Selasa, 09 Desember 2014

PERSALINAN KALA 2



  BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Stadium kala dua  persalinan didefinisikan mulai dari dilatasi serviks penuh sampai diikuti kelahiran bayi. Pada kebanyakan kasus, saat yang tepat awitan stadium kedua tidak jelas (walsh, 2000b). stadium kedua di tandai dengan dorongan untuk mengejan, yang bersifat spontan dan dapat mendahului dilatasi penuh atau terjadi selama atau sesaat setelahnya. Semua keadan tersebut bisa normal.Dengan membatasi keterbatasan waktu pada kala dua persalinan hingga dua jam pada wanita primigravida dan 30 menit pada multipara adalah biasa dan tidak di dukung oleh data (Sleep et al, 2000, Walsh, 2000b). Perdebatan terkini menunjukan bahwa batas ketentuan waktu kala kedua harus dihilangkan bila tidak ada masalah maternal atau janin dan kemajuan terus terjadi (Sleep et al, 2000b). Menghentikan kala ke dua yang lama dengan persalinan instrumental justru akan meningkatkan mordibitas maternal dan janin serta tidak akan memperbaiki hasil (Sleep et al, 2000).
1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian dari Persalinan Kala II ?
b.      Apa saja Tanda dan Gejala Persalinan Kala II ?
c.       Bagaimana penatalaksanaan Persalinan Kala II ?
d.      Bagaimana pengkajian pada Persalinan Kala II ?
1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada Persalinan Kala II
1.3.2        Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui tentang pengertian dari Persalinan Kala II ?
b.      Untuk mengetahui tentang Tanda dan Gejala Persalinan Kala II ?
c.       Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan Persalinan Kala II ?
d.      Untuk mengetahui tentang Bagaimana pengkajian pada Persalinan Kala II ?








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap sampai lahirnya bayi. Setelah pembukaan lengkap ibu akan mulai mengajan dan seiring dengan turunnya kepala janin, timbul keinginan untuk berdefekasi. Kala II disebut juga kala pengeluaran. Banyak ibu yang mengatakan bahwa pada kala II adalah puncaknya rasa sakit, dan disisi lain merupakan kebahagiaan karena bayinya akan segera lahir.
2.2 Tanda dan Gejala
Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Berikut ini tanda kemungkinan persalinan sudah berada pada kala II (Susan & Fiona, 2008:261):
1.      Ibu merasakan desakan untuk mendorong yang tidak bias lagi ditahan-tahan. Dia mulai mengatur napas dengan lebih banyak menahannya atau menggumam selama kontraksi.
2.      Kontraksi sudah tidak begitu sering dirasakan, namun setiap kontraksi yang tersisa sangat kuat dan semakin kuat.
3.      Suasana hati ibu mulai berubah. Dia jadi bias mengantuk atau sebaliknya malah tambah focus.
4.      Ada garis abu-abu tampak dikulit diantara dua belahan pantatnya seolah-olah tersebar dari tekanan kepala bayi yang mau keluar.
5.      Bagian luar alat kelamin ibu atau anusnya mulai membengkak besar selama kontraksi terjadi.
6.      Ibu merasakan kepala bayinya seperti mulai menyembul mau keluar lewat vaginanya.

Menurut Depkes (2008:77) gejala dan tanda kala dua adalah:
1.      Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2.      Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya
3.      Perineum menonjol
4.      Vulva-vaginadan sfingter ani membuka
5.      Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah


Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam, yaitu:
1.      Pembukaan serviks telah lengkap
2.      Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
Jika ibu mulai mendorong sebelum serviks membuka seluruhnya, bayi mungkin tidak akan keluar karena bagian serviks yang masih tertutup akan menghalangi jalan keluarnya. Selain itu akan menyebabkan serviks menutup dan berhenti membuka. Hal ini akan membuat persalinan lebih lama. Bahkan jika sudah tau serviks belum membuka seluruhnya, jangan dorong ibu untuk mendorong janinnya, atau bidan melakukan dorong fundus. Mendorong terlalu dini dapat mengakibatkan ibu merasa lelah.
Perlu diketahui bahwa pemeriksaan dalam bias menyebabkan infeksi. Paling baik jika tidak melakukan pemeriksaan dalam sama sekali selama kala II berlangsung berdasarkan pengalaman menangani persalinan, bidan biasanya tau sendiri kapankah seorang ibu siap untuk mendorong bayinya keluar tanpa harus melakukan pemeriksaan dalam.
Jika ibu sudah mendorong namun tidak ada kemajuan selama 30 menit, maka lakukan pemeriksaan dalam. Jika hasilnya serviks belum membuka seluruhnya, anjurkan ibu untuk telungkup dengan bertumpu pada dada dan lutut. Posisi ini akan mendesak bayi keluar sehingga serviks yang tadinya menguncup bias mulai terbuka lagi.
2.3  Persiapan Penolong
a.      Menyiapkan Pertolongan Persalinan
1.      Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi dan bayi baru lahir.
2.      Pakai celemek yang bersih
3.      Melepaskan dan menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang kering dan bersih.
4.      Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk pemeriksaan dalam
5.      Masukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT/steril)
b.      Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin bayi
6.      Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air DTT
a)      jika Introitus vagina, perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan ke belakang
b)      buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c)      ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)
7.      Lakukan periksa dalam untuk memastika pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belu pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
8.      Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
9.      Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
c.       Menyiapkan Ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
10.  Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya
11.  Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran
(pada saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman)
12.  Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
13.  Ajarkan ibu untuk berjalan, berjogkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
d.      Persiapan pertolongan kelahiran bayi
14.  Jika kepala bayi telah membuka vulva denan diameter 5-6 cm meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
15.  Meletakkan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
16.  Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

Asuhan Sayang Ibu Dan Posisi Meneran
1.      Adapun beberapa hal yang merupakan asuhan sayang ibu:
a.       Pendamping keluarga
Selama prose persalinan berlangsung, ibu membutuhkan teman dari keluarga. Bisa di lakukan oleh suami, orang tua, atau kerabat yang disukai ibu. Dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan sangat membantu mewujudkan persalinan yang lancer.
b.      Libatkan Keluarga
Keterlibatan keluarga dalam asuhan antara lain membantu ibu berganti posisi, teman bicara, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, membantu dalam mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal/pinggang. Bila persalinan dirumah, keluarga dapat membantu menyiapkan tempat dan peralatan yang digunakan dalam proses persalinan.
c.       KIE Proses Persalinan
Penolong persalinan memberi pengertian tentang tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran janin pada ibu dan keluarga agar tidak cemas menghadapi persalinan. Mengurangi rasa cemas dengan cara memberi penjelasan tentang prosedur dan maksud dari setiap tindakan yang akan dilakukan, memberi kesempatan ibu dan keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum jelas, menjelaskan setiap pertanyaan yang diajukan bila perlu dengan alat peraga, memberi informasi apa yang dialami oleh ibu dan janinnya dalam hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
d.      Dukungan Psikologi
Dukungan psikologi dapat diberikan dengan bimbingan dan menanyakan apakah ibu perlu pertolongan. Beri kenyamanan, berusaha menyenangkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani proses persalinan. Memberikan perhatian agar dapat menurunkan rasa tegang sehingga dapat membantu kelancaran proses persalinan.
e.       Membantu Ibu Memilih Posisi
Posisi pada saat meneran tergantung pada keinginan ibu dalam memilih posisi yang paling nyaman dirasakan ibu.
f.       Cara Meneran (Mengejan)
Penolong persalinan menganjurkan ibu untuk meneran bila ada dorongan yang kuat dan spontan untuk meneran. Penolong tidak diperkenankan meminta ibu untuk meneran secara terus menerus tanpa mengambil nafas saat meneran atau tidak boleh meneran sambil menahan napas. Penolong sebaiknya menyaranakan ibu untuk beristirahat dalam waktu relaksasi kontraksi. Hal ini dimaksudkan mengantisipasi agar ibu tidak kelelahan dan menghindari resiko asfiksia (kekurangan o2 pada janin) karena suplay oksigen melalui plasenta berkurang.
g.      Pemberian Nutrisi
Ibu bersalin perlu diperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan nutrisi. Hal ini untuk mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada ibu bersalin dapat berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang penting dalam menimbulkan kontraksi uterus.
2.      Posisi meneran persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus berlangsung/progresif. Penolong persalinan dapat membantu agar ibu tetap tenang dan rileks, maka penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran. Penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternative-alternatif posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif.
Adapun macam-macam posisi meneran adalah :
a.       Duduk atau Setengah Duduk Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
b.      Merangkak
Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang
Description: G:\KULIAH\Reproduksi 1\per24.jpg
c.       Berbaring Miring ke Kiri
Posisi ini dapat mengurangi menekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapean dan dapat mencengah terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
Description: G:\KULIAH\Reproduksi 1\per24.jpg
d.      Jongkok/Berdiri
Posisi ini memudahkan penurunan pada janin, memperluas panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi (perlukaan jalan lahir).
Description: G:\KULIAH\Reproduksi 1\per23 (1).jpg
e.       Hindari posisi terlentang
Pada posisi terlentang dapat menyebabkan :
1)      Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan berkurang suplay oksigen sirkulasi uteroplasenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin
2)      Rasa nyeri yang bertambah
3)      Kemajuan persalinan tambah lama
4)      Ibu mengalami gangguan untuk bernafas
5)      Ruang air kecil terganggu
6)      Mobilasi ibu kurang bebas
7)      Resiko laserasi jalan lahir bertambah
8)      Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan panggung.
2.4  Penatalaksanaan
Manuver Tangan dan Langkah-Langkah dalam Melahirkan Janin
1. Tujuan manufer tangan adalah untuk
a. mengusahan proses kelahiran janin yang aman mengurangi resiko trauma persalinan seperti kejadian sepal hematum
b. Mengupayakan seminimal mungkin ibu mengalami trauma persalinan
c. Memberikan rasa aman dan kepercayaan penolong dalam menolong ibu dan janin
2. Manuver tangan dan langkah langkah melahirkan janin sebagai berikut :


Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBSHgR3-ZAELy7Es33dEXJAq4rgORBayvKKYV0Sc_8iPiKbGt3rhN62Dm-3i0FjIOspPt49euNzG00FowEJJ907E-MMUl_Xnxu4fsLf7flFfkhFPT9VnqiumPqyZqMe2wbtFWky6N3z8cT/?imgmax=800Melahirkan kepala









Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain kering dan bersih), ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepla tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum.
Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah dengan mekanisme bersin dan menangis saat lahir. Pada pengisapan lendir terlalu dalam, ujung kanul penghisap dapat menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan persyarafan parasimfatis sehingga dapat menimbulkan reaksi vasovagal. Reaksi ini menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan / henti nafas (apneu) sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi. Dengan alas an itu maka penghisapan lendir secara rutin menjadi tidak dianjurkan.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu sebelum menghisap hidungnya. Menghisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik nafas dan terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada dimulutnya. Jangan masukkan kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir bayi dengan lembut, hindari penghisapan yang dalam dan agresif.

Periksa tali pusat pada leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit tali pusat. Jika ada lilitan dileher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Melahirkan bahu janin
a.       Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan
b.      Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala kea rah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu dapan melewati simfisis.
c.       Setelah bahu dean lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
Tanda-tanda dan gejala distosia bahu sebagai berikut :
1.      Kepala seperti tertahan dalam vagina
2.      Kepala lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
3.      Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali ked al;am vagina (turtle sign)
Melahirkan seluruh tubuh bayi
a.       Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah kea rah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
b.      Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum
c.       Tangan dibawah menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
d.      Secara simultan, tangan atas menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior
e.       Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki
f.       Dari arah nelakang sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang kemudia dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya
g.      Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
h.      Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi denga kain atau sellimut di atas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8qvGb1X2qWapJTcybddS7HtO_dSYf42r9WsIqkpKhIpA2EigNCRIYQJswIeFJUN-EAGffjGQI45cEel5oebKpRLaP7vcxHcp9uTCWz8-zl0Ytlwc04nNnTsYxJfUe6jp6l954897Pp9c/s1600/tali-pusat.jpgMemotong tali pusat









a.       Pasang klem tali pusat pertama dengan jarak 3 cm dari dinding perut ibu. Tekan tali pusat dengan dua jari, urut kea rah ibu, pasang klem tali pusat kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama. Pegang kedua klem dengan tangan kiri dan jadikan tangan kiri penolong sebagai alas untuk melindungu perut janin
b.      Pakai gunting tali pusat DTT, potong tali pusat diantara ke 2 klem
c.       Ganti kain yang basah dengan kain yang kering dan selimuti bayi
d.      Lakukan insiasi menyusui dini atau bila terjadi asfiksia lakukan penanganan asfiksia dengan resusitasi
Pada saat di lahirkan bayi masih tetap berhubungan dengan ibunya melaui tali pusat ,di mana tali pusat merupakan bagian dari plasenta .Bayi di pisahkan dari plasenta dengan cara di lakukan pengkleman dan pemotongan tali pusat .Namun waktu waktu yang terbaik untuk di lakukan pengkleman masih kontroversi.Definisi pengkleman tali pusat segera dan di tunda pun bervariasi.Hal yang terpenting dari perbedaan tersebut adalah berkaitan dengan keamanan ibu dan bayi .
Beberapa studi teliti bahwa pengkleman tali pusat yang di tunda akan mencegah terjadinya anemia defisiensi besi pada satu tahun pertama kehidupan .Suatu review sistemik menyebutkan tentang manfaat pengekleman tali pusat yang ditunda. Alasan efek ini adalah berdasarkan fakta bahwa bai baru lahir akan mendapat tranfusi sebanyak 80 ml darah dalam 1 menit pertama dan 100 ml pada 3 menit pertama. Volume ini akan mensuplai 40-50 mg/kg ekstra zat besi terhadap 75 mg/kg zat besi yang telah dimiliki oleh bayi aterm, sehingga akan mencapai 115-120 mg/kg.
Defisiensi zat besi pada awal kehidupan akan menyebabkan gangguan pada system saraf pusat yang akan mengganggu fungsi kognitif, defisiensi juga merupakan penyebab utama anemia, satu masalah yang serius pada anak, terutama di Negara berkembang.
Sebaliknya beberapa penelitian observasi menunjukkan bahwa pengekleman tali pusat yang di tunda menyebabkan bay resiko menjadi polisitemia, gangguan respirasi, hiperbilirubinemia dan gangguan neonatal yang lain (Cerdanas CMC, Carolli G, et all)
Suatu studi metaanalisis yang dilakukan oleh hulton dkk (2007) membuat kesimpulan bahwa penundaan pengekleman tali pusat pada neonatus cukup bulan minimal 2 meni setelah lahir ternyata bermanfaat bagi bayi baru lahir (Hulton EK, Hassan ES, et all). Begitu halnya Departemen Kesehatan RI mensosialisasikan penjepitan tali pusat setelah 2 menit bayi lahir (saat lahir letakkan diatas perut ibu), kemudian diberikan oksitosin 10 menit dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dan kemudian dilakukan pengkleman tali pusat (Depkes RI, 2007.h.6-14-17)









BAB III
PENGKAJIAN KALA 2
3.1 Pengkajian fisik Kala II
1. Vital Sign
a.       Perubahan Tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20mmHg. Pada waktu –waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah dapatdi hindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah
b.      Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbihdrat meningkat dengan kecepatan tetap. Peningktan ini terutama disebabkan oleh aktivitas otot. Peningkatan aktivitas metabolic terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut jantung dan cairan yang hilang
c.       Perubahan Suhu
Perubahan suhu sedikit meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan suhu di anggap normal bila peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan
d.      Perubahan Denyut Nadi
Denyut nadi mestina sama seperti pada masa hamil antara 60-160 x/menit diantara kontraksi. Pada kala II periksa nadi ibu selam 30 menit sekali. Jumlah denyut nadi bias tinggi saat kontaksi.
e.       Perubahan Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.

2.      Bladder
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama persalinan.
Penilaian kemajuan kala II meliputi :
a.       Keadaan kontraksi uterus
Kontraksi bertambah kuat, datang setiap 2-3 menit dan berlangsung antara 50-90 detik
Setiap kali kontraksi, rongga uterus menjadi lebih kecil dan bagian presentasi/kantong amnion didorong ke bawah, kedalam serviks. Serviks pertama-tama menipis, mendatar, kemudian terbuka dan otot pada fundus menjadi lebih tebal.
b.      Lama persalinan kala II
c.       Penurunan bagian presentasi
d.      Kemajuan dari mekanisme persalinan
-          Pembukaan serviks
Periksa dalam 60 menit atau jika ada indikasi
-          Penurunan kepala janin
Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar)














BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kala II dimulai ketika pembukaan serviks lengkap sampai lahirnya bayi. Kala II disebut juga kala pengeluaran. Banyak ibu yang mengatakan bahwa pada kala II adalah puncaknya rasa sakit, dan disisi lain merupakan kebahagiaan karena bayinya akan segera lahir.
Tanda dan gejala pada persalinan kala 2 :
1.      Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2.      Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya
3.      Perineum menonjol
4.      Vulva-vaginadan sfingter ani membuka
5.      Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Adapun macam-macam posisi meneran yang dianjurkan pada persalinan kala II yaitu : Duduk atau Setengah Duduk, Merangkak, Berbaring Miring ke Kiri, Jongkok/Berdiri. Pada persalinan kala II tidak dianjurkan untuk memposisikan terlentang karena akan menyebabkan salah satunya terjadi Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan berkurang suplay oksigen sirkulasi uteroplasenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin.






DAFTAR PUSTAKA
Nurasiah, Ai dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan. PT Refika Adirama : Bandung
Icoel.2013. Kala II Persalinan. http://icoel.wordpress.com/kebidanan/kala-ii-persalinan/. Diakses tanggal 22 oktober 2013. Pukul : 12.00 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar