu, mual,
diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu atas, atau leher
juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih
dari 65 tahun.
3. Laboratorium
Tes Laboratorium Enzim Petanda
Jantung adalah AST, CK, CK-MB, LDH, Cardiac Troponin T, mioglobin dan juga
telah dikembangkan tes high sensitiviti C-Reaktif Protein(hs-CRP).
a) AST
AST juga cepat akan meningkat dan
cepat menurun pada saat terkena serangan jantung. Namun AST tidak spesifik
untuk kelainan jantung karena selain dalam otot jantung juga terdapat pada
hepar dalam jumlah besar, ginjal dan organ otak dalam jumlah kecil. AST
sedapat-dapatnya diperiksa setiap hari selama 5 hari pertama dan bila perlu 2
kali sehari (pagi dan sore). SGOT pada IMA naik dengan cepat, setelah 6 jam
mencapai 2 kali nilai normal, biasanya kembali normal dalam 2-4 hari.
b) LDH
LDH Merupakan enzim yang
mengkatalisis perubahan reversibel dari laktat ke piruvat. Ada 5 isoenzim LDH
(LDH1-LDH2 terutama pada otot jantung). Kadarnya meningkat 8-12 jam setelah
infark mencapai puncak 24-28 jam untuk kemudian menurun hari ke-7. Enzim α-HBDH
dan LDH termasuk lambat meningkat dan lambat menurun. Keduanya dimintahkan
pemeriksaan tiap hari selama 5 hari pertama.LDH meninggi selama 10-14 hari.HBDH
bahkan beberapa hari lebih lama. Interpretasi LDH : Peningkatan LDH pada IMA
dapat mencapai 3-5 kali nilai rujukan.Peningkatan 5 atau lebih nilai rujukan ;
anemia megaloblastik, karsinoma tersebar, hepatitis, infark ginjal.Peningkatan
3-5 kali nilai rujukkan pada infark jantung, infark paru, kondisi hemolitik,
leukemia, distrofi otot dan peningkatan 3 kali nilai rujukkan pada penyakit
hati, syndrome nefrotik, hipotiroidisme.
c) CK total
Creatine Kinase Adalah enzim yg
mengkatalisis jalur kretin-kretinin dalam sel otak & otot. Pada IMA CK
dilepaskan dalam serum 48 jam setelah kejadian dan normal kembali > 3
hari.Perlu dipanel dengan AST untuk menaikkan sensitifitas. Peningkatan CK pada
IMA : Peningkatan berat (5 kali nilai rujukan) dan Peningkatan ringan – sedang
(2-4 kali rujukan)
d) CK-MB
CK-MB Merupakan Isoenzim CK. Seperti
kita ketahui ada beberapa jenis CK yaitu CK-MM, CK-BB dan CK-MB. M artinya
muscular/skelet (otot) dan B artinya brain (otak). Jumlah CK-MB ternyata lebih
banyak di dalam otot jantung sehingga spesifik untuk kelainan jantung. CK-MB
Meningkat pada angina pektoris berat atau iskemik reversibel. Kadar meningkat
4-8 jam setelah infark.Mencapai puncak 12-24 jam kemudian kadar menurun pada
hari ke-3. Kriteria untuk diagnosis IMA adalah : CK-MB > 16 U/l, CK-Total
> 130 U/l dan CK-MB > 6% dari CK Total.
e) CK-MB Mass Relative Index (%RI)
Ada istilah baru dalam pelaporan
enzim CK-MB, dengan melaporkan CK-MB Mass Relative Index. Nilai ini didapat
dari CK-MB mass dibagi aktifitas CK-Total dan dikalikan dengan 100% sehingga
didapatkan % RI. Rumus adalah % RI = (CK-MBmass / aktivitas CK-Tot) x 100%. Peningkatan
RI memperlihatkan keadaan miokard. Tidak absolut – kurangnya standardisasi uji
CK-Mbmass dan variabilitas pada jaringan.RI > 3 – 6 % dengan peningkatan
aktivitas CK-Tot (sekitar > 2x batas URR) menggambarkan nekrosis miokard.
f) Cardiac troponin
Filamen otot jantung terdiri atas
:Actin, Myosin dan Troponin regulatory complex. Troponin terdiri atas 3
sub-units TnC, TnT& TnI. BM TnT = 37.000 dan BM TnI = 24.000. Fraksi
troponin total ditemukan bebas dalam sitosol.
Berikut penjelasan singkat tentang Troponin :
- Kompleks
pengatur kontraksi otot
- Dilepaskan
secara cepat, mis : dari cytosolic pool
- Prolonged
release karena degradasi myofilaments
- Bentuk
yang berbeda antara otot skelet dan miokard
- Spesifitas
tinggi untuk cedera miokard.
- Sensitif
untuk kerusakan miokard dalam jumlah kecil.
g) Myoglobin
Myoglobin adalah protein BM rendah
(oxygen-binding heme protein). Skeletal & cardiac muscle Mb identik.Kadar
Serum meningkat dalam 2 jam setelah kerusakan otot. Kadar puncak pada 6 – 7
jam. Kadar normal setelah 24 – 36 jam. NEGATIVE predictoryang sangat baik pada
cedera miokard. Pemeriksaan dua sampel, 2 – 4 jam terpisah tanpa peningkatan
kadar adalah bukan AMI. Dilaksanakan cepat , quantitative serum immunoassays.
h) CRP
CRP adalah C-Reactive Protein yang
merupakan protein fase akut dilepaskan ke dalam darah sebagai akibat adanya
suatu inflamasi. CRP diukur sebagai marker mediator inflamasi seperti IL-6 dan
TNF-α untuk memahami inflamasi aterosklerosis.Diproduksi di hati dan otot polos
arteri koroner sebagai respon terhadap sitokin inflamasi.Digunakan sebagai
biomarker inflamasi sistemik khususnya untuk Penyakit jantung koroner
(PJK).Pemeriksaan menggunakan metode imunoturbidimetrik dan imunofelometrik.CRP
memiliki batas deteksi 3-5 mg/L.
i) hsCRP
hsCRP adalah high sensitivity C-Reactive Protein, Istilah untuk pemeriksaan
lebih rendah kadar CRP. Istilah ini untuk mendeteksi konsentrasi CRP di bawah
limit (3-5 mg/L) tersebut digunakan istilah hs-CRP (limit 0,1 mg/L).
j) IMA
IMA adalah Ischaemia Modified Albumin. Salah satu
biomarker baru yang digunakan untuk Iskemik Jantung.
k) Cholesterol, Triglycerides, LDL dan HDL
Cholesterol, Triglycerides, LDL dan
HDL merupakan paket pemeriksaan lemak yang mengarah pada hiperlipidemia dan
dislipidemia. Keempat pemeriksaan ini berkaitan erat dengan resiko terjadinya
penyakit jantung koroner, karena terjadinya plak aterosklerosis berkaitan erat
dengan deposit cholesterol yang difagostosis oleh makrofag membentu sel busa di
bawah lapisan endotel pembuluh darah, membentuk suatu benjolan/plak yang dapat
menyumbat aliran darah. Disini terlihat LDL-C yang paling berbahaya, namun yang
lebih berbahaya lagi adalah LDL Oxidized. LDL Oxidized paling berbahaya karena
: Menyebabkan Plak Ateroma tidak stabil, Plak mudah Koyak, Terbentuk Trombus/Embolus,
Aliran darah tersumbat dan serangan jantung/stroke.
2.10
KOMPLIKASI
1. Aritmia
2. Bradikardia sinus
3. Irama nodal
4. Gangguan hantaran
atrioventrikular
5. Gangguan hantaran
intraventrikel
6. Asistolik
7. Takikardia sinus
8. Kontraksi atrium
prematur
9. Takikardia
supraventrikel
10. Flutter atrium
11. Fibrilasi atrium
12. Takikardia atrium multifokal
13. Kontraksi prematur ventrikel
14. Takikardia ventrikel
15. Takikardia idioventrikel
16. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
17. Renjatan kardiogenik
18. Tromboembolisme
19. Perikarditis
20. Aneurisme ventrikel
21. Regurgitasi mitral akut
22. Ruptur jantung dan septum
2.11
PENCEGAHAN
Sedapat mungkin mengurangi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit arteri koroner, terutama
yang dapat dirubah oleh penderita:
· Berhenti merokok
· Menurunkan berat badan
· Mengendalikan tekanan darah
· Menurunkan kadar kolesterol darah dengan diet
atau dengan obat
· Melakukan olah raga secara teratur.
2.12
SISTEM
PELAYANAN KESEHATAN
Pasien yang
mengalami penyakit infark miokard harus segera dirujuk di rumah sakit untuk
memperoleh layanan kesehatan yang lebih intensif. Pasien harus dirawat inap
durumah sakit untuk proses penanganan.
Perawat
mulai memberikan obat-obatan untuk membantu gejala-gejala akut yang dialami
pasien. Perawat melakukan Terapi Reperfusi, terapi perfusi dini akan
memperpendek lama oklusi koroner, meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi
ventrikel dan mengurangi kemungkinan pasien STEMI.
Perawat juga
bisa memeberikan Morfin, morfin sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan
merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI
2.13
PENATALAKSANAAN
- STEMI
a). Tatalaksana pra rumah sakit
Sebagian besar kematian di luar
rumah sakit pada STEMI disebabkan adanya fibrilasi ventrikel mendadak, yang
sebagian besar terjadi pada jam pertama. Sehingga elemen utama tatalaksana pra
hospital pada pasien yang dicurigai STEMI antara lain :
- Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan
medis
- Segera mengambil tim medis emergensi yang dapat
melakukan tindakan resusitasi
- Transportasi pasien ke rumah sakit yang mempunyai
fasilitas ICU/ICCU serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih
- Melakukan terapi reperfusi
b). Tatalaksana di ruang emergensi
c). Tatalaksana umum
Oksigen harus diberikan pada pasien
dengan saturasi oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat
diberikan oksigen selama 6 jam pertama.
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman
dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.
Selain mengurangi nyeri dada nitrogliserin juga dapat menurunkan kebutuhan
oksigen miokard dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard
dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner yang terkena infark atau pembuluh
kolateral. Jika nyeri dada terus berlangsung dapat diberikan nitrogliserin
intravena. Nitrogliserin intravena juga diberikan untuk mengendalikan
hipertensi atau edema paru. Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan
tekanan darah sistolik <90 mmHg atau pasien yang dicurigai menderita infark
ventrikel kanan. Nitrat juga harus dihindari pada pasien yang menggunakan
phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24 jam sebelumnya karena dapat
memicu efek hipotensi nitrat.
Morfin sangat efektif untuk mengurangi nyeri dada dan
merupakan analgesik pilihan dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin
diberikan dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit
sampai dosis total 20 mg. Efek samping yang perlu diwaspadai pada pemberian
morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar melalui penurunan simpatis
sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan
arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi tungkai dan pada
kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan iv dengan NaCl 0,9%. Morfin juga
dapat menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardi atau blok jantung
derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya
dapat diatasi dengan pemberian atropin 0,5 mg IV.
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang
dicurigai STEMI dan efektif pada spektrum sindrom koroner akut. Inhibisi
cepat siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2
dicapai dengan absorpsi aspirin bukal dengan dosis 160-325 mg di ruang
emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-162 mg.
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada,
pemberian penyekat beta IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang biasa
diberikan adalah metoprolol 5 mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan
syarat frekuensi jantung <60 menit, tekanan darah sistolik >100 mmHg,
interval PR <0,24 detik dan ronki tidak lebih dari 10 cm dari diafragma.
Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral
dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam, dan dilanjutkan 100 mg tiap 12
jam.
Reperfusi dini akan memperpendek lama oklusi koroner,
meminimalkan derajat disfungsi dan dilatasi ventrikel dan mengurangi
kemungkinan pasien STEMI berkembang menjadi pump failure atau takiaritmia
ventrikuler yang maligna. Sasaran terapi reperfusi pada pasien STEMI adalah
door-to-needle time untuk memulai terapi fibrinolitik dapat dicapai dalam 30
menit atau door-to-balloon time untuk PCI dapat dicapai dalam 90 menit.
ACE Inhibitor menurunkan mortalitas pasca STEMI dan
manfaat terhadap mortalitas bertambah dengan penambahan aspirin dan penyekat
beta. Mekanisme yang melibatkan penurunan remodelling ventrikel pasca infark
dengan penurunan remodelling ventrikel pasca infark dengan penurunan risiko
gagal jantung. Kejadian infark berulang juga lebih rendah pada pasien yang
mendapat inhibitor menahun pasca infark. Inhibitor ACE harus diberikan dalam 24
jam pertama pasien STEMI
- NSTEMI
Pasien STEMI harus istirahat di tempat tidur dengan
pemantauan EKG untuk deviasi segmen ST dan irama jantung. Empat komponen utama
terapi harus dipertimbangkan pada setiap pasien NSTEMI yaitu:
- Terapi antiiskemia
Untuk menghilangkan nyeri dada dan mencegah nyeri dada
berulang dapat diberikan terapi awal mencakup nitrat dan penyekat beta. Terapi
antiiskemi terdiri dari nitrogliserin sublingual dan dapat dilanjutkan dengan
intravena, dan penyekat beta oral (pada keadaan tertentu dapat diberikan
intravena). Antagonis kalsium nondihidropiridin diberikan pada pasien dengan
iskemia refrakter atau yang tidak toleran dengan obat penyekat beta.
