Rabu, 19 Desember 2012

Makalah Transkultural Nursing

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang


     Kozier Barabara ( 1983) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concepts and Procedures mengatakan  bahwa kosep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfiguasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistik, philosopi perawatan, paktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio-psycho-sosi al-spiritual. Oleh karenanya tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komprehensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam  proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu  nilai-nilai, yang mempengaruhi pembentukan karakter,  pola pikir, pola perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
Seorang perawat kesehatan adalah petugas kesehatan yang mempunyai peran dominan dalam membantu pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya. Seorang perawat sebagai ujung tombak pelayanan di rumah sakit, sebagai aktor yang langsung berhadapan dengan pasien dalam waktu yang lama. Kondisi yang seperti itu menuntut totalitas seorang perawat dalam menjalankan fungsinya. Profesionalitas menjadi tuntutan yang harus selalu ditingkatkan. Profesionalitas akan  terus tumbuh dan berkembang bila seorang perawat mempunyai kemauan untuk mengembangkan berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan profesi keperawatan. Profesi keperawatan bersifat multikausal dan multidisiplin. Seorang perawat kesehatan harus mampu membuat konfigurasi berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan dengan fakta real yang pada setiap pasien yang mempunya kasus, latar belakang berbeda-beda ( multikausal ).
            Model pendekatan yang harus selalu diingat oleh seorang perawat kesehatan pada saat melalukan intervensi adalah model pemenuhan harapan pasien. Pemenuhan harapan pasien akan dapat dipenuhi bila seorang selalu mengacu pada kebutuhan yang tehirarkisnya telah dibuat oleh Maslow. Pendekatan untuk memenuhi kebutuhan pasien tidak dapat dilepaskan dengan field of experience ( pengalaman masa lampau hidupnya ) yang sangat dipengaruhi oleh internalisasi nilai-nilai budaya yang sudah menyatu dalam diri pasien.

            Nilai-nilai budaya berifat kompleks, karena setiap manusia yang menjadi pasien mempunyai latar belakang, lingkungan hidup, pengalaman hidup, tidak sama. Perkembangan IPTEK mempunyai dampak dalam dinamika nilai-nilai budaya, yang mempenga ruhi paradigma  seseorang terhadap persepsi sesuatu yang dihadapinya. Realitas yang seperti itu menuntut seorang perawat yang selalu berhadapan dengan pasien harus banyak memahami model pemenuhan harapan pasien bukan hanya dari sisi metode pelayanan klinis teknis keperawatan namun pendekatan nilai-nilai budaya yang beraneka ragam yang men jadi milik pasien harus dimengerti dan difahami , agar harapan pasien sebagai manusia dapat dipenuhi secara komprehensif dan holistik.
            Pelayanan perawatan akan masuk dalam katagori berkwalitas bila tindakan layanan yang dilakukan oleh seorang tanaga perawatan dilandasi pada standard keperawatan yang mampu memenuhi harapan pasien
1.2 Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan Transkultural Nursing??
1.3 Tujuan
Untuk menjelaskan secara detail tentang Transkultural Nursin


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transkultural
            Bila kita tinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture.
trans berarti alur perpindahan, jalan lintas, atau pengubung sedangkan cultural berarti  budaya, transcultural dapat diartikan lintas  budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain.
            Leininger ( 1991 ) , mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras,  yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien / klien).
            Croos, T., Bazron, B., Dennis, K., and Isaacs, M ( 1989 )  memberikan  acuan li-ma (5) element budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplemetasikan oleh seorang perawat dalam intervensi keperawatan yakni :
1.      menilai keanekaragaman budaya
2.      mempunyai kapasitas untuk meng-assessment budaya
3.      menjadari bahwa budaya bersifat dinamis dan inherent dalam ketika terjadi interaksi budaya
4.      mempunyai pengetahuan budaya yang  sudah dilembagakan
5.      mempunyai adaptasi yang terus menerus  dikembangkan dalam upaya merefleksikan  dan memamahami keanekaragaman budaya.
Kelima element di atas hendaknya akan selalu diwujudkan pada setiap langkah, Perilaku layanan kepada pasien / klien baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Dengan kata lain seorang perawat kesehatan harus mampu mewujudkan peran / fungsi seorang perawat mulai dari tingkat pelaksana, pengelola, pendidik sampai pada peneliti. Karena seti ap perwujudan peran seorang perawat akan selalu berinteraksi dengan manusia / klien.
            Meyer CR, ( 1996 ) bahkan memberikan tuntutan empat hal  yang harus di punyai seorang perawat sebagai provider dalam mengimplementasikan kompetensi asuhan keperawatan yakni,

