Selasa, 09 Desember 2014

PERSALINAN NORMAL



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Keberhasilan setiap kehamilan, dan kelangsungan hidup spesies pada akhirnya, bergantung pada lahirnya bayi yang sehat dan cukup matang untuk bertahan hidup. Pada kehamilan dan persalinan, uterus harus melakukan 2 fungsi yang sangat berbeda. Uterus harus tumbuh, tetapi dalam keadaan tenang selama kehamilan agar janin dapat berkembang dan kemudian, pada saat yang tepat, melakukan aktifitas yang kuat dan terkoordinasi yang menyebabkan lahirnya bayi yang matang. Factor yang mengendalikan tradisi dari suatu keadaan ke keadaan lain masih belum dipahami dengan jelas, tetapi sangat penting untuk memahami, baik kemungkinan penyebab partus prematurus maupun bagaimana mengindusi persalinan tanpa mengakibatkan kegawatan pada janin.
Sebagian besar bayi manusia dapat melewati masa persalinan, dan lahir cukup bulan (didefinisikan antara akhir minggu ke-37 dan ke 42 kehamilan). Lima persen bayi premature merupakan 85% dari semua kematian neonatus dini yang tidak berkaitan dengan deformetas letal (lopez bernal et al, 1993). Semakin singkat usia genetasi, semakin buruk prognosis. Walaupun bayi berat lahir rendah (yi., yang lahir dengan berat kurang dari 1000 gram) sekarang mungkin dapat bertahan hidup, umumnya bayi tersebut memiliki angka morbiditas yang tinggi dan menimbulkan distress berat bagi orang tuanya, serta memerlukan biaya yang sangat besar di unit perawatan intensif neotatus. Dapat dikatakan salah satu tujuan utama obsterti adalah mengurangi persalinan prematur.
Penentu awitan persalinan pada manusia masih merupakan misteri. Terdapat perbedaan mencolok antara manusia dan spesies mamalia lain dalam jalur faktor yang menuju persalinan. Masih belum jelas mengapa kejadian yang menuju ke persalinan pada manusia harus sedemikian rumit atau apakah lamanya genetasi yang bervariasi merupakan hal yang menguntungkan. Manusia memiliki angka persalinan prematur yang sangat tinggi (sekitar 5-10%) dibanding dengan spesies lain (kuran dari 1% pada domba). Secara teoritis, lama genetasi kurang penting pada ibu. Aspek krusialnya adalah bayi yang dapat bertahan hidup saat persalinan. Dengan demikian, tampak janin yang mengendalikan lama genetasi. Pada hewan jelas terbukti adanya keterlibatan janin dalam menentukan saat persalinan, tetapi sulit mendapatkan bukti serupa pada manusia. Penatalaksanaan kebidanan wanita dalam persalinan sering bersifat intervensionis. Berdasarkan latar belakang di atas, kami tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “ FISIOLOGI DAN MEKANISME PERSALINAN NORMAL”

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mekanisme persalinan normal?
1.3  Tujuan
1.3.1 Menjelaskan mekanisme persalinan normal













BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Persalinan Normal
Ada beberapa pengertian tentang persalinan normal :
1.      Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
 (Mochtar, 2002).
2.      Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Kampono dan M. Mugni, 1999)
.
3.      Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Wiknjosastro, 2002).
4.      Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. (Wiknjosastro, 1999).  Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Wiknjosastro, 1999).  
5.      Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro, 1999).
6.      Persalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
7.      Partus normal/partus biasa adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak belakang kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Kampono dan M. Moegni, 1999).
·         Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: (Manuaba, 1998)
1.      Persalinan normal, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2.      Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
Misal : Forcep/vakum/SC
3.      Persalinan anjuran.
Persalinan dengan bantuan di beri obat obatan baik di sertai/tanpa pemecahan ketuban
Beberapa istilah yang berkaitan dengan  kehamilan dan persalinan :
1.      Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
2.      Primigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi  pertama sekali.
3.      Multigravida adalah yang pernah seorang wanita yang pernah melahirkan lebih dari satu.
4.      Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
5.      Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup.
6.      Primipara adalah wanita yang pernah melahirkan hidup untuk pertama kali
7.      Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan hidup sampai 5 kali
8.      Grandmultipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup ataupun mati. (Mochtar, 2002 ).
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
·         Diameter Janin
1.      Diameter biparietal, yang merupakan diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi penguncian (enggagment).
2.      Diameter suboksipitobregmantika ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior fontanel  ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi kepala.
3.      Diameter oksipitomental, yang merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk presentasi dahi.
MEKANISME PERSALINAN
1.      Turunnya kepala
2.      Fleksi
3.      Putaran paksi dalam
4.      Ekstensi
5.      Putaran paksi luar
6.      Ekspulsi


Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi secara bersamaan.
1)      Turunnya kepala

ü  Penyebab majunya kepala antara lain :
1.    Tekanan cairan intrauterine, Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
2.    Kekuatan mengejan
3.    Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
ü  Turunnya kepala dibagi dalam 3 peristiwa :
a.         Masuknya kepala dalam pintu atas panggul/enggement
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.
Pada synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium, maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang ringan.






b.        Turun/descent
Suatu keadaan di mana kepala sudah berada di PAP. Disni terjadi asinklitimus posterior ( sutura sagitalis mendekati simpisis pubis/os. Parietale belakang lebih rendah sari os parietale depan.
 









c.         Fleksi
Suatu keadaan dimana kepala telah turun ke dalam rongga panggul. Disni terjadi asinklitimus anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium/os. Parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang ). Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm).
Fleksi ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi





 












2)      Fleksi maksimal
Terjadi agar kepala lewat panggul dengan diameter yang terkecil UUK lebih rendah dari UUB ( Ubun ubun besar). Penyebabnya kepala mendapat tahanan dari pinggir PAP, serviks, dinding panggul dan dasar panggul. Dengan hipomoklin sub oksipito bregmatika.







3)      Putaran paksi dalam/rotasi interna
Berputarnya bagian terendah dari bagian depan janin ke depan simpisis pubis. UUK berputar ke depan, kemudian bila kepala sudah sampai ke dasar panggung maka UUK berada di bawah simpisis. Rotasi interna terjadi bersamaan dengan turunnya kepala, karna ini merupakan usaha menyesuaikan diri dari posisi kepala janin dengan bentuk jalan lahir. Pada multigarvida rotasi interna mungkin sudah terjadi sebelum kepala sampai dasar panggul.
Penyebabnya :
1.      Ukuran terkecil pada bidang tengah panggul adalah diameter antero posterior.
2.      Karna turunnya kepala dalam sikap fleksi maka oksiput merupakan bagian terendah kepala dan ia akan mencari tahanan yang paling kecil. Disni tempat yang tahanan paling kecil adalah di dapan atas, di antra muskulus leventor anin kanan dan kiri.







4)      Ekstensi atau defleksi kepala
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion

 









5)      Ekspulsi Kepala janin
Lahirnya kepala ( melliputi UUB, dahi, muka, dagu) dengan pelan pelan dan sedikit demi sedikit untuk mengurangi terjadi laserasi. Penolong harus mencegah terjadinya kepala keluar tiba tiba karna ini akan mengakibatkan laserasi yang hebat dan tidak teratur, bahkan sampai meluas pada sphinter ani dan meluas sampai rectum.
Kelahiran kepala dapat di control dengan 2 cara :
a.    Tekanan dengan tangan
Umumnya kecepaan kelahiran dapat di kurangi dengan tekanan dengan tangan pada kepala. Kadang kadang daya dorong sedemikian besar sehingga tidak mungkin atau bahkan usaha usaha untuk memperlambat kelahiran dapat membahayakan. Kepala tidak dapat di dorong kembali dengan paksa.
b.    Parasat ritgen
Tjuan prasat ini adalah untuk mempermudah ekstensi kepala janin dan dengan demikian memperlancar kelahirannya. Prosedur ini paling baik pada saat tidak terjadi kontraksi uterus. Pada saat itu kepala dapat di lahirkan pelan pelan, sedikit demi sedikit dan sepenuhnya berada dalam control si penolong. Lagi pula jaringan lunak lebih releks dan kerusakan jaringan kurang. Perasat ini belum dapat dilakukan kalau UUK belum berada di simpisis. Baru dapat di kerjakan bila diameter suboccipitofrontalis hamper di lahirkan. Tangan operator di selubungi handuk atau kain, di letakkan di sedemikian rupa sehingga jari jari ada di belakang anus ibu. Ekstensi kepala janin di tambah dengan menekan muka bayi, sebaiknya pada dagu melalui rectum. Bertutut turut lahir breghma, dahi dan muka. Tangan satunya di letakkan pada kepala bayi untuk mengatur kecepatan pengeluarannya, kadang kadang di perlukan dorongan fundus utnuk melahirkan kepala atau ketika pasiennya sadar di mintai mengejan berlahan lahan.
c.    Menggaet dagu keluar
Kadang kadang dahu tersangkut pada perineum. Dagu yang tersangkut ini di keluarkan dangan memasukkan jari ke dalam vagina, di sebelah ppi di bwaha dagu, kemudian di keluarkan si atas perineum. Lahir UUB, dahi muka dan dagu.