2.
Nitrat
Nitrat pertama kali harus diberikan sublingual atau
spray bukal jika pasien mengalami nyeri dada iskemi. Jika nyeri menetap setelah
diberikan nitrat sublingual 3 kali dengan interval 5 menit, direkomendasikan
pemberian nitrogliserin intravena (mulai 5-10ug/menit). Laju infus dapat
ditingkatkan 10ug/menit tiap 3-5 menit sampai keluhan menghilang atau tekanan
darah sistolik <100 mmHg. Setelah nyeri dada hilang dapat digantikan dengan
nitrat oral atau dapat menggantikan nitrogliserin intravena jika pasien sudah
bebas nyeri selama 12-24 jam. Kontraindikasi absolut adalah hipotensi atau
penggunaan sidenafil atau obat sekelasnya dalam 24 jam sebelumnya.
3.
Penyekat beta
Penyekat beta oral diberikan dengan target frekuensi
jantung 50-60 kali/menit. Antagonis kalsium yang mengurangi frekuensi jantung
seperti verapamil atau diltiazem direkomendasikan pada pasien dengan nyeri dada
persisten atau rekuren setelah terapi nitrat dosis penuh dan penyekat beta dan
pada pasien dengan kontraindikasi penyekat beta. Jika nyeri dada menetap
walaupun dengan pemberian nitrogliserin intravena, morfin sulfat dengan dengan
dosis 1-5 mg dapat diberikan tiap 5-30 menit sampai dosis total 20 mg.
4.
Terapi antitrombotik
Oklusi trombus sub total pada koroner mempunyai peran
utama dalam patogenesis NSTEMI dan keduanya mulai dari agregasi platelet dan
pembentukan thrombin-activated fibrin bertanggung jawab atas perkembangan klot.
- Terapi antiplatelet:
- Klopidogrel :
Berdasarkan hasil penelitian klopidogrel
direkomendasikan sebagai obat lini pertama pada NSTEMI.
- Antagonis GP IIb/IIIa :
Guideline ACC/AHA menetapkan pasien-pasien resiko
tinggi terutama pasien dengan troponin positif yang menjalani angiografi,
mungkin sebaiknya mendapatkan antagonis GP IIb/IIIa.
- Terapi antikoagulan
- UFH (Unfractionated heparin)
Manfaat UFH jika ditambahi aspirin telah dibuktikan
dalam tujuh penelitian acak dan kombinasi UFH dan aspirin telah digunakan dalam
tatalaksana NSTEMI untuk lebih dari 15 tahun.
- LMWH (Low Molecular Weight Heparin)
2.14
HASIL-HASIL
PENELITIAN INFARK MIOKARD
Penelitian
menggunakan metode case-crossover, varian dari kasus-kontrol. Studi ini
sering dipakai jika ingin meneliti hubungan antara sebuah pajanan yang transien
(dalam hal ini kematian seseorang yang disayangi) yang bersifat perubahan
drastis yang mempengaruhi kejadian akut. (dalam hal ini infark miokard
non-fatal). Penelitian ini membandingkan laporan subyek yang kehilangan
seseorang yang disayangi beberapa hari sebelum onset MI sebagai kasus,
dan laporan subyek yang sama periode 1 – 6 bulan sebelum onset MI
sebagai kontrol. Metode self-matching ini mengeliminasi berbagai confounding
sebab kasus dan kontrol adalah subyek yang sama dalam faktor risiko, aktivitas
fisik dan obat-obatan yang dikonsumsi. Periode kontrol dipilih waktu 1 – 6
bulan (31 – 180 hari sebelum onset MI) dimaksudkan untuk mengurangi recall
bias, karena pada periode ini subyek dianggap masih dapat mengingat dan
melaporkan dengan jelas jika ia mengalami kehilangan seseorang yang disayangi.
