BAB
I
LATAR
BELAKANG
1.1
Pendahuluan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian
fisiologi normal. Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks,
dan janin akan turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan/aterm (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
Salah satu hal penting yang terjadi pada proses
persalinan adalah nyeri persalinan. Dalam proses persalinan hal inilah yang
paling dirasakan tidak menyenangkan, bahkan menakutkan bagi ibu. Saat ini
proses persalinan pervaginam telah berkembang yang bertujuan memberi rasa
nyaman, aman dan menyenangkan, serta dapat mengurangi bahkan meniadakan
perasaan cemas dan menegangkan.2 Salah satu metode alternatif yang saat ini
populer adalah persalinan dalam air hangat di kenal sebagai water birth.
Berbagai
keuntungan bagi ibu dan bayi merupakan daya tarik dari metode ini yang
penggunaannya di dukung oleh adanya beberapa penelitian klinik. A Cochrane
Systemic review mendukung pendapat bahwa berendam dalam air selama persalinan
kala I akan dapat mengurangi penggunaan analgesik dan rasa nyeri pada ibu
bersalin, tanpa hal yang merugikan dalam durasi persalinan, luaran bayi dan
persalinan operatif.5 Water Birth telah di terima dan dipraktekan di banyak
negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan New Zealand.6,7 Di
negara-negara Eropa termasuk Inggris dan Jerman terdapat banyak Meternity
Clinics yang menggunakan birthing tubs. Pada tahun 2006 Water Birth International
mencatat lebih dari 300 rumah sakit di Amerika Serikat menawarkan fasilitas
tersebut.7 The Royal College of Obstetricians and Gynecologists dan The Royal
College of Midwife mendukung persalinan dalam air bagi wanita yang sehat tanpa
komplikasi pada kehamilannya. Jika petunjuk praktis dijalankan dengan baik
dalam hal mengontrol infeksi, manajemen ruptur tali pusat dan dengan kepatuhan
pada persyaratan yang ada, komplikasi akan dapat dikurangi.7 Bagaimana peranan,
kemampuan, dan keunggulan metode water birth beserta kontroversinya akan
diuraikan dalam makalah ini
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana pengertian waterbirth ?
1.2.2
Bagaimana sejarah waterbirth ?
1.2.3
Bagaiamana Keuntungan waterbirth ?
1.2.4
Bagaiamana Kerugian Waterbirth ?
1.2.5
Bagaimana Indikasi dan Kontraindikasi waterbirth
?
1.2.6
Bagaimana Morbiditas dan mortalitas
waterbirth ?
1.2.7
Bagaimana patofisiologi waterbirth ?
1.2.8
Bagaimana tekhnik waterbirth?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui
waterbirth dan mengetahui tekhnik waterbirth
1.3.2
Tujuan
Khusus
1) Untuk
Mengetahui pengertian waterbirth ?
2) Untuk
Mengetahui sejarah waterbirth ?
3) Untuk
Mengetahui Keuntungan waterbirth ?
4) Untuk
Mengetahui kerugian waterbirth ?
5) Untuk
Mengetahui Indikasi dan Kontraindikasi waterbirth ?
6) Untuk
Mengetahui Morbiditas dan mortalitas waterbirth ?
7) Untuk
Mengetahui patofisiologi waterbirth ?
8) Untuk
Mengetahui tekhnik waterbirth?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah
proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat. Melahirkan
dalam air (water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui
vagina di dalam air. Konsep mengenai metode ini ternyata telah timbul sejak
lama, sejak tahun 1960-an dari pemikiran seorang peneliti Rusia, Igor
Charkovsky. Metode ini terus dikembangkan dan akhirnya mulai dibuat protokol
medisnya sejak tahun 1991 di Rumah Sakit Monadnock Community, New Hampshire,
Amerika Serikat. Kini, rumah sakit di Amerika dan Inggris telah banyak
menggunakan metode ini. Di Indonesia metode ini juga telah digunakan, walaupun
masih jarang.
Secara prinsip, persalinan dengan metode water birth
tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas tempat tidur,
hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam air sedangkan
pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan lainnya adalah
pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan jauh lebih sakit
jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water birth. Ada yang
mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa sakit hingga
mencapai 40-70%. (yoanita : 2013)
2.2 Sejarah
Dokumen modern pertama ditemukan pada suatu desa di
Perancis tahun 1805 dan secara lengkap pada kumpulan jurnal medis di Perancis,
dimana terjadi pengurangan yang signifikan ibu bersalin dengan distosia (yang
tidak mengalami kemajuan dalam proses persalinannya) akan menjadi lebih
progresif dengan menggunakan metode persalinan water birth, di mana bayi akan
lahir lebih mudah. Peneliti Rusia Igor Charkovsky yang meneliti tentang
keamanan dan kemungkinan manfaat water birth di Uni Soviet selama tahun
1960-an. Pada akhir tahun 1960-an, ahli obstetri Perancis Frederick Leboter
mengembangkan teknik baru berendam di air hangat untuk memudahkan transisi bayi
dari jalan lahir ke dunia luar, dan dapat mengurangi efek trauma yang mungkin
terjadi.
Pada awal tahun 70-an Dr. Michel Odent, kepala
instalasi bedah rumah sakit Pithiviers, Perancis, pertama kali memperkenalkan
keuntungan dari persalinan dan kelahiran di dalam air. Ia mencatat bahwa banyak
wanita ingin menggunakan water birth selama persalinan untuk mendapatkan “
Labor Became Easier, More Comfortable, Less Painful, And More Efficient”.
Selama tahun 1980-1990, water birth bertumbuh pesat
di Inggris, Eropa, dan Kanada.11 Pada tahun 1985, The family Birthing di
Upland, California Selatan yang di pimpin oleh Dr. Michael Rosenthal
menyarankan wanita untuk bersalin dan melahirkan di air. Setelah 5 tahun
akumulasi pengalaman water birth, pada tahun 1993 telah terjadi 1000 kelahiran,
di Odent’s Birthing Center Pithiviers tanpa komplikasi atau infeksi pada ibu
atau bayi. Pada tahun 1989 Water Birth International Project, Barbara Harper
mengembangkan “Topic Of Gentle Alternatives In Childbirth”.10
Pada tahun 1991, Monadnock Community Hospital di Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat protokol water birth. Pada tahun 1990, The Scientific Advisory Committee membuat pernyataan tentang water birth dengan penekanan pada pentingya penelitian ilmiah. Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 tentang pentingnya keamanan persalinan dan kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan risiko water birth. Pada 1-2 april 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi pertama water birth untuk mengekplorasi masalah-masalah yang berkembang, dihadiri 39 negara dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun 1996, 2004, dan bulan September 2007.
Pada tahun 1991, Monadnock Community Hospital di Peterborough, New Hampshire menjadi rumah sakit pertama yang membuat protokol water birth. Pada tahun 1990, The Scientific Advisory Committee membuat pernyataan tentang water birth dengan penekanan pada pentingya penelitian ilmiah. Pernyataan tersebut di revisi tahun 1994 tentang pentingnya keamanan persalinan dan kelahiran di air, serta perlunya informasi yang tepat tentang manfaat dan risiko water birth. Pada 1-2 april 1995 pada Wembley Conference Center di London, Inggris, menggelar konferensi pertama water birth untuk mengekplorasi masalah-masalah yang berkembang, dihadiri 39 negara dengan data 19.000 persalinan di dalam air. Konferensi berlanjut tahun 1996, 2004, dan bulan September 2007.
Pada tahun 2005, terdapat lebih dari 300 rumah sakit
di Amerika Serikat telah mengadopsi protokol water birth. Lebih dari ¾ dari
seluruh rumah sakit di Inggris telah menyediakan water birth.7Di Indonesia
water birth masih baru dan mulai populer ketika Liz Adianti Harlizon melahirkan
dengan metode ini, selasa 4 Oktober 2006 pukul 06.05 WIB di SanMarie Family
Healthcare, Jakarta ditangani oleh dr. T. Otamar Samsudin, SpOG dan dr. Keumala
Pringgadini, SpA.
Di Bali telah ada sejak tahun 2003, Robin Lim dari
klinik Yayasan Bumi Sehat Desa Nyuh Kuning, Ubud-Bali telah menangani lebih
dari 400 kasus water birth per tahun termasuk Oppie Andaresta (20 Juli
2007)13,14 Sementara Rumah Sakit Umum di Bali yang pertama kali menyediakan
fasilitas water birth adalah Rumah Sakit Umum Harapan Bunda ~ Maternity
Hospital, Jl. Tukad Unda No. 1, Renon, Denpasar-Bali. Water Birth telah
dilaksanakan sejak 7 Oktober 2007. dan persalinan ini ditangani oleh dr. I Nyoman
Hariyasa Sanjaya, SpOG. (I Gusti Ngurah Made Bayuningrat : 2008)
2.3 Keuntungan
The American College of Obstetricians and
Gynecologists tahun 2006 tidak mengambil sikap resmi terhadap water birth. The
Royal College of Obstetricians and Gynecologists (RCOG) dan The Royal College
of midwives dengan tegas mendukung “Immersion in water during labour and
birth”. Penelitian yang mengkritik water birth umumnya menunjuk bukti-bukti
buruknya penanganan atau tidak adanya monitoring, dan penolong yang tidak
berpengalaman.
Metode water birth memiliki banyak keuntungan bagi
ibu dan bayi dibandingkan dengan metode persalinan tradisional. Ini dihubungkan
secara signifikan dengan adanya pengurangan penggunaan analgesik, pemendekan
persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi jika dibandingkan dengan
persalinan lainnya.
A retrospective comparison of water births and
conventional vaginal deliveries. Water birth pada ibu hamil risiko rendah oleh
tenaga professional seaman persalinan pervaginam normal.
A major survey, Alderlice et al 1995 menyimpulkan
bahwa tidak ada bukti persalinan water birth kurang aman dibandingkan
persalinan konvensional. Persalinan dan kelahiran di air dihubungkan dengan
pengurangan length of labour dan trauma perineum pada primigravida, dan
mengurangi penggunaan analgesia pada seluruh ibu hamil.17 Penelitian water
birth: one birthing center’s observations, water Birth dengan perhatian yang
baik tidak hanya sebagai suatu alternatif yang diinginkan, namun juga aman dan
memiliki intervensi intrapartum positif.
2.3.1 Keuntungan Bagi Ibu
a. Mengurangi Nyeri Persalinan Dan Memberi Rasa Nyaman
a. Mengurangi Nyeri Persalinan Dan Memberi Rasa Nyaman
Nyeri persalinan berkurang disebabkan ibu berendam
dalam air hangat yang membuat rileks dan nyaman sehingga rasa sakit dan stres
akan berkurang. Mengurangi rasa sakit adalah tujuan utamanya, sedangkan secara
teknis melahirkan dalam air pada dasarnya sama seperti melahirkan normal,
proses dan prosedurnya sama, hanya tempatnya yang berbeda. Pada water birth ibu
melahirkan bayinya dalam kolam dengan posisi bebas dan yang paling dirasakan
nyaman oleh ibu. Kolam dapat terbuat dari fiber glass atau bahan lain.
Adanya mitos yang menyebutkan bahwa water birth dapat mengurangi keseluruhan nyeri pada persalinan, namun menyebabkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya water birth merupakan persalinan alamiah dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi, meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air, berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di banding persalinan konvensional. Harper melaporkan bahwa water birth efektif untuk menangani nyeri persalinan. Suatu Randomized Controlled Trial (RCT), ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Secara retrospektif dilaporkan berkurangnya nyeri dan meningkatnya kepuasan.
Adanya mitos yang menyebutkan bahwa water birth dapat mengurangi keseluruhan nyeri pada persalinan, namun menyebabkan pemanjangan fase-fase persalinan. Pada kenyataannya water birth merupakan persalinan alamiah dan tidak sepenuhnya mengurangi nyeri kontraksi, meskipun demikian banyak wanita merasakan adanya pengurangan nyeri sewaktu ada dalam air, berendam dalam air hangat dan mengapung. Penelitian juga menunjukkan persalinan dalam air sesungguhnya dapat memperpendek persalinan kala I dan tekanan darah menjadi lebih rendah di banding persalinan konvensional. Harper melaporkan bahwa water birth efektif untuk menangani nyeri persalinan. Suatu Randomized Controlled Trial (RCT), ibu hamil yang berendam di dalam air hangat pada persalinan dengan penyulit (distosia) dibandingkan dengan augmentasi standar menunjukkan bahwa angka penggunaan epidural analgesia dan intervensi obstetri lebih rendah. Secara retrospektif dilaporkan berkurangnya nyeri dan meningkatnya kepuasan.
Water Birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy,
metode ini efektif dan bermanfaat dalam penanganan nyeri pada kondisi seperti
lower back pain (yang umumnya menjadi keluhan ibu saat persalinan). Evaluasi
terhadap 17 Randomized Controlled Trial (RCT), 2 Controlled Studies, 12 Cohort
Studies, dan 2 laporan kasus, menyimpulkan bahwa terdapat keuntungan
hydrotherapy dalam penanganan nyeri, bermanfaat, manjur dan memiliki efek
mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan, terutama sekali pada orang dengan
rematik dan nyeri pinggang bawah kronik. Hydrotherapy juga merupakan suatu
alternatif yang relatif aman jika dibandingkan dengan penanganan nyeri
persalinan konvensional (menggunakan anestesi dan narkotik). Berendam dalam air
akan dapat mengurangi 75% nyeri persalinan
Pada persalinan dan atau kelahiran di air, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri. A Cochrane Systemic review juga mendukung pendapat bahwa berendam dalam air selama persalinan kala I akan dapat mengurangi penggunaan analgesik dan rasa nyeri pada ibu bersalin, tanpa hal yang merugikan dalam durasi persalinan, luaran bayi dan persalinan operatif.
Pada persalinan dan atau kelahiran di air, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, pergerakan selama persalinan water birth yang lebih leluasa menyebabkan ibu nyaman dan rileks, sedangkan air hangat akan membantu mengurangi nyeri. A Cochrane Systemic review juga mendukung pendapat bahwa berendam dalam air selama persalinan kala I akan dapat mengurangi penggunaan analgesik dan rasa nyeri pada ibu bersalin, tanpa hal yang merugikan dalam durasi persalinan, luaran bayi dan persalinan operatif.
b. Mengurangi Tindakan Episiotomi
Dalam hal trauma perineum, dukungan air pada waktu
kepala bayi yang crowning lambat akan menurunkan risiko robekan, dan dapat
mengurangi keperluan akan tindakan episiotomi. Dalam literatur water birth
bahkan tidak ditemukan angka kejadian episiotomi.23 Selain hal tersebut, trauma
perineum yang terjadi dilaporkan tidak berat, dengan dijumpai lebih banyak
kejadian intak perineum, tetapi beberapa literatur mendapatkan frekuensi
robekan sama pada persalinan primipara di dalam maupun di luar air.Masih
terdapat mitos bahwa ibu yang melahirkan dalam air lebih mungkin untuk
mengalami robekan karena yang membantu persalinan kesulitan untuk melakukan
episiotomi jika diperlukan. Namun sesungguhnya ibu yang melahirkan dalam air
hangat kurang mengalami robekan, karena air hangat dapat meningkatkan aliran
darah dan mampu melunakkan jaringan di sekitar perineum ibu. Ketika memerlukan
episiotomi, penolong justru lebih mudah menjangkau bagian perineum ibu untuk
melakukan massage atau tindakan lain. Kebanyakan episiotomi tidak diperlukan,
dan jika penolong mengganggap selama proses persalinan terdapat keadaan
emergensi, penolong akan membatalkan pelaksanaan metode ini.
The Birth Centre Network UK, Nicoll A. et al mendapatkan 300 kelahiran pertahun, 150 diantaranya menggunakan water birth dengan episiotomy rate 2%.28 A Comparative Study tentang water birth yang membandingkan antara metode Maia-birthing stool, bedbirths (kecuali vakum ekstraksi), dimana didapatkan data bahwa kejadian episiotomi pada water birth 12,8%, Maia-birthing stool 27,7%, bedbirths 35,4%, perbedaan ini secara statistik sangat bermakna.
The Birth Centre Network UK, Nicoll A. et al mendapatkan 300 kelahiran pertahun, 150 diantaranya menggunakan water birth dengan episiotomy rate 2%.28 A Comparative Study tentang water birth yang membandingkan antara metode Maia-birthing stool, bedbirths (kecuali vakum ekstraksi), dimana didapatkan data bahwa kejadian episiotomi pada water birth 12,8%, Maia-birthing stool 27,7%, bedbirths 35,4%, perbedaan ini secara statistik sangat bermakna.
c.
Pemendekan Persalinan Kala I
Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat
mempercepat proses persalinan yang dihubungkan secara signifikan dengan
persalinan kala I yang akan menjadi lebih pendek. Dalam hal ini ibu dapat lebih
mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks, nyaman,
menghemat tenaga ibu, mengurangi keperluan obat-obatan dan intervensi lainnya,
memberi perlindungan secara pribadi, mengurangi trauma perineum, meminimalkan
penggunaan episiotomi, mengurangi kejadian seksio sesarea, memudahkan persalinan.
A comparative study after 555 birth in water.
Penelitian ini menunjukkan keuntungan medis yang relevan untuk persalinan dalam
air, dan pengurangan yang signifikan terhadap durasi persalinan kala I,
bermaknanya pengurangan episiotomi dan laserasi perineum serta keperluan
analgesik. Keamanan neonatus terjamin dengan tetap memperhatikan kontraindikasi
yang ada.33
d. Menurunkan Tekanan Darah
Dalam hal menurunkan tekanan darah. Menurut Pre
& Perinatal Psycology Association of North America Conference, wanita dengan
hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air
hangat selama 10-15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.
2.3.2 Keuntungan
Bagi Bayi
Persalinan sendiri dapat menjadi masalah, mungkin
juga mengganggu, dan merupakan pengalaman bagi bayi. Water Birth memberikan
keuntungan terutama saat kepala bayi masuk ke jalan lahir, dimana persalinan
akan menjadi lebih mudah. Air hangat dengan suhu yang tepat suasananya
menyerupai lingkungan intrauterin sehingga memudahkan transisi dari jalan lahir
ke dunia luar. Air hangat juga dapat mengurangi ketegangan perineum dan memberi
rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga bayi lahir kurang mendapatkan trauma
(oleh karena adanya efek dapat melenturkan dan meregangkan jaringan perineum
dan vulva) dibandingkan pada persalinan air dingin dan tempat bersalin umumnya.
Bayi yang lahir di dalam air tidak segera menangis,
bayi tampak menjadi tenang. Bayi tidak tenggelam jika dilahirkan di air, karena
selama kehamilan bayi hidup dalam lingkungan air (amnion) sampai terjadi
transisi persalinan dari uterus ke permukaan air. Demikian pula masalah lilitan
tali pusat di leher, tidak menjadi masalah, sepanjang tidak ada deselerasi denyut
jantung bayi (yang menunjukkan fetal distress) sebagai akibat ketatnya belitan
tali pusat di leher.
Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu, juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau risiko cedera kepala bayi, kulit bayi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban. Oleh karena itu metode ini dikenal sebagai persalinan “Easier for Mom ~ Better for Babies”.
Pemendekan persalinan kala I selain memudahkan persalinan bagi ibu, juga baik untuk bayi yaitu mencegah trauma atau risiko cedera kepala bayi, kulit bayi lebih bersih, menurunkan risiko bayi keracunan air ketuban. Oleh karena itu metode ini dikenal sebagai persalinan “Easier for Mom ~ Better for Babies”.
2.4 Kerugian
a. Risiko dan
Komplikasi
Menurut para pendukung water birth metode ini tidak
menyebabkan risiko serius maupun komplikasi. Hal ini hanya akan terjadi, jika
prosedur yang dilakukan tidak tepat atau penanganannya buruk. Protokol
persalinan merupakan suatu hal penting yang harus dimiliki untuk mencegah
risiko dan komplikasi.36 A comparative study. A prospective study on more than
2000 waterbirths; water birth dan berbagai alternatif persalinan seperti
Maia-birthing stool memiliki risiko yang lebih rendah pada ibu dan bayi
daripada bedbirths jika dalam penanganan kelahiran menggunakan monitoring yang
baik. Adapun risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:
1. Risiko
Maternal
a.
Infeksi.
Menurut European
Journal of Obstetrics and Reproductive Biology 2007, Water Birth merupakan 'a valuable
alternative' persalinan normal. Penelitian yang dipimpin oleh Rosanna
Zanetti-Daellenbach menemukan tidak ada perbedaan angka kejadian infeksi
maternal maupun neonatal atau parameter laboratorium termasuk luaran fetus
dalam hal APGAR Score, pH darah, dan keperluan perawatan intensif.
Ada pendapat yang
menyatakan bahwa water birth menyebabkan risiko infeksi oleh karena berendam
dalam air yang tidak steril dan ibu dapat mengeluarkan kotoran saat mengedan
dalam kolam air. Namun penelitian menunjukkan bahwa traktus intestinal bayi
mendapatkan keuntungan dari paparan ini. Kelahiran tersebut dan diri kita
sendiri tidak steril. Sekresi vagina, blood slim, cairan amnion, dan feses ibu
ketika bayi masuk ke dalam rongga panggul, keseluruhannya tidak steril. Jika
ibu dalam keadaan persalinan kala aktif, air tidak akan masuk ke jalan lahir
sewaktu ibu ada dalam kolam. Air dapat masuk ke vagina, namun tidak dapat masuk
ke vagina bagian dalam, ke serviks maupun uterus. Penyakit infeksi tertentu,
akan mati segera ketika kontak dengan air.
Salah satu cara yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi adalah menggunakan pompa pengatur
agar air tetap bersirkulasi dengan filter/penyaring air sehingga jika air
terminum tidak berisiko infeksi. Kolam yang sudah disterilkan kemudian akan
diisi air yang suhunya sekitar 32-370C disesuaikan dengan suhu tubuh.
b. Perdarahan
Postpartum
Risiko perdarahan pada
ibu dan bayi juga harus dipertimbangkan. Walaupun comparative study di Swiss
menunjukkan suatu hal yang positif, namun penelitian lain di Inggris tidak
menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara metode water birth dengan
metode persalinan lainnya.39
Penyedia layanan water birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah perdarahan post partum, sementara metode penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam seperti di The University of Michigan Hospital.
Penyedia layanan water birth yang tidak berpengalaman akan sukar menilai jumlah perdarahan post partum, sementara metode penanganannya telah berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan sejumlah penyedia layanan lebih memilih melahirkan plasenta di luar kolam seperti di The University of Michigan Hospital.
c. Trauma
Perineum.
Penggunaan episiotomi
pada water birth 8,3% tidak menunjukkan laserasi perineum derajat tingkat III
dan IV dan 25,7%, pada land birth menunjukkan kejadian laserasi perineum
derajat tingkat III dan IV dengan angka penggunaan episiotomi lebih tinggi.3 A
Cochrane review oleh Cluett et all, membuktikan bahwa ada risiko terjadi trauma
perineum pada persalinan dengan water birth, namun tidak terdapat perbedaan
yang bermakna pada luaran klinik dalam hal trauma perineum.
Pada penelitian tahun
1991-1997 Obstetrics and Gynecology of Cantonal Hospital of Frauenfeld,
Switzerland membandingkan 3 grup persalinan pervaginam : water birth,
Maia-birthing stool, dan bedbirth mendapatkan angka kejadian episiotomi 12,8%
pada water birth 27,7% pada Maia-birthing stool, dan 35,4% pada bedbirth. Ini
secara statistik sangat bermakna. Disamping angka episiotomi bedbirth terjadi
paling tinggi juga menunjukkan derajat laserasi perineum III dan IV(4,1%) 29
2. Risiko
Neonatal
Terdapat risiko penting
secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan, ruptur tali pusat
disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air. Laporan dari sejumlah
kasus menghubungkan water birth dengan respiratory distress, hyponatremia,
infeksi, hypoxic ischemic encephalopathy, ruptur tali pusat, kejang,
takikardia, demam (dihubungkan dengan temperatur air), serta near drowning pada
bayi atau fetus.
a.
Terputusnya Tali Pusat.
Mekanisme
terputusnya tali pusat ini terjadi ketika bayi lahir sesegera mungkin dibawa ke
permukaan air tidak secara “gentle”, jika tali pusat pendek akan dapat
mengakibatkan tegangan yang berlebihan pada tali pusat.46
Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat.40 Suatu penelitian yang tidak terduga menunjukkan hasil bahwa 5 dari 37 bayi (14%) yang lahir di air dan memerlukan perawatan khusus karena terputusnya tali pusat, 1 bayi memerlukan tranfusi. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan biasanya. Tidak ada data risiko terputusnya tali pusat pada persalinan normal di luar air.
Suatu review yang mengidentifikasi 16 artikel, melaporkan adanya 63 komplikasi neonatal diakibatkan oleh water birth, salah satu diantaranya adalah masalah putusnya tali pusat.40 Suatu penelitian yang tidak terduga menunjukkan hasil bahwa 5 dari 37 bayi (14%) yang lahir di air dan memerlukan perawatan khusus karena terputusnya tali pusat, 1 bayi memerlukan tranfusi. Kasus terputusnya tali pusat kemungkinan disebabkan oleh terlalu cepat mengangkat bayi kepermukaan sehingga menyebabkan tarikan cepat dari tali pusat yang melampaui panjang tali dibandingkan biasanya. Tidak ada data risiko terputusnya tali pusat pada persalinan normal di luar air.
b.
Takikardi.
c.
Infeksi.
Risiko
infeksi jarang terjadi pada water birth.29 Infeksi saluran pernapasan pada bayi
yang dilahirkan secara water birth jarang terjadi, namun risiko ini tetap harus
diperhitungkan.39 Sejumlah kasus yang mungkin membahayakan bayi antara lain
infeksi herpes, perdarahan luas, dan berbagai infeksi lainnya. Metode water
birth tidak direkomendasikan pada bayi preterm. Berdasarkan laporan kasus yang
dipublikasikan, infeksi P. aeruginosa didapatkan pada swab telinga dan
umbilicus bayi yang lahir dengan water birth.
Pada suatu Randomized Controlled Trial dari akibat water birth di Canada, tidak menemukan perbedaan pada ibu risiko rendah dan adanya tanda infeksi pada ibu dengan ruptur membran ketuban. Penelitian tahun 1999 tentang kultur bakteri di Oregon Health Sciences University Hospital, tidak menemukan secara langsung bakteri pada kultur kolam persalinan, sementara bakteri pseudomonas yang umumnya ada pada kran air ditemukan, namun janin yang terinfeksi bakteri tersebut tidak memerlukan terapi antiinfeksi. Ini mengkonfirmasi terhadap apa yang ditemukan pada penelitian di Inggris lebih dari 3 tahun.
Pada suatu Randomized Controlled Trial dari akibat water birth di Canada, tidak menemukan perbedaan pada ibu risiko rendah dan adanya tanda infeksi pada ibu dengan ruptur membran ketuban. Penelitian tahun 1999 tentang kultur bakteri di Oregon Health Sciences University Hospital, tidak menemukan secara langsung bakteri pada kultur kolam persalinan, sementara bakteri pseudomonas yang umumnya ada pada kran air ditemukan, namun janin yang terinfeksi bakteri tersebut tidak memerlukan terapi antiinfeksi. Ini mengkonfirmasi terhadap apa yang ditemukan pada penelitian di Inggris lebih dari 3 tahun.
Sebaiknya
ada protokol ketat untuk menjaga kebersihan kolam antara persalinan satu dengan
yang lain (terutama di rumah sakit), karena ada sedikit risiko perpindahan bakteri
dari bayi ke bayi atau ibu ke ibu. Selain itu biasanya pada keran air terdapat
bakteri Pseudomonas. Pediatri menganjurkan untuk mempertimbangkan adanya gejala
infeksi pseudomonas pada bayi dengan persalinan water birth.
d.
Hipoksia.
Tali
pusat secara terus menerus akan menyediakan darah beroksigen, sambil bayi
merespon stimulasi baru yaitu pertama kali mengisi paru-parunya dengan udara.
Penundaan pengkleman dan pemotongan tali pusat sangat bermanfaat dalam proses
transisi bayi untuk hidup di luar uterus. Ini akan memaksimalkan fungsi perfusi
jaringan paru. Garland (2000) tidak merekomendasikan pemotongan dan pengkleman
tali pusat sampai bayi mencapai permukaan air disebabkan oleh meningkatnya
risiko hipoksia. Hipoksia bayi akan mengganggu baby’s dive reflex, yang
mengakibatkan penekanan respon menelan sehingga akan menimbulkan bayi menghirup
air selama proses water birth. Odent (1998) merekomendasikan pengkleman tali
pusat 4-5 menit setelah persalinan. Namun menurut Austin, Bridges, Markiewicz
and Abrahamson (1997) penundaan pengkleman tali pusat dapat mengakibatkan
polisitemia, berdasarkan hipotesa bahwa air hangat mencegah vasokonstriksi tali
pusat sehingga banyak darah ibu tertransfer ke bayi (vasokontriksi terjadi
ketika kontak dengan udara).
e.
Aspirasi Air dan Tenggelam.
Terdapat
berbagai kritikan tentang water birth, dimana adanya risiko tenggelam jika bayi
menghirup air atau bernapas dalam air. Secara teoritis risiko terjadinya
aspirasi air pada water birth sekitar 95%. Risiko masuknya air ke dalam paru-paru
bayi dapat dihindari dengan mengangkat bayi yang lahir sesegera mungkin ke
permukaan air. Pemanjangan fase berendam mengakibatkan kekurangan oksigen,
emboli air, dan perdarahan. Air hangat mencegah pembekuan darah setelah
persalinan, dan juga risiko infeksi. Menurut British Medical Journal (BMJ)
bulan juni 2005, bayi-bayi dengan sendirinya tidak akan bernapas sampai
terpapar udara, kecuali mengalami asfiksia yang diakibatkan penekanan tali
pusat.
Berdasarkan penelitian diperkirakan sekitar 38% bayi yang lahir dengan water birth berisiko tenggelam. Pada bulan Nopember 2005, dokter-dokter di New Zealand menemukan 4 kejadian bayi baru lahir nyaris tenggelam. Hal ini menandakan mengapa mereka percaya bahwa fakta-fakta lebih baik dan lebih dapat membuktikan pentingya keamanan pada persalinan ini, serta adanya risiko-risiko lain seperti severe respiratory distress dan masalah pernapasan lainnya.
Berdasarkan penelitian diperkirakan sekitar 38% bayi yang lahir dengan water birth berisiko tenggelam. Pada bulan Nopember 2005, dokter-dokter di New Zealand menemukan 4 kejadian bayi baru lahir nyaris tenggelam. Hal ini menandakan mengapa mereka percaya bahwa fakta-fakta lebih baik dan lebih dapat membuktikan pentingya keamanan pada persalinan ini, serta adanya risiko-risiko lain seperti severe respiratory distress dan masalah pernapasan lainnya.
2.5 Indikasi
Syarat-Syarat
a)
Ibu hamil risiko rendah.
b)
Ibu hamil tidak mengalami infeksi
vagina, saluran kencing, dan kulit.
c)
Tanda vital ibu dalam batas normal,
dan CTG bayi normal (baseline, variabilitas, dan ada akselerasi)
d)
Idealnya, air hangat digunakan
untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm.
e)
Pasien setuju mengikuti instruksi penolong,
termasuk keluar dari kolam tempat berendam jika diperlukan.
Kriteria/Indikasi
a) Merupakan
pilihan ibu.
b) Kehamilan
normal ≥ 37 minggu.
c) Fetus
tunggal presentasi kepala.
d) Tidak
menggunakan obat-obat penenang.
e) Ketuban
pecah spontan < 24 jam.
f) Kriteria
non klinik seperti staf atau peralatan.
g) Tidak
ada komplikasi kehamilan (preeklampsia, gula darah tak terkontrol, dll).
h) Tidak
ada perdarahan.
i)
Denyut jantung normal.
j)
Cairan amnion jernih.
k) Persalinan
spontan atau setelah menggunakan misoprostol atau pitocin.
Kontraindikasi
a) Infeksi
yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah.
b) Infeksi
dan demam pada ibu.
c) Herpes
genitalis.
d) HIV,
Hepatitis.
e) Denyut
jantung abnormal.
f) Perdarahan
pervaginam berlebihan
g) Makrosomia.
h) Mekoneum
i)
Kondisi yang memerlukan monitoring terus
menerus.
2.6 Morbiditas dan Mortalitas
Kemiripan morbiditas
dan mortalitas pada ibu risiko rendah memberi kesan bahwa persalinan di air
tidak substansial meningkatkan luaran perinatal yang buruk. The National Surveillance pada penelitiannya tidak mendapatkan
perbedaan angka morbiditas dan mortalitas perinatal antara bayi yang lahir
dengan water birth dibandingkan dengan persalinan konvensional, sebaliknya ibu
hamil yang melahirkan di air mendapat pengalaman persalinan yang memuaskan.
Penelitian water birth berskala besar di Inggris antara tahun 1994-1996
menunjukkan gambaran mortalitas perinatal dari persalinan dengan water birth
adalah 1,2 per 1000 kelahiran hidup (95% CI 0,4-2,9)50 dan kematian perinatal
dari persalinan konvensional adalah 8,4 per 1000 kelahiran hidup (95% CI
0,7-2,3).7,11,50 Tidak ditemukan laporan yang valid tentang kematian bayi
akibat aspirasi atau inhalasi air pada 150.000 catatan medis dari seluruh dunia
antara tahun 1985-1999 mengenai water birth.
Pada bulan Agustus 1999
The British Medical Journal mempublikasikan penelitian antara bulan April
1994-Maret 1996 pada 4032 bayi yang lahir dengan water birth, yang menyimpulkan
bahwa mortalitas perinatal secara substansial tidak lebih tinggi pada
persalinan dengan water birth dibandingkan dengan kelahiran pada ibu hamil
risiko rendah yang menggunakan metode persalinan konvensional. The British
Paediatric Surveillance menyebutkan tentang kematian atau perlunya penanganan
khusus pada bayi yang persalinannya dalam air dari tahun 1994-6. Ini
menggambarkan perbandingan jumlah total orang yang bersalin dalam air. Terdapat
5 kematian perinatal dari lebih 4032 Water Birth (1,2 per 1000). 1 bayi
meninggal dalam kandungan, 1 lahir mati setelah bayi lahir tanpa perawatan
karena kehamilan yang disembunyikan, 3 postnatal death dengan penyebab
spesifik; infeksi herpes, perdarahan otak setelah persalinan cepat, hypoplastic
lungs. 35 bayi (termasuk 3 postnatal death) yang memerlukan penanganan khusus
dan 15 mengalami masalah pernapasan termasuk 1 aspirasi air, 1 “freshwater
drowning”, 5 bayi tali pusat putus, 6 kematian ibu yang tampaknya tidak
menggunakan kolam persalinan. Kematian perinatal serupa pada persalinan risiko
rendah, tetapi data mengenai penyebabnya tidak lengkap. Peneliti menyimpulkan tidak
ada bukti yang substansial dalam peningkatan risiko.
Hal tersebut sama
dengan hasil audit yang digambarkan oleh The British Paediatric Surveillance
Unit pada tahun 1999. Bayi-bayi yang memerlukan penanganan khusus 8,4 per 1000
kelahiran hidup dibandingkan persalinan konvensional 37 per 1000 kelahiran
hidup bahkan dengan manajemen home birth mendapatkan risiko 9,2 per 1000
kelahiran hidup yang memerlukan penanganan khusus.
Beberapa literatur
menyebutkan rendahnya angka morbiditas water birth. Pada penelitian Water
Birth-A Near Drowning Experience telah ditangani 4 neonatus yang teraspirasi
air dan edema paru umur lebih dari 18 bulan. Pada gambaran radiologi ditemukan
janin mengalami edema paru luas, dengan takipnea transient (2 dari 4 kasus
tidak ada informasi tentang proses kelahiran di dalam air, sedangkan 1 dari 4 janin
mengalami hiponatremia).
Menurut penelitian
Experience with under-water birth. Underwater birth sekarang dianggap sebagai
suatu metode persalinan yang dapat diterima. Keamanan menjadi pertimbangan,
perhatian utama pada kasus tenggelam, namun dari 19000 laporan underwater birth
tidak terdapat hal yang merugikan. Underwater birth aman dan bermanfaat jika
digunakan secara tepat pada pasien risiko rendah.
2.7 Patofisiologi
2.7.1 Pengurangan Rasa Nyeri
Keuntungan yang
diperoleh dengan metode persalinan ini adalah berkurangnya rasa nyeri ketika persalinan berlangsung. Hal ini
disebabkan oleh keadaan sirkulasi darah uterus yang menjadi lebih baik,
berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorphin (stress
related hormone). Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan
pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien
dan sirkulasi darah lebih baik. Ini menyebabkan sirkulasi dan oksigenasi darah
otot uterus menjadi lebih baik.Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu
untuk bergerak bebas, dapat memberi rasa lebih rileks dan nyaman, sehingga ibu
hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya, dan oleh karena kondisi ibu
nyaman maka sirkulasi darah dan oksigen dari plasenta ke janin berlangsung
lebih baik, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu. Suhu tubuh
yang baik ini akan mempengaruhi oksigenasi bayi, sehingga bayi mampu
beradaptasi terhadap lingkungan di luar rahim dengan baik. Suatu penelitian di Swiss menemukan bahwa bayi yang
lahir di air Apgar Score rata-rata 5 menit secara signifikan lebih tinggi.
Air hangat dan tekanan
dari pusaran air kolam tersebut merupakan salah satu sumber penghilang rasa
sakit selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami,
sehingga ibu hamil dapat berubah posisi tanpa beban saat berendam di air.2
Berendam dalam air hangat dapat merangsang respon fisiologi pada ibu hamil,
sehingga dapat mengurangi nyeri termasuk redistribusi volume darah, yang mana
akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopressin, sehingga akan meningkatkan
level oksitosin dalam darah. Selain itu ada hipotesa yang menyatakan bahwa air
hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental selanjutnya menyebabkan
peningkatan pelepasan katekolamin, yang memungkinkan peningkatan perfusi,
relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga dapat mengurangi nyeri kontraksi dan pemendekan
fase persalinan.
2.7.2 Pengurangan Risiko Aspirasi
Ada beberapa faktor
yang mencegah bayi menghirup air sewaktu bersalin. Pertama, terdapat faktor
penghambat yang secara normal ada pada setiap bayi. Bayi dalam kandungan
mendapatkan oksigen dari plasenta melalui tali pusat dan bernapas dengan
menggerakkan otot-otot intercostal dan diaphragma dengan pola teratur sejak
usia kehamilan 10 minggu. Janin menerima oksigen
selama kehamilan melalui tali pusat sampai waktu ketika tali pusat dipotong
atau plasenta terlepas dari dinding rahim, rata-rata 2-10 menit setelah lahir
hingga 30 menit. Kerja otot diaphragma dan intercostal, menyebabkan lebih
banyak darah mengalir ke organ vital termasuk otak sehingga dapat dilihat
penurunan Fetal Beat Movement (FBM) pada profil biofisik. Pada 24-48 jam
sebelum onset persalinan spontan, bayi mengalami peningkatan level
prostaglandin E2 dari plasenta yang menyebabkan perlambatan dan penghentian
gerakan napas. Secara normal terlihat pergerakan otot kira-kira 40%. Ketika
bayi lahir dan level prostaglandin masih tinggi, otot bayi untuk pernapasan
sederhana belum bekerja, hal tersebut merupakan respon penghambatan pertama.
Respon penghambat kedua
adalah fakta bahwa bayi-bayi yang lahir mengalami hipoksia akut atau kekurangan
oksigen. Ini merupakan respon proses kelahiran. Hipoksia menyebabkan apnea dan
menelan, bukan bernapas ataupun mengap-mengap. Jika janin mengalami kekurangan
oksigen berat dan lama, maka mengap-mengap dapat terjadi setelah lahir, mungkin
air akan terhirup ke dalam paru-paru. Jika bayi bermasalah selama persalinan,
variabilitasnya akan melebar yang tercatat pada Fetal Heart Rate, hal ini
mengakibatkan prolonged bradicardia, sehingga penolong akan meminta ibu untuk
meninggalkan kolam sebelum bayi lahir.
Faktor ketiga yang
menghambat bayi dalam merespon pernapasan ketika berada di dalam air, adalah
perbedaan temperatur. Temperatur air dibuat sesuai temperatur badan ibu.
Menurut Paul Johnson mekanisme pernapasan neonatus dirangsang oleh perubahan
tekanan udara. Temperatur air kolam serupa dengan cairan amnion yang dapat
menjadi faktor penghambatan. Penelitian terbaru dan observasi di Jerman,
Jepang, dan Rusia memberi kesan bahwa temperatur rendah pada waktu lahir
berkontribusi pada vigorous baby.
Cairan paru diproduksi
dalam paru-paru dan yang secara kimia menyerupai cairan lambung. Cairan ini
akan keluar melalui mulut dan ditelan oleh janin. Air merupakan larutan
hipotonik dan cairan paru-paru terdapat pada janin adalah hipertonik. Jika air
melewati laring, tidak dapat melintasi paru-paru, karena berdasarkan fakta
bahwa larutan hipertonik lebih padat dan mencegah larutan hipotonik bergabung
atau masuk kedalamnya.
Faktor penghambat
penting lain adalah Dive reflex (refleks penyelaman/ mammallian diving reflex)
yang mengelilingi laring. Laring dibungkus oleh kemoreseptor atau taste buds.
Laring memiliki 5 kali lebih banyak taste buds dibanding lidah. Jadi, ketika
larutan mengenai dinding belakang tenggorokan, melewati laring, taste buds
menginterprestasikan jenis zat dan glottis otomatis menutup, sehingga larutan
akan tertelan, tidak terhirup. Bayi baru lahir sangat cerdas dan dapat
mendeteksi substansi apa yang mengenainya, dapat membedakan antara cairan
amnion, air, susu, dan ASI yang diakibatkan oleh adanya Dive Reflex.
Pada kondisi bayi
normal (dilihat dari monitoring Fetal Heart Rate selama persalinan), kombinasi
faktor-faktor tersebut di atas mencegah bayi bernapas di dalam air sampai bayi
berada di atas permukaan air.
Pernapasan janin
pertama kali terjadi setelah wajah ada di permukaan air, dimana akan merangsang
mammalian diving reflex yang berhubungan dengan tekanan udara pada daerah
nervus trigeminus wajah. Pada pernapasan bayi pertama kali terjadi adalah
dengan merubah sirkulasi janin ke sirkulasi bayi, penutupan shunt pada jantung,
membuat sirkulasi pulmonal, merubah tekanan pada paru-paru, mendorong cairan
keluar yang akan mempersiapkan ruangan paru-paru dan mengijinkan pertukaran
oksigen dan karbondioksida. Proses ini memerlukan beberapa menit untuk memulai
secara lengkap. Selama waktu tertentu bayi masih menerima oksigen dari tali
pusat. Tidak ada ancaman bahwa bayi akan menghirup air selama proses kelahiran
karena faktor pencetus untuk menghirup oksigen tidak akan ada sampai kepala
bayi kontak dengan udara. Menurut BMJ bulan Juni 2005, bayi-bayi dengan
sendirinya tidak akan bernapas sampai terpapar udara, kecuali mengalami
asfiksia yang diakibatkan penekanan tali pusat.
2.7.3 Pemendekan Fase Persalinan
Persalinan dalam air
kadangkala dihubungkan dengan penurunan
intensitas kontraksi, sehingga menyebabkan perlambatan persalinan. Namun ahli persalinan di air setuju bahwa
ini harus dievaluasi kasus per kasus. Beberapa rumah sakit mengadopsi hukum “5 cm”, yaitu ibu hamil diijinkan masuk
ke kolam ketika berada pada persalinan aktif dengan dilatasi serviks lebih dari 5 cm.
Ibu hamil masuk ke dalam air selama persalinan kala I diyakini kurang bermanfaat. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal ini akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang memberi efek melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal.
Ibu hamil masuk ke dalam air selama persalinan kala I diyakini kurang bermanfaat. Tidak ada bukti kuat kriteria kapan saat yang tepat untuk berendam pada persalinan kala I, sehingga persalinan awal ini akan lebih baik jika ditangani dengan mobilisasi daripada berendam. Ada juga laporan bahwa air kadang-kadang memberi efek melambatkan bahkan menghentikan persalinan jika digunakan terlalu dini dan banyak dilaporkan bahwa kontraksi kurang efektif jika ibu berendam terlalu awal.
2.7.4 Pengurangan Perdarahan Postpartum
Hilangnya darah ibu
selama water birth sangat sedikit. Rata-rata darah yang hilang pada water birth 5,26 g/l secara bermakna lebih rendah
daripada land birth 8,08 g/l.3
Kehilangan darah pada persalinan ini sukar dinilai terutama jika diakibatkan
oleh penolong yang kurang berpengalaman pada persalinan dalam air.
2.8
Prosedur waterbirth
Beberapa instrumentasi essential yang harus
dipersiapkan pada persalinan dengan metode water birth antara lain:
2.8.1 Persiapan alat :
a)
Termometer ibu.
b)
Doppler anti
air.
c)
Sarung tangan.
d)
Pakaian kerja
(apron).
e)
Jaring untuk
mengangkat kotoran.
f)
Alas lutut kaki,
bantal, instrumen partus set.
g)
Shower air
hangat.
h)
Portable/permanent
pool.
i)
Handuk, selimut.
j)
Warmer dan
peralatan resusitasi bayi.
2.8.2 Selama
Berlangsungnya Persalinan
a. Ibu masuk berendam
ke dalam air direkomendasikan saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi
uterus baik. Ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya
b. Observasi dan monitoring antara lain :
b. Observasi dan monitoring antara lain :
1. Fetal Heart Rate (FHR) dengan doppler atau fetoskop
setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama
persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, setelah kontraksi.
2. Penipisan dan Pembukaan serviks dan posisi janin.
Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta
sementara keluar dari air untuk diperiksa.
3. Status Ketuban, jika terjadi ruptur ketuban, periksa
FHR, dan periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekoneum, pasien
harus meninggalkan kolam.
4. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu
setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu mengalami pusing, periksa vital
sign, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi.
5. Hidrasi Ibu. Dehidrasi dibuktikan dengan adanya
takikardi ibu dan janin dan peningkatan suhu badan ibu. Jika tanda dan gejala
dehidrasi terjadi, ibu diberi cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer
laktat (RL).
c. Manajemen kala II
1.
Mengedan
seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedan spontan, risiko
ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida dalam sirkulasi maternal-fetal
berkurang, dan juga akan dapat melelahkan ibu dan bayi.
2.
Persalinan, bila
mungkin metode ”hand off”. Ini akan meminimalkan stimulasi.
3.
Tidak diperlukan
palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan
melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus
dengan tidak semestinya, hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air.
Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air.
4.
Bayi seharusnya
lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa kepermukaan secara
“gentle”. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air
dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia, mencegah
transfusi ibu ke bayi. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan
merendamnya kembali.
d. Manajemen kala III
1.
Manajemen aktif
dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam.
2.
Saat manajemen
aktif kala III, syntometrine dapat diberikan.
3.
Estimasikan
perdarahan < atau > 500 ml.
4.
Penjahitan
perineum dapat di tunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi
air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan).
2.8.3 Selama Mengedan dan Persalinan
1.
Ibu mengambil
sikap yang dirasakan aman dan nyaman untuknya. Keleluasaan gerakan yang
mengijinkan ibu mengambil posisi yang tepat untuk bersalin.
2.
Lahirnya kepala
bayi difasilitasi oleh adanya dorongan lembut kontraksi uterus. Sarung tangan
digunakan penolong untuk melahirkan bayi. Sokong perineum, massage, dan tekan
dengan lembut jika diperlukan. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala dengan
tangannya.
3.
Manipulasi
kepala biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi karena air memiliki
kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun demikian, pasien perlu berdiri membantu
mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat. Meminimalkan
rangsangan mengurangi risiko gangguan pernapasan.
4.
Sewaktu bayi
lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang lembut, muka ke bawah, dan
muncul dari dalam air tidak lebih dari 20 detik. Janin dapat diistirahatkan di
dada ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika diperlukan. Penanganan
ini sebaiknya melihat juga panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian
bayi diberi selimut, dan di monitor.
5.
Idealnya, ibu
dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat di klem
dan dipotong, dan bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti dan kemudian
diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu di bantu keluar
dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar tergantung
penolong. Ibu dianjurkan menyusui sesegera mungkin setelah bayi lahir untuk
membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta. Risiko secara teori yang
dihubungkan dengan efek relaksasi air hangat terhadap otot-otot uterus termasuk
solusio plasenta, emboli air dan peningkatan perdarahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Water
birth merupakan salah satu pilihan persalinan untuk mengurangi rasa nyeri yang
populer sekarang ini. Water birth dapat memberi keuntungan bagi ibu dan bayi.
Keuntungan bagi ibu antara lain dalam hal mengurangi rasa nyeri persalinan dan
memberi rasa nyaman, mengurangi tindakan episiotomi, pemendekan persalinan kala
I, menurunkan tekanan darah. Keuntungan bagi bayi antara lain : persalinan
lebih mudah, memudahkan transisi bayi ke dunia luar, mengurangi trauma atau
risiko cedera kepala bayi, kulit bayi lebih bersih, oleh karena itu metode
water birth dikenal sebagai persalinan yang “ Easier for Mom ~ Better for
Babies” Kerugian dari water birth adalah adanya risiko dan komplikasi antara
lain pada ibu: infeksi, perdarahan post partum, trauma perineum. Risiko dan komplikasi
pada bayi seperti terlepasnya tali pusat, takikardia, infeksi, hipoksia,
aspirasi air dan tenggelam.
Beberapa
laporan menyimpulkan bahwa melahirkan di dalam air aman untuk ibu dan bayi,
yang lain menentang kesimpulan tersebut, dan yang lain masih meragukan. Laporan
kasus ada yang mendukung ada pula yang menambah bukti-bukti yang tidak
mendukung water birth. Laporan kasus bukan merupakan bukti yang dapat
diandalkan. Penelitian yang mengkritik water birth umumnya menunjuk bukti-bukti
buruknya penanganan atau tidak adanya monitoring, dan penolong yang tidak
berpengalaman. Review terbaru menyimpulkan bahwa diperlukan suatu bukti-bukti
lebih lanjut tentang keamanan dan kenyamanan water Birth. Walaupun RCOG
statement no. 1, January 2001 menyatakan bahwa The Cochrane Library dan The
Cochrane Register of Controlled Trials merupakan Systemic Reviews dan RCT yang
relevan, demikian juga paper Medline, Embase, dan Cinhal keamanan dan
kenyamanan berendam dalam air sebaiknya diuji dengan RCT (Randomized Controlled
Trial).
Daftar pustaka
Ngurah I Gusti Made Bayuningra.2008.Waterbirth.
http://bayuningrat.blogspot.com/2008/10/water-birth.html. Diakses tanggal 26
Oktober 2013
Herrpikadiana.2011.Makalah Persalinan dalam air.
http://herrpikadiana.blogspot.com/2011/02/makalah-persalinan-di-air-water-birth.html
makasih kak, tulisannya sangat membantu menambah wawasan
BalasHapus