1). mempunyai kapabelitas menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang berbeda suku dan ras,
2). mempunyai kemampuan komunikasi dalam menghadapi klien yang beraneka ragam latar belakang,
3). mempunyai kapabelitas dalam bidang ethics,
4). mempunyai kapebelitas menumbuhkan kepercayaan.
Belajar terus menerus merupakan salam satu hal yang  harus menjadi milik seorang per-wat kesehatan. Transcultural Nursing  Knowledge akan menjadi milik seorang perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan bila dirinya terus dikembangkan dan mempunyai motivasi tinggi untuk terus melakukan evaluasi  pada setiap intervensi pada klien / pasien. Hal yang harus diingat bahwa trasncultural akan selalu terjadi pada setiap intervention nursing dan sifatnya dinamis.
2.2 Implementasi Dalam Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah penting bagi seorang perawat kesehatan sebelum
melakukan tindakan / intervensi. Langkah awal yang harus dilakukan seorang perawat dalam pengkajian adalah anamnese, teknik pelaksanaannya dengan interview, observasi, studi dokument, dan pemeriksaan fisik. Analisa data adalah langkah selanjutnya setelah anamnese dilakukan . Langkah ini penting karena dengan analisa seorang perawat mengklasifikasikan data-data sesuai dengan karakter dan relevansinya, sehingga pada saat melakukan diagnosa menghasilkan diagnosa keperawatan yang akurat. Akuratsi diag nosa akan sangat mempengaruhi seorang perawat membuat asuhan keperawatan sesuai dengan  pemenuhan kebutuhan yang diharapkan pasien.
            Pada saat seorang perawat melakukan anemnese terjadi interaksi antara perawat dengan pasien / klien saat itu  terjadi transcutural nursing process.Proses adaptasi live value yang dimiliki oleh seorang perawat dengan pasien / klien terjadi. Nilai-nilai kehi-dupan antara mereka bisa berbeda, mungkin juga tidak jauh berbeda, walaupun demikian perbedaan tetap ada, karena frame of reference dan field of experience setiap individu akan berbeda.
            Pertemuan nilai-nilai budaya yang berbeda yang menjadi landasan prinsip  dan nilai kehidupan seseorang akan bisa terjadi titik temu. Pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang ber beda melalui proses yang disebut dengan transculural. Dalam pengkajian terjadi bentuk interaksi yang sifatnya cooperative. Seorang perawat untuk melakukan anamnese harus mampu menciptakan kenyamanan, kepercayaan. Kenyamanan, kepercayaan merupakan point penting dalam menyamakan suatu persepsi terhadap sesuatu yang dilakukan oleh  seorang perawat terhadap pasien / kliennya. Kesamaan persepsi diperlukan karena pada setiap interview, pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap pasien / klien diperlukan kolaborasi. Kolaborasi akan berjalan lancar bila perjalanan , lintas nilai-nilai budaya pasien dan  perawat terjadi proses asimilasi, yang akan membuahkan nilai-nilai baru yang menjadi milik pasien / klien dan perawat. Pasien / klien akan bersedia berkolaborasi bila setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat  dimengerti, difahami berdasarkan pada tolok ukur nilai-nilai pasien/ klien yang mendasari persepsi setiap tindakan pada dirinya.Adekuat perspepsi  antara perawat dan  pasien / klien dalam setiap tindakan dalam proses perawatan merupakan salah satu pendorong terjadinya percepatan therapy
            Seorang perawat kesehatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk mengerti dan memahami bahwa setiap tindakan pelayanan perawatan kepada pasien ada proses lin tas budaya yang mempengaruhi. Pelayanan perawatan seorang perawat dilakukan terhadap pasien / klien yang tidak membedakan ras, agama, pendidikan, bangsa, jenis kelamin, golonga, suku. Pelayanan perawatan kesehatan adalah publik, siapapun yang membutuhkan  mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan / tindakan keperawatan. Seorang yang sudah menentukan pilihan profesinya sebagai seorang perawat kesehatan / paramedis, dalam sumpah profesi seorang perawat / paramedis sudah mengucapkan sumpah / janji bahwa dalam melakukan pelayanan tidak akan diskriminatif
2.3 Lintas Budaya dalam Perawatan dan Pendidikan Tenaga Perawatan
           Selama tiga dekade terakhir, tenaga keperawatan harus mengembangkan, meningkatkan pengetahuan / ilmunya, karena tuntutan klien dari hari kehari semakin kompleks, profesionalitas tenaga perawatan terus menerus harus ditingkatkan kwalitas-nya bila profesi keperawatan mengharapkan tidak ditinggal atau diabaikan oleh masyara-kat dan atau oleh profesi kesehatan lain.
            Era global tidak pernah akan dapat dihindari oleh siapapun termasuk profesi kepe rawatan. Pertukaran informasi begitu cepat, sarana transportasi, kemajuan iptek terus melaju, ini semua akan sangat mempercepat transcultural process dalam setiap profesi, termasuk profesi perawat.
            Pendidikan tenaga perawatan mau tidak mau, senang maupun tidak senang harus membekali peserta didiknya tentang asuhan keperawatan yang  adekuat dengan nilai-nilai kultur yang menjadi milik klien / pasien, selain management keperawatan yang harus men jadi acuan dalam setiap intervensi. Pada dewasa ini ( era global ), nilai-nilai kultural menjadi suatu yang urgent.dalam setiap tindakan perawatan.
            Tantangan yang signifikan bagi profesi keperawatan pada abad duapuluh satu, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Ryan dan kawan-kawan di Amerika Serikat tentang transcultural nursing menghasilkan rekomendasi :
1.      Tenaga perawatan harus mengerti, memahami transcultural nursing
2.      Transcultural nursing sebagai kesatuan integral dalam setiap intervensi, setiap tenaga paramedis diharapkan mempunyai kompetensi.
3.      Setiap lembaga pendidikan tenaga paramedis hendaknya memberikan kompe tensi transcultural nursing kepada mahasiswa/i,
4.      Pengetahuan dan Penelitian tentang transcultural nursing terus menerus dilakukan dalam praktik / pelayanan.
5.      Di lahan praktik / pelayanan perlu adanya pendamping yang mengerti dan mengerti transcultural nursing

            Leininger dan McFarland, mengatakan bahwa pada tahun 2015,  semua tenaga parmedis   ( perawat ) sudah siap secara adekuat pada setiap tindakan keperawatan antara pengetahuan / konsep keperawatan dengan nilai-nilai lintas budaya pada setiap pasien / klien yang dilayaninya, karena tantangan lintas nilai-nilai budaya pada milenium ketiga akan sangat berpengaruhi terhadap keberhasilan, kwalitas pelayanan / intervensi kepada pasien / klien.













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras,  yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien / klien lintas
 (budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain)



Referensi :



Makalah Konsep Berubah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Keperawatan lambat laun akan mengalami perubahan, perubahan tersebut dapat diwujudkan melalui inovasi-inovasi baru serta perubahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Perawat mempunyai keterampilan dalam proses perubahan. Pertama proses keperawatan yaitu merupakan pendekatan dalam penyelesaian masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan. Kedua, perawat diajarkan mendapatkan ilmu dikelas dan mempunyai pengalaman praktek untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.
1.2 Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan konsep berubah ?
2.      Sebutkan teori yang dikemukakan para ahli tentang konsep perubahan ?
3.      Sebutkan macam-macam perubahan yang dapat terjadi ?
4.      Apa saja jenis dan bagaima proses terjadinya perubahan ?
1.3 Tujuan
  1. Untuk mengetahui defenisi dari konsep berubah.
  2. Untuk mengetahui teori – teori yang berhubungan dengan konsep berubah.
  3. Untuk mengetahui macam-macam perubahan yang dapat terjadi.
  4. Untuk mengetahui jenis dan bagaimaa proses terjadinya perubahan.
1.4 Mafaat
  1. Agar kita tahu apa itu konsep perubahan.
  2. Agar kita tentang teori-teori yang berhubungan dengan konsep berubah.
  3. Agar kita tahu macam-macam perubahan yang dapat terjadi.
  4.  Agar kita tahu jenis dan bagaimana proses terjadinya perubahan.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konsep Berubah
Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi statis yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Banyak dfinisi tentang perubahan, diantaranya yaitu :
1.  Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya ( Atkinson,1987)
2.  Berubah merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau instuisi ( Brooten, 1987 ) .
Perubahan bisa terjadi setiap saat dan merupakan proses yang dinamik serta tidak dapat dielakkan. Berubah berarti beranjak dari keadaan yang semula. Tanpa berubah tidak ada pertumbuhan dan tidak ada dorongan. Namun dengan berubah terjadi ketakutan, kebingungan, kegagalan dan kegembiraan. Setiap orang dapat memberikan perubahan pada orang lain.
Keperawatan yang sedang berada pada proses profesionalisasi terus berusaha membuat atau merencanakan perubahan. Adaptasi terhadap perubahan telah menjadi persyaratan kerja dalam keperawatan.
2.2 Teori yang Berhubungan dengan Konsep Berubah
1. Teori kurt lewin
Lewin mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3 tahapan :
1. Pencairan (unfreezing)
Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula. Merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah dan melakukan perubahan.

2. Bergerak (moving)
Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak / tahap perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap dan kemampuan untuk berubah. Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3. Pembekuan (refresing)
Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai keseimbangan baru. Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami kemunduran atau bergerak kembali pada tingkat atau tahap perkembangan semula. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan.
2. Teori Rogers
Teori Rogers tergantung pada lima faktor yaitu :
1.  Perubahan harus mempunyai keuntungan yang berhubungan.
Menjadi lebih baik dari metode yang sudah ada.
2.  Perubahan harus sesuai dengan nilai-nilai yang ada.
Tidak bertentangan.
3.  Kompleksitas
Ide-ide yang lebih komplek bisa saja lebih baik dari ide yang sederhana asalkan lebih mudah untuk dilaksanakan.
4.  Dapat dibagi
Perubahan dapat dilaksanakan dalam skala yang kecil.
5.  Dapat dikomunikasikan
Semakin mudah perubahan digunakan maka semakin mudah perubahan disebarkan.


3. Teori Lippitt
Lippitt mengungkapkan tujuh hal yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu
1. Mendiagnosis masalah
Mengidentifikasi semua faktor yang mungkin mendukung atau menghambat perubahan.
2. Mengkaji motivasi dan kemampuan untuk berubah
Mencoba mencari pemecahan masalah.
3.  Mengkaji motivasi dan sumber-sumber agen
Mencari dukungan baik internal maupun eksternal atau secara interpersonal, organisasional maupun berdasarkan pengalaman.
4.  Menyeleksi objektif akhir perubahan
Menyusun semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan.
5.  Memilih peran yang sesuai untuk agen berubah
Pada tahap ini sering terjadi konflik terutama yang berhubungan dengan masalah personal.
6.  Mempertahankan perubahan
Perubahan diperluas, mungkin membutuhkan struktur kekuatan untuk mempertahankannya.
7.  Mengakhiri hubungan saling membantu
Perawat sebagai agen berubah, mulai mengundurkan diri dengan harapan orang-orang atau situasi yang diubah sudah dapat mandiri.
4. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di lakukan seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :

1)  Ada perubahan yang akan dilakukan
2)  Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
3)  Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
4)  Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan enam teknik untuk mencapai perubahan :
a.  Diagnosis
b.  Penetapan objektif bersama
c.  Penekanan kelompok
d.  Informasi maksimal
e.  Diskusi tentang pelaksanaan
f.  Penggunaan upacara ritual
5. Teori Havelock
Enam tahap sebagai perubahan menurut Havelock yaitu
1)  Membangun suatu hubungan
2)  Mendiagnosis masalah
3)  Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
4)  Memilih jalan keluar
5)  Meningkatkan penerimaan
6)  Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri.
6. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar dari model Spradley :
1)  Mengenali gejala
2)  Mendiagnosis masalah
3)  Menganalisa jalan keluar
4)  Memilih perubahan
5)  Merencanakan perubahan
6)  Melaksanakan perbahan
7)  Mengevaluasi perubahan
8)  Menstabilkan perubahan.

2.3 Macam – Macam Perubahan
a.  Perubahan ditinjau dari sifat proses:
1.  Perubahan bersifat berkembang
Mengikuti dari proses perkembangan yang ada baik pada individu, kelompok atau masyarakat secara umum.
2.  Perubahan bersifat spontan
Dapat terjadi karena keadaan memberikan respon tersendiri terhadap kejadian yang bersifat alami yang diluar kehendak manusia yang tidak dapat diramalkan / diprediksikan sehingga sulit untuk diantisipasi.
3.  Perubahan bersifat direncanakan
Sifat perubahan satu ini dilakukan bagi individu, kelompok atau masyarakat imgin mengadakan perubahan kearah yang lebih maju atau mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik dari keadaan yang lebih baik.
b.  Perubahan ditinjau dari sifat keterlibatan
1.  Perubahan partisipatif
a.       Melalui penyediaan informasi yang cukup
b.       Adanya sikap positif terhadap inovasi
c.        Timbulnya komitmen
2.  Perubahan paksaan (coerced change)
a.       Melalui perubahan total dari organisasi
b.       Memerlukan kekuatan personal (personal power)

2.4 Jenis dan Proses Perubahan
Jenis perubahan ada 2 :
1. Perubahan yang direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang direncanakan dan dipiikirkan sebelumnya. Perubahan terencana lebih mudah dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia atau tanpa persiapan karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, perawat harus dapat mengelola perubahan.
2. Perubahan yang tidak direncanakan.
.Perubahan yang tidak direcanakan adalah perubahan yang terjadi tanpa suatu persiapan. Perubahan terencana lebih mudah dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia atau tanpa persiapan karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, perawat harus dapat mengelola perubahan.

2.5 Kunci Sukses dan Penghambat Perubahan
2.5.1 Kunci Sukses
Ada 3 kunci sukses menuju perubahan yaitu :
1.  Mulai dari diri sendiri
Perubahan dan pembenahan terhadap diri sendiri, baik sebagai individu maupun sebagai profesi merupakan titik sentral yang harus dimulai. Sebagai anggota profesi, perawat tidak akan pernah berubah atau bertambah baik dalam mencapai suatu tujuan profesionalisme, kalau perawat belum memulai pada diri sendiri. Oleh karena itu selalu introspeksi dan mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang ada sangat membantu terhadap terlaksananya pengelolaan keperawatan kedepan.
2.  Mulai dari hal-hal yang kecil
Perubahan yang besar yaitu profesionalisme manajer keperawatan Indonesia tidak akan pernah berhasil, kalau tidak dimulai terhadap hal-hal yang kecil. Hal-hal yang kecil yang harus dijaga dan ditanamkan perawat Indonesia adalah menjaga citra keperawatan yang sudah mulai membaik dihati masyarakat dengan tidak merusaknya sendiri.
3.  Mulailah sekarang, jangan menunggu-nunggu
Sebagaimana disampaikan oleh Nursalam (2000), lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali, lebih baik sekarang daripada harus menunggu-nunggu terus. Memanfaatkan kesempatan yang ada merupakan konsep manajemen keperawatan saat ini dan masa yang akan datang. Kesempatan tidak akan datang dua kali dengan tawaran yang sama.
2.5.2 Faktor Penghambat Perubahan
1.  Takut karena tidak tahu
2.  Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan atau keahlian yang terkait dengan pekerjaannya
3.  Takut karena kehilangan kepercayaan / kedudukan
4.  Takut karena kehilangan imbalan
5.  Takut karena kehilangan penghargaan, dukungan dan perhatian orang lain.

 2.6 Penggunaan Masker dan Sarung Tangan Bagi Seorang Perawat
Di dalam rumah sakit, seorang perawat diwajibkan memakai masker dan sarung tangan namun terkadang ketika melihat perawat di rumah sakit, ada diantara mereka yang tidak memakai masker dan sarung tangan. Dari kejadian tersebut tingkah laku perawat mengalami perubahan karena pemakaian masker dan sarung tangan penting bagi seorang perawat. Seorang perawat harus menyadari itu. Masker sangat berguna jika terjadi kemungkinan ada kontak dengan darah/cairan tubuh pasien, sedangkan sarung tangan berguna untuk jika ada kemungkinan terkena darah atau cairan yang menyembur ke dalam hidung atau mulut perawat. Pentingnya penggunaan masker dan sarung tangan. Setelah perawat tau bagaimana fungsi masker dan sarung tangan hendaknya setiap hari mengingat untuk menggunakannya. Bagi perawat yang tidak tahu fungsi masker dan sarung tangan perawat lain harus memberi tahu secara perlahan dan menasehatkan agar perawat itu berubah dan tidak lupa memakai masker dan sarung tangan sehingga tidak kembali berubah seperti dulu kepala ruangan di rumah sakit membuat peraturan dan penyuluhan memakai sarung tangan dan masker.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi statis yang bersifat dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. Sebagai seorang perawat perlu adanya perubahan untuk mencapai profesionalitas. Dimulai dari diri sendiri, hal-hal kecil serta jangan menunda-nunda kesempatan yang ada.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang defenisi dari konsep berubah dan mengetahui apa saja yang menjadi motivasi serta faktor terjadinya perubahan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat mengetahui kunci sukses dalam perubahan. Dan bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat mengetahui peranannya dalam proses perubahan serta menuju keperawatan yang profesional.



DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.(2007).Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional.Jakarta:Salemba Medika.
Swanburg. (2001). Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Komponen Pengembangan SDM.Jakarta: EGC.
WR.(2011).Konsep Berubah.http://dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/03/konsep-berubah.html.Diakses tanggal 30 Oktober 2011 pukul 18.30 WIB