Dari 1985
peserta, 270 orang melaporkan kematian seseorang yang disayangi dalam 6 bulan
sebelum onset MI. Dari 270 orang tersebut, 19 orang mengalami MI dalam kurun
waktu 24 jam setelah kehilangan, 7 orang dalam 24-48 jam, 5 orang dalam 48 – 72
jam, 21 orang dalam 4-7 hari setelah kehilangan. Dari 19 orang yang mengalami
MI dalam 24 jam, dikatakan orang yang kehilangan tersebut bersifat moderately
dan extremely meaningful.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa incidence rate ratio (IRR) terjadi MI
didapatkan paling tinggi pada kurun waktu 24 jam setelah kehilangan yaitu 21.1
(95% CI 13.1 – 34.1). IRR menurun secara progresif seiring bertambahnya hari
setelah kehilangan orang yang disayangi, menjadi 5.8 pada hari ke-7 (95% CI 3.7
– 9.2), tapi peningkatan yang signifikan tetap ada selama kurang lebih satu
bulan setelah kematian orang yang disayangi.
Secara
berurutan pada kelompok MI 5%, 10%, dan 20% 10 year MI risk, didapatkan number
needed to harm adalah 1 per 1394, 678, dan 320 secara berurutan (risiko
berdasarkan Framingham Risk Score).
Studi ini juga menunjukkan bahwa
pria lebih rapuh untuk terjadi penurunan kualitas kesehatan daripada wanita
terkait kehilangan orang yang disayangi. Begitu pula kaum muda ternyata lebih
rapuh daripada kaum yang lebih tua. Risiko juga dilaporkan meningkat pada
mereka yang merasakan amarah, anxietas, atau depresi sekitar 2 jam sebelum
onset (semua p < 0.001)
Hubungan antara kematian orang yang
berarti sebagai faktor pemicu ini dengan onset akut MI secara patofisiologi
dapat dijelaskan melalui jalur peningkatan afek negatif, seperti depresi,
anxietas, dan amarah. Selain itu, stress emosional juga dapat menyebabkan
stress fisik melalui berkurangnya waktu tidur, berkurangnya nafsu makan,
penurunan kadar kolesterol dan LDL, serta kadar kortisol yang meningkat.
Kortisol meningkatkan aktivitas simpatis, sehingga terjadi perubahan–perubahan
hemodinamik akut seperti peningkatan resistensi vaskular, yang dapat
menyebabkan iskemia miokard transien dan/atau disrupsi plak aterosklerosis.
Karena hasil penelitian menunjukkan
bahwa asosiasi terkuat antara kehilangan dan onset MI adalah dalam hitungan
hari setelah kehilangan, dapat disimpulkan bahwa onset MI bukanlah diakibatkan
konsumsi obat kardiovaskular yang terlewat. Tidak juga ada yang melaporkan lupa
untuk mengonsumsi beta-blocker yang dapat menyebabkan rebound dari
hipertensi.
Stress emosional atau fisik dapat
menyebabkan gejala – gejala yang mirip dengan infark miokard akut, seperti
nyeri dada, elevasi segmen ST, dan peningkatan CK dan troponin. Sindrom yang
bernama stress cardiomyopathy atau Takotsubo cardiomyopathy atau broken
heart syndrome ini menyebabkan disfungsi ventrikel kiri yang berat namun
bersifat transien dan akan pulih dalam beberapa hari sampai minggu. Tidak
menutup kemungkinan bahwa beberapa kasus infark miokard dalam penelitian ini
mungkin sebenarnya adalah Takotsubo cardiomyopathy.
Studi ini memiliki beberapa
kekurangan. Pertama, karena hanya 19 dari 270 orang yang melaporkan onset MI
terjadi 24 jam setelah kehilangan orang yang disayangi, maka tidak dapat
dievaluasi apakah hubungan tertentu antara yang meninggal dan yang ditinggalkan
dapat menyebabkan variasi dalam hasil penelitian. Kedua, dapat terjadi
overestimasi dari IRR karena subyek yang mengalami pajanan dalam periode kasus
akan bercerita lebih detil dan mengeluarkan emosinya lebih daripada pajanan
yang terjadi pada periode kontrol. Ketiga, beberapa subyek mungkin saja salah
melaporkan detil waktu terjadinya kehilangan, namun kehilangan seseorang yang
disayangi adalah sebuah kejadian yang jarang terlupakan, sehingga kemungkinan
besar detil waktu yang dilaporkan memang benar adanya. Keempat, karena studi
case-crossover menggunakan subyek sebagai kontrol-nya sendiri, maka perancu
faktor risiko yang bersifat kronik dapat disingkirkan, namun kita tidak dapat
menyingkirkan kemungkinan adanya pemicu lain yang terjadi bersamaan dengan
kematian seseorang yang disayangi.
2.15
ETIKA
KEPERAWATAN
Sebagai profesi yang turut serta
mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material dan mental spiritual
untuk mahluk insani dalam wilayah Republik Indonesia, maka kehidupan profesi
keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu
kebutuhan masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan.
Warga Keperawatan di Indonesia
menyadari bahwa kebutuhan akan keperawatan bersifat universal bagi klien
(individu keluarga kelompok dan masyarakat), oleh karenanya pelayanan yang
diberikan oleh perawat selalu berdasarkan kepada cita-cita yan luhur, niat yang
murni untuk keselamatan dan kesejahteraan umat tanpa membedakan kebangsaan,
kesukuan, warna, kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang
dianut serta kedudukan sosial.
Dalam melaksanakan tugas playanan
keperawatan kepada klien, cakupan tanggung jawab perawat Indonesia adalah
meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, mengurangi dan
menghilangkan penderitaan serta memulihkan kesehatan yang kesemuanya ini
dilaksanakan atas dasar pelayanan yang paripurna.
Dalam melaksanaka tugas professional yang berdaya guna
dan berhasil guna para perawat mampu dan ikhlas memberikan pelayanan yang
bermutu dengan memelihara dan meningkatkan integritas pribadi yang luhur dengan
ilmu dan keterampilan yang memadai serta dengan kesadaran bahwa pelayanan yang
diberikan merupakan bagian dari upaya kesehatan secara menyeluruh.
Dengan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa
dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk kepentingan kemanusiaan, Bangsa dan
Tanah Air, Persatuan Perawat Nasional Indonesia menyadari bahwa Perawat
Indonesia yang berjiwa Pancasila dan berlandaskan pada UUD 1945 merasa
terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan dengan penuh
tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera di bawah ini :
é PERAWAT DAN
KLIEN
1.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
- Perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien.
- Kepada
mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
4. Perawat wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya
kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
é PERAWAT DAN
PRAKTIK
1.
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi
dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus.
- Perawat
senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3.
Pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima
delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4.
Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku
professional.
é PERAWAT DAN
MASYARAKAT
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
é PERAWAT DAN
TEMAN SEJAWAT
1.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan
perawat maupun dengan tenaga kesehaan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh.
- Perawat
bertindak malindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.
é PERAWAT DAN
PROFESI
1.
Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.
- Perawat
berperan aktif dalam berbagai pengembangan profesi keperawatan.
3.
Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian tentang penyakit infark miokard pada pemeriksaan fisik sebgai
berikut :
Menggunakan metode sistem B1-B6
1. Breath
(Pernafasan)
Gejala : -
Dispenia dengan atau tanpa kerja, dispenia nokturnal
-
Batuk dengan atau tanpa sputum
-
Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda : - Peningkatan frekuensi pernapasan, napas
sesak/kuat
-
Bunyi napas : krekel/mengi
-
Sputum : bersih, merah muda kental
2. Blood
(Sirkulasi)
Gejala : Riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri
koroner,GJK, masalah tekanan darah, diabetes melitus
Tanda : - TD : dapat normal atau naik turun, perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri
-
Nadi : dapat normal : penuh/tak kuat,atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat,tidak teratur(distrimia) mungkin
terjadi
-
Bunyi jantung : bunyi jantung ekstra: s3/s4 mungkin
menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel
-
Murmur : bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi oto papilar
-
Friksi : dicurigai perikarditis
-
Irama jantung : dapat teratur atau tak teratur
-
Edema : distensi vena jaguler,edema
dependen/perifer,edema umum, krekels,mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel
-
Warna : pucat atau sianosis/kulit abu-abu,kuku datar
pada membran mukosa dan bibir
3. Brain
(Integritas Ego)
Gejala : -
menyangkal gejala penting/adanya kondisi
-
Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
-
Marah pada penyakit
-
Kuatir dengan keluarga,kerja dan keuangan
Tanda : - menolak, menangkal, cemas, kurang kontak
mata
-
Gelisah, marah, perilaku menyerang
-
Fokus pada diri sendiri,nyeri
4. Bowel (Usus)
Tanda : normal atau bunyi usus menurun
5. Bladder
6. Bone
(Muskulusskleletal)
Skeletal
& cardiac muscle Mb identik.Kadar Serum meningkat dalam 2 jam setelah
kerusakan otot. Kadar puncak pada 6 – 7 jam. Kadar normal setelah 24 – 36 jam.
NEGATIVE predictoryang sangat baik pada cedera miokard. Pemeriksaan dua sampel,
2 – 4 jam terpisah tanpa peningkatan kadar adalah bukan AMI. Dilaksanakan cepat
, quantitative serum immunoassays.
Pengkajian dilakukan dengan tehnik
wawancara, observasi pemeriksaan fisik dan cacatan medik pasien
Data perawatan yang ditemukan pada
pasien Infark Miocard Akut
é Data
Subyektif
Pasien mengeluh lemah, pasien
mengeluh nyeri dada, seperti ditusuk-tusuk, berdebar-debar, dan pasien
mengatakan berkeringat,pasien mengatakan sulit bernafas.
é Data
Obyektif
Pasien berkeringat dingin, pasien
cemas, pasien bertanya-tanya, tekanan darah meningkat/ menurun, denyut nadi
meningkat / menurun, respirasi meningkat / menurun , tingkat kesadaran menurun,
adanya edema, oliguria, pasien terlihat mual muntah, batuk, nafas pendek.
3.2 Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah
penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian. Diagnosa yang sering
muncul pada pasien dengan Infark Miocard Akut (IMA) adalah (Doenges, M. E.,
2000; Carpenito, L. J., 2000)
é Nyeri akut
berhubungan dengan refleks spasma otot sekunder terhadap kelainan visceral
jantung
é Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan penurunan sistem traspor oksigen terhadap infark
miocard
é Ansietas
berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status ekonomi
é Resiko
tinggi terhadap curah jantung berhubungan dengan penurunan preload /
peningkatan tahan vaskuler sistemik
é Resiko
perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau penghentian
aliaran darah
é Resiko
tinggi tehadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (ginjal)
é Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung /
implikasi penyakit jantung dan status kesehatan akan datang
3.3 Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawtan maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawtan dan aktivitas keperawtan. Tujuan perencanaan untuk
mengurangi menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan
perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,
penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan kriteria evaluasi
dan merumuskan intervensi keperawatan (Gafar, La Ode Jumadi, 1999; 63). Untuk
menentukan prioritas perencanaan dapat berdasarkan kebutuhan dasar A. Maslow,
sifat masalah, berat ringannya masalah, dan keluhan pasien.
Adapun rencana tindakan yang akan diberikan pada pasien infark miocard akut
adalah (Doenges, M.E., 2000 ; Carpenito, L.J., 2000)
Nyeri akut berhubungan dengan refleks spasma otot sekunder terhadap
kelaianan viseral jantung
Rencana
Tujuan : Nyeri hilang / terkontrol
Intervensi :
Observasi dan catat lokasi, beratnya(skala 0-10) dan karakter nyeri
(menetap, timbul)
Rasional : Membentu membedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang
kemajuan / perbaikan penyakit, terjadinya koplikasi, dan keefektipan intervensi
Berikan pasien melakukan posisi yang nyaman (posisi semi fowler)
Rasional : Tirah bering pada posisi semi fowler menurunkan tekanan intra
abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara
alamiah
Dorong tehnik relaksasi, contoh latihan nafas dalam
Rasional : Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat
meningkatkan koping
Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan anti angina
Rasional : Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi
koroner, yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokard.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sistem transpor oksigen
terhadap Infark Miocard
Rencana
tujuan : terjadinya peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mempengaruhi intervensi atau bantuan
Berikan lingkungan yang tenang batasi pengunjung
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhn oksigen tubuh
dan menurunka regangan jantung dan paru-paru
Berikan bantuan dalam kativitas bila perlu
Rasional : Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien
melakukan sesuatu sendiri
Gunakan tehnik penghematan energi, misalnya: mandi dengan duduk
Rasional : Mendorong pasien melakakan kegiatan dengan membatasi
penyimpangan energi dan mencegah kelemahan
Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan kesehatan dan status
ekonomi
Rencana
tujuan : ansietas berkurang atau teratasi intervensi
Intervensi :
Berikan informasi tentang Infark Miokard Akut (IMA)
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat
pilihan yang tepat
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik
Rasional : Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan dapat menurunkan
ansietas
3.4
Pelaksanaan
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan
perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan, rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dan tindakan keperawatan mandiri dan tindakan
kolaboratif (Aziz, A.H., 2001)
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi dari
masing-masing diagnosa tersebut diatas
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat
pada tahap perencanaan (Aziz, A.H., 2001)
Hasil yang diharapkan dari diagnosa-diagnosa yang muncul pada pasien Infark
Miokard Akut (IMA) yaitu:
Nyeri hilang / terkontrol
Terjadinya peningkatan toleransi aktivitas
Ansietas berkurang atua teratasi
Curah jantung dalam rentan normal
Menunjukkan perfusi adekuat
Mempertahankan keseimbangan cairan
Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung sendiri rencana pengobatan tujuan
pengobatan dan efek samping / reaksi merugikan
3.6
LEGAL ETIS PADA INFARK MIOKARD
Dalam kasus ini, peran
perawat sebagai advokat harus bertanggung jawab membantu klien dan keluarga
dalam hal inform concern atas tindakan keperawatan yang dilakukan. Selain itu
juga harus mempertahankan dan melindungi hak-hak klien serta memastikan
kebutuhan klien terpenuhi.
SEGI ETIK
KEPERAWATAN
} Otonomi
Prinsip
bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri, memperoleh kebebasan dan
kemandirian. Perawat yg mengikuti prinsip ini akan menghargai keluhan gejala
subjektif (misal : nyeri), dan meminta persetujuan tindakan sebelum prosedur
dilaksanakan.
} Nonmaleficience
Prinsip
menghindari tindakan yg membahayakan. Bahaya dapat berarti dgn sengaja, risiko
atau tidak sengaja membahayakan. Perawat harus mengetahui tindakan keperwatan
pada pasien infark miokard dan melaksanakannya dengan benar dengan tujuan
menyembuhkan pasien.
} Beneficience
Prinsip
bahwa seseorang harus melakukan kebaikan. Perawat melakukan kebaikan dengan
mengimplementasikan tindakan yg menguntungkan/bermanfaat bagi klien.Dapat
terjadi dilema bila klien menolak tindakan tersebut, atau ketika petugas
kesehatan berperan sebagai peneliti. Perawat harus melakukan tindakan
keperawatan ketika pasien merasakan nyeri dan memberikan obat anti nyeri kepada
pasien.
} Justice
Prinsip
bahwa individu memiliki hak diperlakukan setara. Perawat harus memperlakukan
pasien sama dengan yang lain, maksud dari pernyataan tersebut adalah tidak
membeda-bedakan pasien berdasarkan kelas karena semua pasien berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan.
} Fidelity
Perawat harus
mempertanggungjawabkan semua tindakan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
} Veracity
Perawat harus memberi
motivasi pada pasien agar pasien mempunyai semangat untuk hidup karena pada
penyakit ini pasien selalu berpikir mendekati ajal.
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Infark miokardium adalah nekrosis miokard akibat
gangguan aliran darah ke otot jantung. Klinis sangat mencemaskan karena sering
berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala
pendahuluan. Infark miokard biasanya disebabkan oleh trombus arteri koroner;
prosesnya mula-mula berawal dari rupturnya plak yang kemudian diikuti oleh
pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya infark miokard
tergantung pada jenis arteri yang oklusi dan aliran darah kolateral. Adapun
gejalanya seperti Nyeri hebat
pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri,
kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti
ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik,Takhikardi, Keringat banyak sekali, Kadang mual
bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasosegal yang
disalurkan dari area kerusakan miokard ke trakus gastro intestinal, Dispnea.
4.2 SARAN
Diharapkan
kepada perawat lebih paham pada penyakit infark miokard, beserta cara
pencegahan dan pengobatannya, sehingga dapat menjalakan asuhan keperawatan
untuk kesembuhan pasien. Perawat juga harus lebih fokus dalam menjalankan
intervensi keperawatan pada pasien infark miokard.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges,Marilynn
E. Dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta:EGC
Price,Sylvia
A.dkk. 2006.Patofisiologi. Jakarta:EGC
Udjianti,Wajan
Juni.2010.Keperawatan Kardiovaskuler.jakarta:Salemba medika