BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Prevalensi
kanker paru di negara sangat maju sangat tinggi , di Amerika tahun 2002
dilaporkan terdapat 169.400 kasus baru (merupakan 13 % dari semua kanker baru
yang tediagnosis) dengan 154.900 kematian (merupakan 28 % dari seluruh akibat
kanker), di Inggris prevalensi kejadiannya mencapai 40.000/tahun, sedangkan di
Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak, di RS Kanker Dharmais,
Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke 3.
Kanker
paru adalah penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering
kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya
dilakukan dengan jalan pembedahan, dimana sekitar 13% dari klien yang menjalani
pembedahan mampu bertahan 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul hanya
dan hanya 16% klien yang penyebaran
penyakitnya dapat dilokkalisasi pada saat diagnosis.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana anatomi dan
fisiologi paru-paru ?
1.2.2
Apa definisi dari
kanker paru ?
1.2.3
Apa saja klasifikasi
kanker paru ?
1.2.4
Bagaimana patofisiologi
kanker paru ?
1.2.5
Bagaimana manifestasi
klinis kanker paru ?
1.2.6
Apa saja pemerikasaan
penunjang kanker paru ?
1.2.7
Bagaimana
penatalaksanaan medis kanker paru ?
1.2.8
Apa saja komplikasi
yang ditimbulkan oleh kanker paru ?
1.2.9
Bagaimana prognosis
dari kanker paru ?
1.2.10
Bagaimana pencegahan
dari kanker paru ?
1.2.11
Apa hasil penelitian
dari kanker paru ?
1.2.12
Bagaimana legal etis
dari kanker paru ?
1.2.13
Bagaimana nursing
advocasy kanker paru ?
1.2.14
Bagaimana asuhan
keperawatan pada klien kanker paru ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui dan memahami tentang penyakit kanker paru
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1
Mahasiswa dapat
mengetahui anatomi dan fisiologi paru-paru
1.3.2.2
Mahasiswa dapat
mengetahui definisi dari kanker paru
1.3.2.3
Mahasiswa dapat
mengetahui klasifikasi kanker paru
1.3.2.4
Mahasiswa dapat mengetahui
patofisiologi kanker paru
1.3.2.5
Mahasiswa dapat
mengetahui manifestasi klinis kanker paru
1.3.2.6
Mahasiswa dapat
mengetahui pemerikasaan penunjang kanker paru
1.3.2.7
Mahasiswa dapat
mengetahui penatalaksanaan medis kanker paru
1.3.2.8
Mahasiswa dapat
mengetahui komplikasi yang ditimbulkan oleh kanker paru
1.3.2.9
Mahasiswa dapat
mengetahui prognosis dari kanker paru
1.3.2.10 Mahasiswa
dapat mengetahui pencegahan dari kanker paru
1.3.2.11 Mahasiswa
dapat mengetahui hasil penelitian dari kanker paru
1.3.2.12 Mahasiswa
dapat mengetahui legal etis dari kanker paru
1.3.2.13 Mahasiswa
dapat mengetahui nursing advocasy kanker paru
1.3.2.14 Mahasiswa
dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru
1.4 Manfaat
Calon
perawat dapat mengetahui asuhan keperawatan terhadap klien kanker paru.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Paru-Paru
Paru-paru adalah organ
pada sistem pernapasan, yang berfungsi menukar oksigen dari udara luar dengan
karbon dioksida dari darah melalui proses respirasi. Respirasi merupakan proses
pertukaran gas yang keluar masuk saluran pernafasan, melibatkan sistem
kardiovaskuler, sistem pulmonary dan kondisi hematologis. Paru-paru terletak
pada rongga dada, menghadap ke tengah rongga dada. Pada bagian tengah itu
terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi dua, yaitu : pleura viseral dan parietal. Pleura viseral (selaput dada
pembungkus) merupakan selaput yang langsung membungkus paru-paru. Pleura
parietal merupakan selaput paru-paru yang melapisi bagian dalam dinding dada.
Antara kedua pleura, terdapat sebuah rongga yang disebut kavum pleura. Pada
keadaan normal, kavum pleura menjadi hampa udara sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan yang berguna untuk melumasi
permukaan pleura, untuk menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada.
Dilihat dari struktur anatominya,
paru-paru dibagi menjadi dua lobus, yaitu :
1.
Lobus paru-paru kanan,
terdiri dari tiga lobus, yaitu :
a.
Lobus pulmo dekstra
superior
b.
Lobus medial
c.
Lobus pulmo dekstra
inferior
2.
Lobus paru-paru kiri,
terdiri dari dua lobus, yaitu :
a.
Lobus pulmo sinistra
superior
b.
Lobus pulmo sinistra
inferior
1.
Difusi
dan perfusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari
suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah.Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan
difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane
merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan
waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema
pulmonar, atau efusi pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar
kapiler yang meningkat akan mengakibatkan proses difusi yang lambat, pertukaran
gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses pengiriman oksigen ke jaringan.
Daerah permukaan membran dapat mengalami
perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan.
Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi
berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke
alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
·
Luas permukaan paru
·
Tebal membrane
respirasi
·
Jumlah eryth/kadar Hb
·
Perbedaan tekanan dan
konsentrasi gas
·
Waktu difusi
·
Afinitas gas
Perfusi
pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal O2 diangkut dlm
darah;dalam eritrosit bergabung dgn Hbà(oksi
Hb) /Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma sebagai O2 yg larut dlm plasma (1,5%)
CO2 dlm darah ditrasport sbg bikarbonat. Dalam eritosit sbg natrium bikarbonat.
Dalam plasma sbg kalium bikarbonat Dalam
larutan bergabung dengan Hb dan protein plasma 5 – 7 %àC02
larut dalam plasma 15 – 20 %à
Carbamoni Hb (carbamate) àHbNHCO3
Hb + CO2 HbC060 – 80%àbikarbonat àHCO3
CO2 + H2O H2CO3 - H+ + CO3-
2.
Pertukaran
gas
Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di
dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai
di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan
haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa
oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut :
Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa
oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh
darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen
secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, seperti reaksi berikut :
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi
ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan
sebagai udara pernapasan.
Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 : Sebagai
ion karbonat (HCO3), sekitar 60 – 70%. Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2),
sekitar 25%. Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 – 10%.
3.
Transpor
oksigen
Sistem transportasi oksigen terdiri dari
system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada
jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi),aliran darah ke paru-paru
dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen.
Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
larut dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk
berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990).Jumlah oksigen yang larut dalam plasma
relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.Sebagian besar oksigen ditransportasi
oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida.
Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin.
Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan
hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen
ini bias masuk ke dalam jaringan.
2.2
Definisi
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel
abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke
tempat-tempat jauh.
Penyakit kanker
paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat (abnormal) di
dalam jaringan paru yang di sebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel atau
expansi dari sel itu sendiri. Jika di biarkan, pertumbuhan yang abnormal ini
dapat menyebar ke organ lain, baik yang dekat dengan paru maupun pun yang yang jauh seperti tulang,hati ataupun otak.
Kanker
paru adalah pertumbuhan tak terkendali sel abnormal dari baik salah satu maupun
kedua paru-paru. Dimana sementara sel normal bereproduksi dan berkembang
menjadi jaringan paru-paru sehat, sel-sel abnormal bereproduksi lebih cepat dan
tidak menjadi jaringan paru-paru yang sehat. Sel-sel abnormal kemudian tumbuh menjadi
sel-sel kanker (tumor). (Anonymus, 2010)
2.3 Etiologi
Mayoritas penyakit kanker paru disebabkan oleh
karsinogen dan zat promotor tumor yang masuk ke dalam tubuh melalui kebiasaan
merokok. Secara keseluruhan, resiko relatif terjadinya kanker paru meningkat 13
kali lipat oleh kebiasaan merokok yang aktif dan sekitar 1,5 kali lipat oleh
pajanan pasif asap rokok dalam waktu lama. Beberapa karsinogen tersebut antara
lain sebagai berikut :
1.
Rokok tembakau
Yaitu
kandungan ‘tar’ suatu persenyawaan hidrokarbon aromatik polisiklik( risiko
meningkat 60-70 kali lipat untuk seseorang yang merokok 2 bungkus sehari selama
20 tahun dibandingkan individu bukan perokok). Dalam hal ini, seseorang yang
mulai merokok pada usia yang lebih muda akan lebih beresiko untuk menderita
kanker paru. faktor lain yang berhubungan adalah jenis rokok yang
diisap(kandungan tar,filter versus nonfilter).
2.
Polusi Udara
Banyak
sekali polusi udara yang dapat menyebabkan kanker paru diantaranya sulfur,
emisi kendaraan bermotor dan polutan yang berasal dari pabrik. Data menunjukkan
bahwa insidensi kanker paru lebih banyak pada daerah urban sebagai hasil dari
peningkatan polutan dan asap kendaraan bermotor.
3.
Asap pabrik/industri/tambang
4.
Debu radioaktif/ledakan
nuklir(radon)
Beberapa zat kimia(seperti
asbes,arsen,krom,nikel,besi dan uranium.
5.
Vitamin A
Penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara diet rendah vitamin A dengan
timbulnya kanker paru. hal ini kemungkinan karena vitamin A berhubungan dengan
regulasi dari deferensiasi sel.
6.
Genetik
Pada sel
kanker paru didapatkan sejumlah lesi genetik termasuk aktivasi onkogen dominan
dan inaktivasi supresor tumor atau onkogen resesif.
2.4
Klasifikasi
Kanker paru diklasifikasikan sesuai dengan tipe histologi selnya, yaitu :
1.
Small cell
(termasuk
sel oat).
Biasanya terletak
ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel
Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil
dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen
ke organ – organ distal.
2.
Nonsmall
cell
a.
Karsinoma
epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal
dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok
jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam
bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung
menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b.
Adenokarsinoma
(termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan
selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul
di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan
jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
c.
Karsinoma
sel besar.
Merupakan sel – sel
ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar
dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada
jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan
cepat ke tempat – tempat yang jauh.
2.5 Patofisiologi
Dari etiologi
menyerang percabangan segmen sub bronkus menyebabkan cilia tulang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang di sebabkan oleh metaflasia, hiperpasia dan displasia
menembus ruang pleura, bisa timbul efusi
pleura dan bisa di ikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obststruksi dan ulserasi bronkus dengan di ikuti supurasi
di bagian distal. Gejala yang timbul dapat berupa wheezing, batuk, hemokisis,
demam dan dingin. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru-paru dapat bermetastase ke
struktur-strukur jaringan terdekat seperti limfe, dinding esofagus.
2.6
Manifestasi
Klinis
1. Batuk yang
tidak menyembuh
Akibat adanya iritasi
yang di sebabkan oleh massa tumor dan akan di ikuti keliarnya seputum yang
kental.
2.
Hemoptisis
Sputum bersemu darah
karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulcerasi.
3.
Anoreksia
Lelah dan
mengakibatkan penurunan berat badan perlahan.
4.
Nyeri
dada
Jika tumor menyebar ke
struktur yang berdekatan dan ke modus limfe regional.
5.
Dipsnea
saat beraktivitas
6.
Wheezing
7.
Clubbing
finger
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1.
Radiologi
a.
Foto
thorax posterior-anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi dapat menyatakan massa udara pada
bagian kilus, efusi pleura.
b.
Bronkografi
Untuk melihat tumor di
percabangan bronkus.
2. Laboratorium
a. Sitologi (seputum, pleura, atau
nodus limfe)
Di lakukan untuk
menkaji kapasitas memenuhi ventilasi.
3. Histology
a. Bronkoskopi
Untuk mengetahui
karsinoma bronkogenik.
4. Penatraan
a.
CT-Scan untuk mengetahui jaringan parekim paru, pleura dan MRI untuk mengetahui
keadaan
2.8 Penatalaksanaan
medis
1. Manajemen tanpa pembedahan
a. Terapi oksigen
jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker atau
nasal canula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika pasien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b.Terapi obat
jika klien mengalami bronkospasma, dokter dapat memberikan obat golongan
bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi
bronkospasma.
c.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan
pengobatan pada pasien dengan kanker paru –paru, terutama pada small-cell lung cancer karena
metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi surgikal
(pembedahan). Agen kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker,
termasuk kombinasi dari:
1)
cyclophosphamide, deoxorubicin, methotrexate, dan procarbazine.
2)
etopisade dan cisplatin.
3)
mitomycin, vinblastine, dan cisplatin.
d. Imunoterapi
Banyak pasien dengan kanker
paru – paru mengalami gangguan imun. Agen imunoterapi (cytokin) biasa
diberikan.
e.Terapi radiasi
a) indikasi:
1)
Pasien
dengan tumor paru – paru yang operable,
tetapi berisiko jika dilakukan operasi pembedahan.
2)
Pasien
dengan kanker adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable dimana terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada
hilus ipsilateral dan mediastinal.
3)
Pasien
kanker bronkhus dengan oat cell.
4)
Pasien
kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad
dalam jangka waktu 5-6 minggu.Pengobatan dilakukan dalam lima kali seminggu
dengan dosis 180-200 rad/hari.
b) Komplikasi:
1)
Esofagitis,
hilang satu minggu sampai dengan sepuluh hari sesudah pengobatan.
2)
Pneumonitis,
pada rontgen terlihat bayangan eksudat didaerah penyinaran.
f. Terapi laser
g. torasintesis dan pleurodesis
1) efusi pleura dapat
menjadi masalah bagi pasien dengan kanker paru – paru.
2) efusi timbul akibat
adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis dan obstruksi kelenjar limfe
mediastinal.
3) tujuan akhir:
mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
2.
Manajemen
bedah
a.
Dikerjakan
pada tumor stadium I serta stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan
karsinoma sel besar tidak dapat dibedakan (undifferentiated).
b.
Dilakukan
khusus pada stadium III secara individual yang mencakup 3 kriteria:
1)
Karakteristik
biologis tumor.
2)
Letak
tumor dan pembagian stadium klinik.
Untuk
menentukan letak pembedahan terbaik.
3)
Keadaan
fungsional penderita.
2.9 Komplikasi
a.
Hematorak
b.
Peneumutorak
c.
Empiema
d.
Endokarditis
e.
Abses
paru
f.
Atetektasis
2.10 Prognosis
Prognosis
dari kanker paru merujuk pada kesempatan untuk penyembuhan dan tergantung dari
lokasi dan ukuran tumor, kehadiran gejala-gejala, tipe kanker paru, dan keadaan
kesehatan secara keseluruhan dari pasien. Dari semua pasien-pasien dengan SCLC,
hanya 5%-10% masih hidup lima tahun setelah diagnosis. Kebanyakan dari mereka
yang selamat (hidup lebih lama) mempunyai tingkat yang terbatas dari SCLC. Pada
non-small cell lung cancer (NSCLC), hasil-hasil dari perawatan standar biasanya
keseluruhannya jelek namun kebanyakan kanker-kanker yang terlokalisir dapat
diangkat secara operasi. Bagaimanapun, pada tingkat I kanker-kanker yang dapat
diangkat sepenuhnya, angka kelangsungan hidup lima tahun dapat mendekati 75%.
Terapi radiasi dapat menghasilkan suatu penyembuhan pada suatu minoritas dari
pasien-pasien dengan NSCLC dan menjurus pada pembebasan gejala-gejala pada
kebanyakan pasien-pasien. Pada penyakit tingkat berlanjut, kemoterapi
menawarkan perbaikan waktu kelangsungan hidup yang sedang, meskipun angka-angka
kelangsungan hidup keseluruhannya jelek.
Prognosis
keseluruhan untuk kanker paru adalah jelek jika dibandingkan dengan beberapa
kanker-kanker lain. Angka-angka kelangsungan hidup untuk kanker paru umumnya
lebih rendah daripada yang untuk kebanyakan kanker-kanker, dengan suatu angka
keseluruhan kelangsungan hidup lima tahun untuk kanker paru sebesar 16%
dibandingkan dengan 65% untuk kanker usus besar, 89% untuk kanker payudara, dan
lebih dari 99% untuk kanker prostat.
2.11 Pencegahan
Beberapa
langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit ini antara
lain:
1.
Jangan merokok, jika anda seorang
perokok maka lebih baik hentikan kebiasaan buruk Anda, karena 80% penyebab
kanker paru-paru adalah rokok, dan 15% dari para perokok adalah penderita
kanker paru-paru
2.
Hindari asap rokok, bagi perokok
pasif memiliki resiko yang cukup besar juga mangidap penyakit ini. Untuk
menghindari asap rokok di tempat-tempat umum mungkin menggunakan masker bisa
menjadi pilihan anda
3.
Hindari paparan zat-zat kimia
berbahaya dan zat radioaktif, meskipun hanya 15%, tetapi zat kimia dan
radioaktif tetap beresiko menjadi pemicu kanker
4.
Hindari konsumsi alkohol, konsumsi
alcohol yang berlebihan juga dapat memicu timbulnya kanker
5.
Hindari makanan yang mengandung
zat-zat karsinogenik, makanan yang dibakar, dll.
6.
Terapkan pola hidup sehat, pola
hidup sehat merupakan langkah pencegahan utama untuk semua jenis penyakit
7.
Mengkonsumsi makanan bergizi dan
suplemen alami, makanan yang mengandung vitamin D dan Fe memberi dampak yang
baik bagi para penderita kanker paru-paru. Selain itu makanan yang banyak
mengandung antioksidan juga dapat mencegah sel-sel kanker.
8.
Olahraga dan istirahan teratur juga
dapat mengurangi resiko kanker paru-paru menyerang kita.
2.12 Hasil
Penelitian
Hasil penelitian terbaru itu menyebutkan
bahwa terdapat fakta secara keseluruhan 46 persen pasien dengan tingkat stadium
4 (lanjut) dengan kanker paru-paru sel tidak-kecil mengalami peningkatan
kontrol dari penyakit mereka (ukuran ketahanan hidup) selama dua bulan
pengobatan, saat doktor mencocokkan kemoterapi dengan biomarker tumor,
dibandingkan dengan 30 persen pasien dengan perawatan cara biasa. Penemuan ini
merupakan langkah penting dari pengobatan personalisasi dan menggaris bawahi
pergeseran paradigma dari percobaan klinis dengan menunjukkan kelayakan
berbasis biopsi, percobaan biomarker tentukan hipotesis,” ungkap wakil ketua
penelitian, Dr Roy Herbst, profesor dari toraks/kepala dan leher onkologi medis
di University of Texas MD Anderson Cancer Center.
Hasil penelitian ini ditampilkan dalam
pertemuan tahunan dari American Association for Cancer Research, Washington,
D.C, awal pekan ini. Berdasarkan data US National Cancer Institute, kanker
paru-paru merenggut nyawa 160 ribu warga Amerika pada 2009. Penyakit ini
terkenal sulit dalam hal perawatan, dan hanya terjadi beberapa kemajuan bertahap
pada beberapa dekade lalu. Bagaimanapun, percobaan baru yang menggunakan
pendekatan personalisasi, dimana dokter melakukan biopsi pada tumor pasien,
untuk melihat tanda kunci molekular dan mencari obat-obatan yang dipercaya
dapat menargetkan anomali genetis, menjadi kemajuan besar dalam meningkatkan
kuantitas kelangsungan hidup pasien.Dalam percobaan ini, dokter mengambil
contoh tumor dari 255 pasien. Mereka mencari mutasi yang diketahui berdampak
pada perkembangan sel kanker paru-paru,di mana diketahui berada di gen yang
disebut KRAS atau EGFR (epidermis yang meningkatkan faktor reseptor) sebagai
sinyal protein yand dapat menekan perkembangan sel kanker baru.
Dokter kemudian memilih satu dari empat
obat yang kuat bagi kemoterapi: erlotinib (Tarceva), sorafenib (Nexavar),
vandetanib (Zactima) atau kombinasi obat, Targretin (erlotinib dengan
bexarotene). Penelitian ini memilih titik poin kontrol penyakit dalam delapan
minggu, karena penelitian terbaru menunjukkan bahwa ini adalah prediksi terbaik
untuk masa hidup. Pasien dengan pendekatan personalisasi ini rata-rata
mendapatkan masa hidup sembilan bulan dan 38 persen di antaranya hidup untuk
satu tahun. Pencocokan obat-obatan ini
terlihat lebih efektif. Satu yang terbaik, dan terlihat mengejutkan, kesimpulan
datang saat Nexavar digunakan dalam penggabungan dengan mutasi KRAS.
Dalam kasus ini, 61 persen dari
perawatan pasien memiliki kontrol penyakit selama dua bulan. Sebagai
perbandingan, rasio pasien dengan mutasi KRAS dengan mendapatkan salah satu
obat-obatan hanya 32 persen. “KRAS umumnya dianggap sebagai bagian prognostik
paling rendah dari pasien,” ungkap pemimpin penelitian Dr Edward Kim, direktur
klinik penelitian di Departemen Thoraks Onkologi di M.D Anderson. "Ketika
kami mengobati mereka dengan Nexavar, kami melihat hal ini bekerja dengan
baik.” "Percobaan ini dapat membantu membuka jalan bagi pencontohan rutin
dengan biopsi dari tumor selama perawatan," ungkap penelitian.
"Dua tumor pada kanker paru-paru mungkin menunjukkan identitas di bawah mikroskop dan memiliki tampilan yang sama, namun bertindak dengan cara berbeda,” tambah wakil peneliti Dr. Waun Ki Hong, kepala Divisi Pengobatan Kanker dari M.D Anderson.”Nama dari permainan saat ini soal pengobatan berdasarkan dampak molekular pada tumor,” tambahnya lagi.
"Dua tumor pada kanker paru-paru mungkin menunjukkan identitas di bawah mikroskop dan memiliki tampilan yang sama, namun bertindak dengan cara berbeda,” tambah wakil peneliti Dr. Waun Ki Hong, kepala Divisi Pengobatan Kanker dari M.D Anderson.”Nama dari permainan saat ini soal pengobatan berdasarkan dampak molekular pada tumor,” tambahnya lagi.
Peneliti mengungkapkan dalam percobaan
di masa depan, mereka akan mencoba hasil penelitian ini pada pasien kanker
paru-paru pada tingkat penyakit yang variatif, termasuk penggunaan terapi
tingkat pertama.
2.13
Legal
Etis
Etika berkenaan dengan pengkajian
kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus
dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tsb dilakukan, dan
ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral.
Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu
:
1.
Autonomy (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien
untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti
perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.
2.
Non Maleficence (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak
menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian
besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan,
resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
3.
Beneficence (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki
kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan
klien dan keluarga.
4.
Justice (perlakuan adil)
Perawat sering mengambil keputusan dengan menggunakan rasa
keadilan.
5.
Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung
jawab yang dimikili oleh seseorang.
6.
Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar
anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa,
pilihannya sering kali kurang jelas.
Keenam prinsip terebut harus senantiasa
menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dengan klien yang skabies :
apakah otonomi klien dihargai,bila klien Nn T menginginkan perawatan dilakukan
oleh keluarganya, maka kita izinkan asalakan sebelumnya keluarga klien harus
diberikan pengarahan tentang perawatan klien skabies. Apakah keputusan ini
mencegah konsekuensi bahaya. apakah tindakan ini bermanfaat,untuk siapa; apakah
keputusan ini adil dalam pemberian perawatan, perawat tidak boleh
membeda-bedakan klien dari status sosialnya tetapi melihat dari penting atau
tidaknya pemberian perawatan untuk klien tersebut. Untuk alasan moral, hak-hak
klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan,
kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas
diri.
2.14
Nursing advocasy
a. Perawat dan Klien
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh
oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.Ex: Perawat ketika
menangani penyakit kanker paru tidak boleh membedakan antara pasien yang satu
dengan yang lainnya.
b. Perawat dan Praktik
Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi
dibidang keperawatan melalui belajar terus-menerus agar mengerti dengan jelas
tentang kanker paru.
c. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat
untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakat.Contohya perawat memberikan penyuluhan tentang kanker
paru.
d. Perawat dan Teman Sejawat
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan
perawat maupun dengan tenaga kesehaan lainnya, dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh.Perawat bertindak malindungi klien dan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal.Perawat harus selalu mengikuti prosedur yang benar dalam menangani
pasien kanker paru.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KANKER PARU
A.
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker paru sebagai berikut :
Pengkajian pada klien dengan kanker paru sebagai berikut :
a. Anamnesis
1. Identitas Klien
1. Identitas Klien
2.Keluhan
utama
Klien dengan
karsinoma bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan batuk, batuk
produktif, batuk darah, dan sesak napas (Arif Muttaqin, 2008: 201).
3. Riwayat
penyakit saat ini
Biasanya
keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lain dan tidak mempunyai awitan
yang khas (Arif Muttaqin, 2008: 201).
4. Riwayat
Penyakit Sebelumnya
Walaupun tidak spesifik biasanya dapatkan adanya
keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara signifikan (Arif
Muttaqin, 2008: 201)
5. Riwayat
Penyakit Keluarga
Terdapat
juga bukti anggota keluarga dari klien dengan kanker paru beresiko mengalami
penyakit ini, walaupun masih belum dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar
karena faktor herediter atau karena faktor-faktor familial (Arif Muttaqin,
2008: 201).
b. Pengkajian
psiko, sosio, dan spiritual
Adanya
kesimpulan penegakan diagnosis medis karsinoma bronkogenik akan memberikan dampak
yang luar biasa terhadap keadaan status psikologis klien. Mekanisme koping
biasanya maladaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam kelurga,
kemampuan ekonomi untuk berobat, serta prognosis yang tidak jelas merupakan
faktor-faktor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan
keluarga (Arif Muttaqin, 2008: 201).
c.
Pemeriksaan fisik fokus pada kanker
paru
B1 :
Dipsnea, hemoptisis,krekels/mengi
B2 :
Takikardi/disritmia,jari tabuh
B3 :
Nyeri,insomnia,kegelisahan
B4 :
Peningkatan frekuensi/jumlah urine
B5 :
Anoreksia, penurunan BB
B6 :
Intoleransi aktivitas, kelemahan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul dengan klien kanker paru menurut Arif Muttaqin
(2008: 203-204) :
1.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan jumlah/perubahan mukus, keterbatasan gerak dada, nyeri,
kelemahan dan kelelahan.
2.
Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan obstruksi trakeobronkial oleh sekret, perdarahan aktif, penurunan
ekspansi paru, dan proses inflamasi.
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan gangguan aliran udara ke alveoli atau kebagian utama paru dan perubahan
membran alveoli kapiler (atelektasis, edema paru, efusi dan sekresi berlebihan,
perdarahan aktif).
4.
Nyeri akut berhubungan dengan invasi
kanker ke pleura dan dinding dada.
5.
Cemas berhubungan dengan ketakutan
atau ancaman akan kematian, tindakan diagnosis, ketidaktahuan akan informasi,
dan penyakit kronis.
6.
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
peningkatan metabolisme, dan proses keganasan.
C. Intervensi Keperawatan
Perencanaan,
tujuan dan kriteria pada klien dengan kasus kanker paru menurut Arif Muttaqin
(2008) yaitu :
1.
Bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan jumlah/perubahan mukus, keterbatasan gerak dada,
nyeri, kelemahan dan kelelahan.
Tujuan :
Dalam waktu
1 x 24 jam bersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria Hasil: - Secara subjektif menyatakan batuk berkurang.
Kriteria Hasil: - Secara subjektif menyatakan batuk berkurang.
-
Klien mampu melakukan batuk efektif.
-
Pernapasan klien normal (16-20
x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu napas.
-
Bunyi napas normal
-
Pergerakan pernapasan normal
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji fungsi pernapasan (bunyi
napas, kecepatan, irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu napas).
|
1.Penurunan
bunyi napas menunjukkan atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi dan
ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot Bantu napas dan peningkatan kerja pernapasan.
|
2.
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi,
catat karakter, volume sputum, dan adanya hemoptisis
|
2.Pengeluaran akan sulit bila sekresi sangat kental
. Sputum berdarah bila ada kerusakan paru atau luka brinkial dan memerlukan
intervensi lebih lanjut.
|
3.
Berikan posisi fowler/semi fowler
tinggi dan Bantu klien berlatih napas dalam dan batuk efektif
|
3. Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya napas. Ventilasi maksimal membuka area etelektasis dan
meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan
|
4.
Pertahankan intake cairan
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
|
4.Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan sekret
dan mengefektifkan pembersihan jalan napas.
|
5.
Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea, bila perlu lakukan pengisapan.
|
5.Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
diperlukan bila klien tidak mampu mengeluarkan sekret.
|
6.
Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi
|
6.Menghilangkan spasme bronkhus untuk memperbaiki
aliran udara
|
2. Pola napas
tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial oleh sekret,
perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, dan proses inflamasi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pola napas kembali efektif.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pola napas kembali efektif.
Kriteria
: - Secara subjektif menyatakan sesak napas berkurang.
- Irama napas
teratur , tampak tidak sesak napas
- frekuensi,
dan kedalaman pernapasan dalam batas normal.
- Bunyi napas
terdengar jelas
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Identifikasi faktor penyebab
|
1. Dengan
mengidentifikasi penyebab, kita dapat menentukan intervensi selanjutnya
|
2.
Kaji fungsi pernapasan, catat
kecepatan pernapasan, dipsnea, sianosis, dan perubahan tanda-tanda vital.
|
2.Distres pernapasan dan perubahan
tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stres fisiologi dan nyeri atau dapat
menunjukkan terjadinya syok akibat hipoksia.
|
3.
Berikan posisi fowler/semi fowler
tinggi dan miring pada sisi yang sakit, Bantu klien latihan napas dalam dan
batuk efektif.
|
3. Posisi fowler memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya bernapas. Ventilasi maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk
dikeluarkan.
|
4.
Auskultasi bunyi napas.
|
4.Bunyi
napas dapat menurun/tak ada pada area kolaps yang meliputi satu lobus, segmen
paru, atau seluruh area paru.
|
5.
Kaji pengembangan dada dan posisi
trakea.
|
5.Ekspansi
paru menurun pada area kolaps. Deviasi trakea kearah sisi yang sehat.
|
3.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
gangguan aliran udara ke alveoli atau kebagian utama paru dan perubahan membran
alveoli kapiler (atelektasis, edema paru, efusi dan sekresi berlebihan,
perdarahan aktif).
Tujuan : Dalam
waktu 1 x 24 jam pertukaran gas kembali efektif.
Kriteria : -
TTV dalam batas normal
- GDA berada
dalam batas normal
- Menunjukkkan
ventilasi yang adekuat
- Oksigenasi
adekuat
- Perbaikan
distress pernapasan
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Catat frekuensi dan kedalaman
pernapasan, penggunaan otot bantu dan napas bibir, auskultasi bunyi paru
untuk penurunan bunyi napas dan adanya bunyi tambahan krekels.
|
1.Takiepnea dan dispnea menyertai
obstruksi paru.
|
2.
Observasi perfusi daerah akral dan
sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan membran lidah).
|
2. Area
yang tidak terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi napas
|
3.
Tinggikan kepala / tempat tidur
sesuai dengan kebutuhan
|
3.Jalan napas lengket/ kolaps
menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi secara negatif mempengaruhi
pertukaran gas
|
4.
Kaji tingkat kesadaran.
|
4.Hipoksemia sistematik dapat
ditunjukkan pertama kali oleh gelisah dan rangsang disertai penurunan
kesadaran.
|
5.
Kaji toleransi aktivitas.
|
5.
Hipoksiemia menurunkan kemampuan untuk beraktivitas tanpa dipsnea berat,
takikardia, dan disritmia.
|
6.
Kolaborasi: awasi GDA. Berikan
oksigen dengan metode yang tepat.
|
6.Hipoksemia
ada pada berbagai derajat bergantung pada jumlah obstruksi jalan napas.
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.
|
4.
Nyeri akut berhubungan dengan invasi
kanker ke pleura dan dinding dada.
Tujuan :Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria : - TTV dalam batas normal
Tujuan :Dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria : - TTV dalam batas normal
-Secara
subjektif klien menyatakan nyeri berkurang
-Klien tampak
rileks
-Klien dapat
tidur
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji keadaan nyeri klien secara
PQRST.
|
1.Membantu dalam menentukan status
nyeri klien dan menjadi data dasar untuk intervensi dan monitoring
keberhasilan intervensi.
|
2.
Atur posisi fisiologis
|
2.Meningkatkan rasa nyaman dengan
mengurangi sensasi tekan pada area yang sakit
|
3.
Ajarkan tekhnik relaksasi seperti
napas dalam pada saat rasa nyeri datang.
|
3.Hipoksemia lokal dalam
menyebabkan rasa nyeri dan meninhkatkan suplai oksigen pada area nyeri dapat
membantu menurunkan rasa nyeri
|
4.
Ajarkan metode distraksi
|
4.Pengalihan rasa nyeri dengan
cara distraksi dapat meningkatkan respons pengeluaran endorphin untuk memutus
reseptor rasa nyeri.
|
5.
Beri manajemen sentuhan berupa
pemijatan ringan pada area sekitar nyeri
|
5.Meningkatkan
respon aliran darah pada area nyeri dan merupakan salah satu metode
pengalihan perhatian.
|
6.
Beri kompres hangat pada area
nyeri.
|
6.Meningkatkan
respons aliran darah area nyeri
|
7.
Kolaborasi dengan pemberian analgesik
secara periodik.
|
7.Mempertahankan kadar obat dan
menghindari puncak periode nyeri
|
5.
Cemas berhubungan dengan ketakutan
atau ancaman akan kematian, tindakan diagnosis, ketidaktahuan akan informasi,
dan penyakit kronis.
Tujuan : Dalam
waktu 1 x 24 jam klien mampu memehami dan menerima keadaannya sehingga tidak
terjadi kecemasan.
Kriteria :
- Mampu beradaptasi dengan keadaannya
- Respon
nonverbal klien tampak lebih rileks dan santai.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Bantu dalam mengidentifikasi
sumber koping yang ada
|
1. pemanfaatan sember koping yang
ada secara konstuktif sangat bermanfaat dalam mengatasi stres
|
2.
Ajarkan teknik relaksasi
|
2.Mengurangi ketegangan otot dan
kecemasan
|
3.
Pertahankan hubungan saling percaya
antara perawat dan klien
|
3.Hubungan saling percaya membantu
memperlancar proses terapeutik
|
4.
Kaji faktor yang menyebabkan
timbulnya rasa cemas.
|
4. Tindakan yang tepat dalam
mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam
mengurangi kecemasan.
|
5.
Bantu klien mengenali dan mengakui
rasa cemasnya.
|
5. Rasa
cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah teridentifikasi dengan baik
maka perasaan yang mengganggu dapat diketahui.
|
6.
Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, peningkatan
metabolisme, dan proses keganasan.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam intake nutrisi klien terpenuhi.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam intake nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria
: - Klien dapat mempertahankan status gizi dari yang semula
kurang menjadi terpenuhi
-
Pernyataan motivasi kuat untuk
memenuhi nutrisinya.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji status nutrisi klien, turgor
kulit, berat badan, integritas mukosa oral, riwayat mual/muntah, dan diare.
|
1.memvalidasi dan menetapkan
derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.
|
2.
Pantau intake dan output, timbang
berat badan secara periodik.
|
2. Berguna
dalam mengukur keefektifan intake gizi dan dukungan cairan.
|
3.
Fasilitasi pemberian diet TKTP,
berikan dalam porsi kecil tapi sering.
|
3.Memaksimalkan intake nutrisi
tanpa kelelahan dan energi besar serta menurunkan iritasi saluran cerna.
|
4.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.
|
4.
Merencanakan diet dengan kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energi dan kalori sehubungan dangan status hipermatabolik klien.
|
5.
Kolaborasi untuk pemberian
multivitamin.
|
5.Multivitamin
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari peningkatan
laju metabolisme umum.
|
BAB 4
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Penyakit kanker
paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang sangat cepat (abnormal) di
dalam jaringan paru yang di sebabkan oleh perubahan bentuk jaringan sel atau
expansi dari sel itu sendiri. Penyebab
kanker paru yaitu Rokok tembakau,polusi udara,asap
pabrik/industri/tambang,debu radioaktif/ledakan nuklir(radon),vitamin A dan
genetik. Kanker paru terbagi 2 menurut histologinya yaitu small cell dan
nonsmall cell. Masalah keperawatan yang mungkin timbul yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif ,pola napas tidak efektif ,gangguan pertukaran gas,nyeri
akut dan gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
1.2
Saran
Alangkah
baiknya apabila anda menyayangi anggota tubuh terutama paru-paru karena organ
tersebut sangat penting dalam proses pernafasan. Cegahlah kanker paru dengan
tidak merokok, hindari asap rokok dan polusi,hindari makan yang dibakar karena
mengandung karsinogenik.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin,elizabeth.1992.Buku
Saku Patofisiologi.Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC
Soemantri,irman.2008.Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.Salemba
Medika.Jakarta
Smeltzer,Suzanne
C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.EGC.Jakarta
Ward, Jeremy
P.T.dkk.2008.At a Glance Sistem Respirasi Edisi Kedua.Jakarta. Penerbit
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar