Selasa, 02 April 2013

Kanker Paru


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Prevalensi kanker paru di negara sangat maju sangat tinggi , di Amerika tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13 % dari semua kanker baru yang tediagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28 % dari seluruh akibat kanker), di Inggris prevalensi kejadiannya mencapai 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak, di RS Kanker Dharmais, Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3.
Kanker paru adalah penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya dilakukan dengan jalan pembedahan, dimana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul hanya dan hanya 16%  klien yang penyebaran penyakitnya dapat dilokkalisasi pada saat diagnosis.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana anatomi dan fisiologi paru-paru ?
1.2.2        Apa definisi dari kanker paru ?
1.2.3        Apa saja klasifikasi kanker paru ?
1.2.4        Bagaimana patofisiologi kanker paru ?
1.2.5        Bagaimana manifestasi klinis kanker paru ?
1.2.6        Apa saja pemerikasaan penunjang kanker paru ?
1.2.7        Bagaimana penatalaksanaan medis kanker paru ?
1.2.8        Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh kanker paru ?
1.2.9        Bagaimana prognosis dari kanker paru ?
1.2.10    Bagaimana pencegahan dari kanker paru ?
1.2.11    Apa hasil penelitian dari kanker paru ?
1.2.12    Bagaimana legal etis dari kanker paru ?
1.2.13    Bagaimana nursing advocasy kanker paru ?
1.2.14    Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kanker paru ?
1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang penyakit kanker paru
1.3.2        Tujuan Khusus
1.3.2.1  Mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi paru-paru
1.3.2.2  Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari kanker paru
1.3.2.3  Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi kanker paru
1.3.2.4  Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi kanker paru
1.3.2.5  Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis kanker paru
1.3.2.6  Mahasiswa dapat mengetahui pemerikasaan penunjang kanker paru
1.3.2.7  Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis kanker paru
1.3.2.8  Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh kanker paru
1.3.2.9  Mahasiswa dapat mengetahui prognosis dari kanker paru
1.3.2.10   Mahasiswa dapat mengetahui pencegahan dari kanker paru
1.3.2.11   Mahasiswa dapat mengetahui hasil penelitian dari kanker paru
1.3.2.12   Mahasiswa dapat mengetahui legal etis dari kanker paru
1.3.2.13   Mahasiswa dapat mengetahui nursing advocasy kanker paru
1.3.2.14   Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru

1.4  Manfaat
Calon perawat dapat mengetahui asuhan keperawatan terhadap klien kanker paru.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Paru-Paru
Paru-paru adalah organ pada sistem pernapasan, yang berfungsi menukar oksigen dari udara luar dengan karbon dioksida dari darah melalui proses respirasi. Respirasi merupakan proses pertukaran gas yang keluar masuk saluran pernafasan, melibatkan sistem kardiovaskuler, sistem pulmonary dan kondisi hematologis. Paru-paru terletak pada rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua, yaitu : pleura viseral dan parietal. Pleura viseral (selaput dada pembungkus) merupakan selaput yang langsung membungkus paru-paru. Pleura parietal merupakan selaput paru-paru yang melapisi bagian dalam dinding dada. Antara kedua pleura, terdapat sebuah rongga yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura menjadi hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan yang berguna untuk melumasi permukaan pleura, untuk menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada.
Dilihat dari struktur anatominya, paru-paru dibagi menjadi dua lobus, yaitu :
1.      Lobus paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus, yaitu :
a.       Lobus pulmo dekstra superior
b.      Lobus medial
c.       Lobus pulmo dekstra inferior
2.      Lobus paru-paru kiri, terdiri dari dua lobus, yaitu :
a.       Lobus pulmo sinistra superior
b.      Lobus pulmo sinistra inferior

1.        Difusi dan perfusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat akan mengakibatkan proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan.
Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
·         Luas permukaan paru
·         Tebal membrane respirasi
·         Jumlah eryth/kadar Hb
·         Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
·         Waktu difusi
·         Afinitas gas
Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal O2 diangkut dlm darah;dalam eritrosit bergabung dgn Hbà(oksi Hb) /Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma sebagai O2 yg larut dlm plasma (1,5%) CO2 dlm darah ditrasport sbg bikarbonat. Dalam eritosit sbg natrium bikarbonat. Dalam plasma sbg kalium bikarbonat  Dalam larutan bergabung dengan Hb dan protein plasma 5 – 7 %àC02 larut dalam plasma 15 – 20 %à Carbamoni Hb (carbamate) àHbNHCO3 Hb + CO2 HbC060 – 80%àbikarbonat àHCO3 CO2 + H2O H2CO3 - H+ + CO3-
2.        Pertukaran gas
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut :
Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti reaksi berikut : Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.
Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 : Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%. Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%. Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 – 10%.

3.    Transpor oksigen
Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990).Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.


2.2  Definisi
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh.
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat (abnormal) di dalam jaringan paru yang di sebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel atau expansi dari sel itu sendiri. Jika di biarkan, pertumbuhan yang abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik yang dekat dengan paru maupun pun yang  yang jauh seperti tulang,hati ataupun otak.
Kanker paru adalah pertumbuhan tak terkendali sel abnormal dari baik salah satu maupun kedua paru-paru. Dimana sementara sel normal bereproduksi dan berkembang menjadi jaringan paru-paru sehat, sel-sel abnormal bereproduksi lebih cepat dan tidak menjadi jaringan paru-paru yang sehat. Sel-sel abnormal kemudian tumbuh menjadi sel-sel kanker (tumor). (Anonymus, 2010)
2.3  Etiologi
Mayoritas penyakit kanker paru disebabkan oleh karsinogen dan zat promotor tumor yang masuk ke dalam tubuh melalui kebiasaan merokok. Secara keseluruhan, resiko relatif terjadinya kanker paru meningkat 13 kali lipat oleh kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali lipat oleh pajanan pasif asap rokok dalam waktu lama. Beberapa karsinogen tersebut antara lain sebagai berikut :
1.      Rokok tembakau
Yaitu kandungan ‘tar’ suatu persenyawaan hidrokarbon aromatik polisiklik( risiko meningkat 60-70 kali lipat untuk seseorang yang merokok 2 bungkus sehari selama 20 tahun dibandingkan individu bukan perokok). Dalam hal ini, seseorang yang mulai merokok pada usia yang lebih muda akan lebih beresiko untuk menderita kanker paru. faktor lain yang berhubungan adalah jenis rokok yang diisap(kandungan tar,filter versus nonfilter).
2.      Polusi Udara
Banyak sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru diantaranya sulfur, emisi kendaraan bermotor dan polutan yang berasal dari pabrik. Data menunjukkan bahwa insidensi kanker paru lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari peningkatan polutan dan asap kendaraan bermotor.
3.      Asap pabrik/industri/tambang
4.      Debu radioaktif/ledakan nuklir(radon)
Beberapa zat kimia(seperti asbes,arsen,krom,nikel,besi dan uranium.
5.      Vitamin A
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah vitamin A dengan timbulnya kanker paru. hal ini kemungkinan karena vitamin A berhubungan dengan regulasi dari deferensiasi sel.
6.      Genetik
Pada sel kanker paru didapatkan sejumlah lesi genetik termasuk aktivasi onkogen dominan dan inaktivasi supresor tumor atau onkogen resesif.

2.4          Klasifikasi
Kanker paru diklasifikasikan sesuai dengan tipe histologi selnya, yaitu :
1.      Small cell  (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
2.      Nonsmall cell
a.                  Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk  metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului  timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

b.      Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.



c.    Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.



2.5 Patofisiologi
Dari etiologi menyerang percabangan segmen sub bronkus menyebabkan cilia tulang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang di sebabkan oleh metaflasia, hiperpasia dan displasia menembus  ruang pleura, bisa timbul efusi pleura dan bisa di ikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obststruksi dan ulserasi bronkus dengan di ikuti supurasi di bagian distal. Gejala yang timbul dapat berupa wheezing, batuk, hemokisis, demam dan dingin. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru-paru dapat bermetastase ke struktur-strukur jaringan terdekat seperti limfe, dinding esofagus.
2.6  Manifestasi Klinis
1.      Batuk yang tidak menyembuh
Akibat adanya iritasi yang di sebabkan oleh massa tumor dan akan di ikuti keliarnya seputum yang kental.
2.      Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulcerasi.
3.      Anoreksia
Lelah dan mengakibatkan penurunan berat badan perlahan.
4.       Nyeri dada
Jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke modus limfe regional.
5.      Dipsnea saat beraktivitas
6.      Wheezing
7.      Clubbing finger

2.7  Pemeriksaan Penunjang
1.      Radiologi
a.    Foto thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi dapat menyatakan massa udara pada bagian kilus, efusi pleura.
b.    Bronkografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.      Laboratorium
a.       Sitologi (seputum, pleura, atau nodus limfe)
Di lakukan untuk menkaji kapasitas memenuhi ventilasi.
3.    Histology
a.       Bronkoskopi
Untuk mengetahui karsinoma bronkogenik.
4.      Penatraan
a.       CT-Scan untuk mengetahui jaringan parekim paru, pleura dan MRI untuk mengetahui keadaan  

2.8 Penatalaksanaan medis
 1. Manajemen tanpa pembedahan
a. Terapi oksigen
jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker atau nasal canula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika pasien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b.Terapi obat
jika klien mengalami bronkospasma, dokter dapat memberikan obat golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasma.

c.       Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada pasien dengan kanker paru –paru, terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi surgikal (pembedahan). Agen kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari:
1)              cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan procarbazine.
2)              etopisade dan cisplatin.
3)              mitomycin, vinblastine, dan cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak pasien dengan kanker paru – paru mengalami gangguan imun. Agen imunoterapi (cytokin) biasa diberikan.
e.Terapi radiasi
a) indikasi:
1)      Pasien dengan tumor paru – paru yang operable, tetapi berisiko jika dilakukan operasi pembedahan.
2)      Pasien dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
3)      Pasien kanker bronkhus dengan oat cell.
4)      Pasien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.Pengobatan dilakukan dalam lima kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.

b) Komplikasi:
1)      Esofagitis, hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari sesudah pengobatan.
2)      Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran.
f. Terapi laser
g. torasintesis dan pleurodesis
1) efusi pleura dapat menjadi masalah bagi pasien dengan kanker paru – paru.
2) efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis dan obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
3) tujuan akhir: mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.

2.      Manajemen bedah
a.       Dikerjakan pada tumor stadium I serta stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar tidak dapat dibedakan (undifferentiated).
b.      Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup 3 kriteria:
1)      Karakteristik biologis tumor.
2)      Letak tumor dan pembagian stadium klinik.
Untuk menentukan letak pembedahan terbaik.
3)      Keadaan fungsional penderita.

2.9 Komplikasi
a.       Hematorak
b.      Peneumutorak
c.       Empiema
d.      Endokarditis
e.       Abses paru
f.       Atetektasis

2.10  Prognosis
Prognosis dari kanker paru merujuk pada kesempatan untuk penyembuhan dan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor, kehadiran gejala-gejala, tipe kanker paru, dan keadaan kesehatan secara keseluruhan dari pasien. Dari semua pasien-pasien dengan SCLC, hanya 5%-10% masih hidup lima tahun setelah diagnosis. Kebanyakan dari mereka yang selamat (hidup lebih lama) mempunyai tingkat yang terbatas dari SCLC. Pada non-small cell lung cancer (NSCLC), hasil-hasil dari perawatan standar biasanya keseluruhannya jelek namun kebanyakan kanker-kanker yang terlokalisir dapat diangkat secara operasi. Bagaimanapun, pada tingkat I kanker-kanker yang dapat diangkat sepenuhnya, angka kelangsungan hidup lima tahun dapat mendekati 75%. Terapi radiasi dapat menghasilkan suatu penyembuhan pada suatu minoritas dari pasien-pasien dengan NSCLC dan menjurus pada pembebasan gejala-gejala pada kebanyakan pasien-pasien. Pada penyakit tingkat berlanjut, kemoterapi menawarkan perbaikan waktu kelangsungan hidup yang sedang, meskipun angka-angka kelangsungan hidup keseluruhannya jelek.
Prognosis keseluruhan untuk kanker paru adalah jelek jika dibandingkan dengan beberapa kanker-kanker lain. Angka-angka kelangsungan hidup untuk kanker paru umumnya lebih rendah daripada yang untuk kebanyakan kanker-kanker, dengan suatu angka keseluruhan kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker paru sebesar 16% dibandingkan dengan 65% untuk kanker usus besar, 89% untuk kanker payudara, dan lebih dari 99% untuk kanker prostat.

2.11  Pencegahan
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ini antara lain:
1.      Jangan merokok, jika anda seorang perokok maka lebih baik hentikan kebiasaan buruk Anda, karena 80% penyebab kanker paru-paru adalah rokok, dan 15% dari para perokok adalah penderita kanker paru-paru
2.      Hindari asap rokok, bagi perokok pasif memiliki resiko yang cukup besar juga mangidap penyakit ini. Untuk menghindari asap rokok di tempat-tempat umum mungkin menggunakan masker bisa menjadi pilihan anda
3.      Hindari paparan zat-zat kimia berbahaya dan zat radioaktif, meskipun hanya 15%, tetapi zat kimia dan radioaktif tetap beresiko menjadi pemicu kanker
4.      Hindari konsumsi alkohol, konsumsi alcohol yang berlebihan juga dapat memicu timbulnya kanker
5.      Hindari makanan yang mengandung zat-zat karsinogenik, makanan yang dibakar, dll.
6.      Terapkan pola hidup sehat, pola hidup sehat merupakan langkah pencegahan utama untuk semua jenis penyakit
7.      Mengkonsumsi makanan bergizi dan suplemen alami, makanan yang mengandung vitamin D dan Fe memberi dampak yang baik bagi para penderita kanker paru-paru. Selain itu makanan yang banyak mengandung antioksidan juga dapat mencegah sel-sel kanker.
8.      Olahraga dan istirahan teratur juga dapat mengurangi resiko kanker paru-paru menyerang kita.

2.12  Hasil Penelitian
Hasil penelitian terbaru itu menyebutkan bahwa terdapat fakta secara keseluruhan 46 persen pasien dengan tingkat stadium 4 (lanjut) dengan kanker paru-paru sel tidak-kecil mengalami peningkatan kontrol dari penyakit mereka (ukuran ketahanan hidup) selama dua bulan pengobatan, saat doktor mencocokkan kemoterapi dengan biomarker tumor, dibandingkan dengan 30 persen pasien dengan perawatan cara biasa. Penemuan ini merupakan langkah penting dari pengobatan personalisasi dan menggaris bawahi pergeseran paradigma dari percobaan klinis dengan menunjukkan kelayakan berbasis biopsi, percobaan biomarker tentukan hipotesis,” ungkap wakil ketua penelitian, Dr Roy Herbst, profesor dari toraks/kepala dan leher onkologi medis di University of Texas MD Anderson Cancer Center.
Hasil penelitian ini ditampilkan dalam pertemuan tahunan dari American Association for Cancer Research, Washington, D.C, awal pekan ini. Berdasarkan data US National Cancer Institute, kanker paru-paru merenggut nyawa 160 ribu warga Amerika pada 2009. Penyakit ini terkenal sulit dalam hal perawatan, dan hanya terjadi beberapa kemajuan bertahap pada beberapa dekade lalu. Bagaimanapun, percobaan baru yang menggunakan pendekatan personalisasi, dimana dokter melakukan biopsi pada tumor pasien, untuk melihat tanda kunci molekular dan mencari obat-obatan yang dipercaya dapat menargetkan anomali genetis, menjadi kemajuan besar dalam meningkatkan kuantitas kelangsungan hidup pasien.Dalam percobaan ini, dokter mengambil contoh tumor dari 255 pasien. Mereka mencari mutasi yang diketahui berdampak pada perkembangan sel kanker paru-paru,di mana diketahui berada di gen yang disebut KRAS atau EGFR (epidermis yang meningkatkan faktor reseptor) sebagai sinyal protein yand dapat menekan perkembangan sel kanker baru.
Dokter kemudian memilih satu dari empat obat yang kuat bagi kemoterapi: erlotinib (Tarceva), sorafenib (Nexavar), vandetanib (Zactima) atau kombinasi obat, Targretin (erlotinib dengan bexarotene). Penelitian ini memilih titik poin kontrol penyakit dalam delapan minggu, karena penelitian terbaru menunjukkan bahwa ini adalah prediksi terbaik untuk masa hidup. Pasien dengan pendekatan personalisasi ini rata-rata mendapatkan masa hidup sembilan bulan dan 38 persen di antaranya hidup untuk satu tahun.  Pencocokan obat-obatan ini terlihat lebih efektif. Satu yang terbaik, dan terlihat mengejutkan, kesimpulan datang saat Nexavar digunakan dalam penggabungan dengan mutasi KRAS.
Dalam kasus ini, 61 persen dari perawatan pasien memiliki kontrol penyakit selama dua bulan. Sebagai perbandingan, rasio pasien dengan mutasi KRAS dengan mendapatkan salah satu obat-obatan hanya 32 persen. “KRAS umumnya dianggap sebagai bagian prognostik paling rendah dari pasien,” ungkap pemimpin penelitian Dr Edward Kim, direktur klinik penelitian di Departemen Thoraks Onkologi di M.D Anderson. "Ketika kami mengobati mereka dengan Nexavar, kami melihat hal ini bekerja dengan baik.” "Percobaan ini dapat membantu membuka jalan bagi pencontohan rutin dengan biopsi dari tumor selama perawatan," ungkap penelitian.
"Dua tumor pada kanker paru-paru mungkin menunjukkan identitas di bawah mikroskop dan memiliki tampilan yang sama, namun bertindak dengan cara berbeda,” tambah wakil peneliti Dr. Waun Ki Hong, kepala Divisi Pengobatan Kanker dari M.D Anderson.”Nama dari permainan saat ini soal pengobatan berdasarkan dampak molekular pada tumor,” tambahnya lagi.
Peneliti mengungkapkan dalam percobaan di masa depan, mereka akan mencoba hasil penelitian ini pada pasien kanker paru-paru pada tingkat penyakit yang variatif, termasuk penggunaan terapi tingkat pertama.

2.13  Legal Etis
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tsb dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :
1.      Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.
2.      Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
3.      Beneficence (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
4.      Justice (perlakuan adil)
Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.
5.      Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.
6.      Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.
Keenam prinsip terebut harus senantiasa menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dengan klien yang skabies : apakah otonomi klien dihargai,bila klien Nn T menginginkan perawatan dilakukan oleh keluarganya, maka kita izinkan asalakan sebelumnya keluarga klien harus diberikan pengarahan tentang perawatan klien skabies. Apakah keputusan ini mencegah konsekuensi bahaya. apakah tindakan ini bermanfaat,untuk siapa; apakah keputusan ini adil dalam pemberian perawatan, perawat tidak boleh membeda-bedakan klien dari status sosialnya tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian perawatan untuk klien tersebut. Untuk alasan moral, hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri.

2.14      Nursing advocasy
a.      Perawat dan Klien
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.Ex: Perawat ketika menangani penyakit kanker paru tidak boleh membedakan antara pasien yang satu dengan yang lainnya.
b.      Perawat dan Praktik
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus agar mengerti dengan jelas tentang kanker paru.
c.       Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.Contohya perawat memberikan penyuluhan tentang kanker paru.
d.      Perawat dan Teman Sejawat
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan perawat maupun dengan tenaga kesehaan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.Perawat bertindak malindungi klien dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.Perawat harus selalu mengikuti prosedur yang benar dalam menangani pasien kanker paru.





BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KANKER PARU
A.    Pengkajian
      Pengkajian pada klien dengan kanker paru sebagai berikut :
a.       Anamnesis
1. Identitas Klien
2.Keluhan utama
Klien dengan karsinoma bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas (Arif Muttaqin, 2008: 201).
3.      Riwayat penyakit saat ini
Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lain dan tidak mempunyai awitan yang khas (Arif Muttaqin, 2008: 201).
4.    Riwayat Penyakit Sebelumnya
Walaupun tidak spesifik biasanya dapatkan adanya keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan (Arif Muttaqin, 2008: 201)
5.      Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat juga bukti anggota keluarga dari klien dengan kanker paru beresiko mengalami penyakit ini, walaupun masih belum dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar karena faktor herediter atau karena faktor-faktor familial (Arif Muttaqin, 2008: 201).
b.    Pengkajian psiko, sosio, dan spiritual
Adanya kesimpulan penegakan diagnosis medis karsinoma bronkogenik akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap keadaan status psikologis klien. Mekanisme koping biasanya maladaptif yang diikuti perubahan  mekanisme peran dalam kelurga, kemampuan ekonomi untuk berobat, serta prognosis yang tidak jelas merupakan faktor-faktor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga (Arif Muttaqin, 2008: 201).
c.       Pemeriksaan fisik fokus pada kanker paru
B1        : Dipsnea, hemoptisis,krekels/mengi
B2        : Takikardi/disritmia,jari tabuh
B3        : Nyeri,insomnia,kegelisahan
B4        : Peningkatan frekuensi/jumlah urine
B5        : Anoreksia, penurunan BB
B6        : Intoleransi aktivitas, kelemahan
B.  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dengan klien kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 203-204) :
1.    Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah/perubahan mukus, keterbatasan gerak dada, nyeri, kelemahan dan kelelahan.
2.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial oleh sekret, perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, dan proses inflamasi.
3.    Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli atau kebagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler (atelektasis, edema paru, efusi dan sekresi berlebihan, perdarahan aktif).
4.    Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dan dinding dada.
5.    Cemas berhubungan dengan ketakutan atau ancaman akan kematian, tindakan diagnosis, ketidaktahuan akan informasi, dan penyakit kronis.
6.    Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, peningkatan metabolisme, dan proses keganasan.
C.      Intervensi Keperawatan
      Perencanaan, tujuan dan kriteria pada klien dengan kasus kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008) yaitu :
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan jumlah/perubahan mukus, keterbatasan gerak dada, nyeri, kelemahan dan kelelahan.
Tujuan :
Dalam waktu 1 x 24 jam bersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria Hasil: - Secara subjektif menyatakan batuk berkurang.
-   Klien mampu melakukan batuk efektif.
-   Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu napas.
-   Bunyi napas normal
-   Pergerakan pernapasan normal
Intervensi
Rasional
1.      Kaji fungsi pernapasan (bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas).
1.Penurunan bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi dan ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan penggunaan otot Bantu napas dan peningkatan kerja pernapasan.
2.      Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum, dan adanya hemoptisis
2.Pengeluaran akan sulit bila sekresi sangat kental . Sputum berdarah bila ada kerusakan paru atau luka brinkial dan memerlukan intervensi lebih lanjut.
3.      Berikan posisi fowler/semi fowler tinggi dan Bantu klien berlatih napas dalam dan batuk efektif
3. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area etelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan
4.     Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
4.Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret dan mengefektifkan pembersihan jalan napas.
5.     Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan pengisapan.
5.Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret.
6.      Kolaborasi pemberian obat  sesuai indikasi
6.Menghilangkan spasme bronkhus untuk memperbaiki aliran udara

2.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial oleh sekret, perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, dan proses inflamasi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pola napas kembali efektif.
Kriteria  :   - Secara subjektif menyatakan sesak napas berkurang.
-  Irama napas teratur , tampak tidak sesak napas
-  frekuensi, dan kedalaman pernapasan dalam batas normal.
-  Bunyi napas terdengar jelas

Intervensi
Rasional
1.      Identifikasi faktor penyebab
1. Dengan mengidentifikasi penyebab, kita dapat menentukan intervensi selanjutnya
2.      Kaji fungsi pernapasan, catat kecepatan pernapasan, dipsnea, sianosis, dan perubahan tanda-tanda vital.
2.Distres pernapasan dan perubahan tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok akibat hipoksia.
3.      Berikan posisi fowler/semi fowler tinggi dan miring pada sisi yang sakit, Bantu klien latihan napas dalam dan batuk efektif.
3. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.
4.      Auskultasi bunyi napas.
4.Bunyi napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen paru, atau seluruh area paru.
5.      Kaji pengembangan dada dan posisi trakea.
5.Ekspansi paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakea kearah sisi yang sehat.

3.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli atau kebagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler (atelektasis, edema paru, efusi dan sekresi berlebihan, perdarahan aktif).
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pertukaran gas kembali efektif.
Kriteria :  - TTV dalam batas normal
-   GDA berada dalam batas normal
-   Menunjukkkan ventilasi yang adekuat
-   Oksigenasi adekuat
-   Perbaikan distress pernapasan
Intervensi
Rasional
1.      Catat frekuensi dan kedalaman pernapasan, penggunaan otot bantu dan napas bibir, auskultasi bunyi paru untuk penurunan bunyi napas dan adanya bunyi tambahan krekels.
1.Takiepnea dan dispnea menyertai obstruksi paru.


2.     Observasi perfusi daerah akral dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran lidah).
2. Area yang tidak terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi napas
3.      Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai dengan kebutuhan
3.Jalan napas lengket/ kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi secara negatif mempengaruhi pertukaran gas
4.    Kaji tingkat kesadaran.
4.Hipoksemia sistematik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah dan rangsang disertai penurunan kesadaran.
5.      Kaji toleransi aktivitas.
5. Hipoksiemia menurunkan kemampuan untuk beraktivitas tanpa dipsnea berat, takikardia, dan disritmia.

6.      Kolaborasi: awasi GDA. Berikan oksigen dengan metode yang tepat.   

6.Hipoksemia ada pada berbagai derajat bergantung pada jumlah obstruksi jalan napas. Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.

4.      Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dan dinding dada.
Tujuan :Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria  : - TTV dalam batas normal
-Secara subjektif klien menyatakan nyeri berkurang
-Klien tampak rileks
-Klien dapat tidur
Intervensi
Rasional
1.    Kaji keadaan nyeri klien secara PQRST.
1.Membantu dalam menentukan status nyeri klien dan menjadi data dasar untuk intervensi dan monitoring keberhasilan intervensi.

2.    Atur posisi fisiologis
2.Meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi sensasi tekan pada area yang sakit
3.    Ajarkan tekhnik relaksasi seperti napas dalam pada saat rasa nyeri datang.
3.Hipoksemia lokal dalam menyebabkan rasa nyeri dan meninhkatkan suplai oksigen pada area nyeri dapat membantu menurunkan rasa nyeri
4.     Ajarkan metode distraksi
4.Pengalihan rasa nyeri dengan cara distraksi dapat meningkatkan respons pengeluaran endorphin untuk memutus reseptor rasa nyeri.
5.      Beri manajemen sentuhan berupa pemijatan ringan pada area sekitar nyeri
5.Meningkatkan respon aliran darah pada area nyeri dan merupakan salah satu metode pengalihan perhatian.
6.      Beri kompres hangat pada area nyeri.
6.Meningkatkan respons aliran darah area nyeri
7.      Kolaborasi dengan pemberian analgesik secara periodik.
7.Mempertahankan kadar obat dan menghindari puncak periode nyeri

5.      Cemas berhubungan dengan ketakutan atau ancaman akan kematian, tindakan diagnosis, ketidaktahuan akan informasi, dan penyakit kronis.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam klien mampu memehami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan.
Kriteria : - Mampu beradaptasi dengan keadaannya
-   Respon nonverbal klien tampak lebih rileks dan santai.
Intervensi
Rasional
1.      Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping yang ada
1. pemanfaatan sember koping yang ada secara konstuktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stres
2.     Ajarkan teknik relaksasi
2.Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan
3.      Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan klien
3.Hubungan saling percaya membantu memperlancar proses terapeutik
4.     Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.
4. Tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.
5.     Bantu klien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.
5. Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik maka perasaan yang mengganggu dapat diketahui.

6.      Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, peningkatan metabolisme, dan proses keganasan.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam intake nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria  :    - Klien dapat mempertahankan status gizi dari yang semula kurang       menjadi terpenuhi
-          Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi nutrisinya.
Intervensi
Rasional
1.     Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah, dan diare.
1.memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.
2.     Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik.
2. Berguna dalam mengukur keefektifan intake gizi dan dukungan cairan.
3.     Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.
3.Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna.
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
4. Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dangan status hipermatabolik klien.
5.      Kolaborasi untuk pemberian multivitamin.   
5.Multivitamin bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari peningkatan laju metabolisme umum.





BAB 4
PENUTUP
1.1          Kesimpulan
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat (abnormal) di dalam jaringan paru yang di sebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel atau expansi dari sel itu sendiri. Penyebab kanker paru yaitu Rokok tembakau,polusi udara,asap pabrik/industri/tambang,debu radioaktif/ledakan nuklir(radon),vitamin A dan genetik. Kanker paru terbagi 2 menurut histologinya yaitu small cell dan nonsmall cell. Masalah keperawatan yang mungkin timbul yaitu bersihan jalan napas tidak efektif ,pola napas tidak efektif ,gangguan pertukaran gas,nyeri akut dan  gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
1.2         Saran
Alangkah baiknya apabila anda menyayangi anggota tubuh terutama paru-paru karena organ tersebut sangat penting dalam proses pernafasan. Cegahlah kanker paru dengan tidak merokok, hindari asap rokok dan polusi,hindari makan yang dibakar karena mengandung karsinogenik.



DAFTAR PUSTAKA
Corwin,elizabeth.1992.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC
Soemantri,irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Salemba Medika.Jakarta
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.EGC.Jakarta
Ward, Jeremy P.T.dkk.2008.At a Glance Sistem Respirasi Edisi Kedua.Jakarta. Penerbit Erlangga