6)      Putaran paksi luar/ restitusi
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan = putaran paksi luar). Bahu janin melewati PAP juga dalam keadaan miring.



 










7)      Ekspulsi total
Segera setelah putaran paksi luar, bahu depan sudah sampai ke simpisis sebagai hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang dan barulah lahir bahu depan yang di ikuti oleh badan janin yang lahir sesuai sumbu janin.
 











2.2  Tanda-Tanda Permulaan Persalinan (Rustam Mochtar, 1998)
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini memberikan tenda-tanda sebagai berikut :
  1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
  2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
  3. Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
  4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
  5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercamput darah (bloody show).
2.3  Tanda –tanda Inpartu
Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Tanda-tanda inpartu adalah:
  1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
  2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
  3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
  4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
2.4  Tahap  Persalinan
1.      Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Di bagi 2 Fase :
1.    Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2.    Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
-          fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
-          fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm
-          fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam. Kala I berlangsung 13 jam pada primigravida, 7 jam pada multigravida.
1.        Pemantauan pada kala I
ü  frekuensi (minimal 2x tiap 10 detik)
ü  lamanya (minimal 40 detik)
ü  kekuatan ½ jam
2.        DJJ setiap ½ jam pada fase aktif
ü   normal : 120 – 160 x/menit
ü   bila lebih 160 x/menit dan dari 120 x/menit mungkin
menunjukkan gawat janin.
3.        Tanda -  tanda vital, status kandung kemih setia 4 jam pemberian makanan dan minuman yang cukup

2.      Kala II
Adalah dimulai dari pembukaan lengkap sampai pengeluaran bayi seluruhnya.
1.      Tanda dan gejala kala II
ü Adanya dorongan untuk mengejan
ü Tekanan pada anus
ü Perinium menonjol vulva membuka
ü  
2.      Hal – hal yang harus di perhatikan
ü Melakukan kontraksi uterus selama 10 menit (frekuensi lamanya kekuatan)
ü Periksa nadi dan tekanan darah selama 30 menit.
ü Respon secara keseluruhan kala II : keadaan dehidrasi, perubahan sikap perilaku, tingkat tenaga yang dimiliki ibu.
ü Periksa DJJ selama 15 menit atau lebih
ü Penurunan persentasi dan perubahan posisi
ü Warna cairan tertentu.
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
·         Tanda-tanda persalinan sudah dekat adalah :
1.      Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2.      Perineum menonjol
3.      Ibu kemungkinan merasa ingin BAB
4.      Vulva vagina dan spinchter anus membuka
5.      Jumlah pengeluaran lendir dan darah meningkat
Penatalaksanaan Fisiologis Kala II Persalinan
Berikut ini adalah alur untuk penatalaksanaan kala dua persalinan :
1.      Mulai Mengejan
Jika sudah didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
2.      Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran, penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
3.      Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.
4.      Melahirkan kepala
Bimbing ibu u/ meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.
5.      Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi.
6.      Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar (mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.
7.      Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
ü  Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan lahir.
ü  Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin).
ü  Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu
8.      Memotong tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
3.      Kala III
Adalah Kala Pelepasan uri/plasenta





·      Mekanisme pelepasan uri
Kontrksi rahim akan mengurangi area uri karena rahim bertambah kecil dan kandungan bertambah tebal kontraksi tersebut menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari uri pada bagian rahim, bagian ini terlepas mula – mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bekas dalam cairan cavum uteri. Pelepasan terjadi secara bertahap dan pengumpulan dalah dibelakang uri akan membantu pelepasan uri. Bila pelepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim akan mendorong uri yang sudah lepaas ke SBR lalu vagina dan dilahirkan.
1.        Kala III terdiri dari 2 fase
a.    Fase pelepasan uri
b.    Fase pengeluaran uri
2.        Lokasi dari uri
a.    Pada dinding depan dan belakang corpus uteri.
b.    Kadang – kadang pada dinding lateral
c.    Sesekali disegmen bawah rahim (SBR)
3.        Fase pelepasan uri
Cara pelepasan uri ada beberapa cara :
a.    Schulzel
Lepasnya seperti kita menutup payung, lepas duluan  adalah bagian tengah lalu terjadi retroplacental hematoma yang menolak uri. Mula – mula bagian tengah kemudian seluruhnya cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelulm uri lahir dan banyak uri lahir
b.    Duncan
lepasnya mulai dipinggir, darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban serempak dari tengah dan pinggir placenta
4.      Fase pengeluaran uri
Test pelepasan placenta
1.      Perasat kustner
Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri menekan diatas sympisis.
-            Placenta belum lepas sebelum tali pusat masuk ke vagina lagi.
-            Placenta sudah lepas bila tali pusat tetap atau bertambah panjang.
2.      Perasat stasman.
Tangan kanan merenggangkan tali pusat, tangan kiri mengetuk fundus.
-          Placenta sebelum lepas bila talipusat tertarik kembali.
-          Placenta sudah lepas bila tali pusat tidak bergetar.

3.        Perasat klien
Tali pusat direnggangkan, pasien disuruh mengejan ssehingga tali pusat ikut turun:
-       Placenta belum lepas bila tali pusat tertarik kembali.
-       Placenta sudah lepas bila tali pusat tetap ditempat.
4.        Perasat manuaba
Tangan kiri merenggang uterus pada SBR, sedangkan tangan kanan memegang dan mengencangkan tali pusat kemudian menarik secara berlawanan.
Tanda – tanda pelepasan placenta
-       Semburan darah
-       Tali pusat memanjang
-       Perubahan bentuk darah dari discoid menjadi glabuter
-       Perubahan tinggi fundus uteri.
Cara melahirkan placenta
1.      Crede
-       4 jari pada dinding rahim belakang, ibu jari difundus depan tengah. Lalu pijat rahim dan sedikit dorongan kebawah tapi jangan terlalu kuat (seperti memeras jeruk)
-       Lakukan saat ada his
-       Jangan menari tali pusat karenan menyebabkan inversio uteri.
2.      Brend Andrew
-       Tangan kanan memegang tali pusat
-       Tangan kanan memegang tali uterus bagian bawah dari luar atau perut
-       Kemudian uterus dikatakan  dengan hati – hati (dorsokranial), lalu ditarik tali pusat dengan hati – hati.
-       Baik placenta sudah lepas akan meluncur atau keluar dengan mudah
1.      Manajemen aktif kala tiga Þ menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
2.      Keuntungan manajemen aktif kala tiga:
ü  Kala tiga persalinan yang lebih singkat.
ü  Mengurangi jumlah kehilangan darah.
ü  Mengurangi kejadian retensio plasenta.
3.      Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
ü  Pemberian suntikan oksitosin.
ü  Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
ü  Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase).
               Menejemen aktif kala 3
1.        Pemberian Suntikan Oksitosin
ü Segera berikan bayi yg telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI.
ü Letakkan kain bersih diatas perut ibu.
ü Periksa uterus utk memastikan tidak ada bayi yg lain.
ü Memberitahukan pada ibu ia akan disuntik.
ü Selambat-lambatnya dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
2.        Penegangan Tali Pusat Terkendali
ü  Berdiri disamping ibu.
ü  Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
ü  Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan peregangan pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
ü  Tegangkan kembali tali pusat ke arah bawah bersamaan dengan itu, lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya.
ü  Jika plasenta tdk turun setelah 30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
ü  Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu utk  plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearahÞmeneran  bawah mengikuti arah jalan lahir
ü  Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dgn menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek: pegang plasenta dengan kedua tangan rata dengan lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
ü  Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
ü  Jika terjadi selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama.
3.      Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri    
ü Segera setelah kelahiran plasenta
-       Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
-       Jelaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman.
-       Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri Þ uterus berkontraksi.
ü Jika tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
-       Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.
-       Periksa uterus setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi dengan baik, jika belum ulangi rangsangan taktil fundus uteri.
-       periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.




4.      Tanda-Tanda Lepasnya Placenta
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawa ini:
·      Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum meometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus bentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas pusat (seringkali mangarah ke sisi kanan)
·      Tali pusat memenjang. Tali pusat melihat menjulur keluar melalui vulva (tanda ahfeld)
·      Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro placenta pooling ) dalam ruang di antara dinding uterus dan pemukaan dalam placenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dan dan tepi plasenta terlepas.
4.      Kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
1.        Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.
2.        Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
3.        Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4.        Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
2.        Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
3.        Pendokumentasian.
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1.    Mengikat tali pusat
2.    Memeriksa tinggi fundus uteri
3.    Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
4.    Membersihkan ibu dari kotoran
5.    Memberikan cukup istirahat
6.    Menyusui segera
7.    Membantu ibu ke kamar mandi
8.    Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Adalah kala pengawasan setelah uri lahir 1 – 2 jam
1.        Tujuan asuhan peralinan kala IV
-            Mencegah perdarahan
-            Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanandan eliminasi
-            Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk mulai mengitegrasikan
-            Proses kelahiran menjadi pengalan hidup mereka.
-            Memelihara proses kedekatan dengan neonatus.
2.        Hal yang perlu diawasi pada kala IV
-            Kontraksi rahim
-            Perdarahan
-            Kandung kemih
-            Luka – luka
-            Uri dan selaput harus lengkap
-            Keadaan umum ibu, tensi, nadi, suhu, pernafasan dan rasa sakit.
3.        Reptur perinium
Dibagi menjadi 3 tingkat :
-            Derajat 1                      : robekan hanya mengenai kulit mukosa sekitar 1 – 1,5 cm
-            Derajad 2                     : robekan lebih dalam sudah mengenai muskulus levatorani
-            Derajat 3                      : robekan pada kulit, mukosa, parineal body, musculus spin terani.
4.        Lamanya persainan pada primigravida dan multigravida.

Primi
Multi
Kala 1
Kala 2
Kala 3
Kala 4
13 jam
1 jam
½ jam
14 ½ jam
7 jam
½ jam
¼ jam
7 ¾ jam

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
1.        Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
2.        Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
3.        Memisahkan ibu dan bayi.
4.        Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.






BAB 3
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang fisiologi dan mekanisme persalinan normal, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Dimana tahap tahapnya adalah :
ü  Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap (kala pembukaan)
ü   Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
ü  Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
ü  Kala 4  Masa 1 jam setelah partus, terutama untuk observasi
Mekanisme persalinan normal :  dari turunnya kepala, fleksi maksimal, putaran paksi/ rotasi interna. Ekstensi/defleksi kepala.ekspulsi kepala janin, putaran paksi luar, ekspulsi total.
4.2 Saran
Saran-saran yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini sebagai berikut :
1.      Bidan bahkan perawatpun  perlu memahami interaksi fisiologis dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi persalinan pada manusia agar perawatan intrapatus dapat ditingkatkan.

2.      Pengembangan keterampilan observasi memungkinkan bidan tidak hanya dapat menginterpretasi bagaimana seorang wanita menghadapi persalinan, tetapi juga dapat menentukan bagaimana kemajuan persalinan dengan mengamati respon prilaku dan fisik wanita yang sedang melahirkan. Dengan tidak mengetahui, mengabaikan atau menyalahartikan petunjuk fisik tertentu, bidan mungkin secara tidak sengaja memberi perawatan yang suboptimal.#
3.      Intervensi pada persalinan harus memiliki dasar dan keputusan mengenai hal ini harus disokong untuk memaksimalkan kesejahteraan ibu dan janin. Pengetahuan mengenai efek intervensi pada fisiologi janin dan ibu merupakan hal esensial sehingga bidan dapat menilai efektivitas dan dengan cepat mengidentifikasi kemungkina penyimpangan yang terjadi akibat intervensi tersebut.
















DAFTAR PUSTAKA

Baety.aprilia.2011.Biologi reproduksi kehamilan dan persalinan. yogyakarta. Graha Ilmu
Asrin dkk.2010.Asuhan Kebidanan masa persalinan.yogyakarta.Graha Ilmu
WHO.2001.Modul hemoragi post partum.jakarta.EGC

1 komentar: