Jumat, 11 April 2014

Kanker Buli Buli (VU)



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1         Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
          Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya dibelakang simfisis pubis di dalam rongga panggul ketika sudah penuh letak kandung kemih berada di atas simfisis. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Dinding kandung kemih mempunyai kapasitas tampungan maksimal pada orang dewasa sekitar ± 250-450 ml. Vaskularisasinya cabang arteri iliaka interna, yaitu arteria vesikalis superior menyilang di depan ureter. Vena bermuara di vena iliaka interna. Sedangkan persyarafannya 1. Syaraf motoris menuju m.detrusor berasal dari serabut inhibitor ke sfingter interna 2. Serabut eferen simpatis menghambat detrusor dan menstimulasi sfingter.

Dinding kandung kemih terdiri dari:
a.       Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b.      Tunika muskularis (lapisan berotot).
c.       Tunika submukosa.
d.      Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

2.2 Pengertian Karsinoma buli-buli
          Kanker kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009).
          Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
          Carsinoma sel skuamosa groos hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar  air kencing warna merah  secara terus menerus (Ilmu Keperawatan, 2007.com)
          Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (Ilmu bedah, 2008.com)
          Tumor buli-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
          Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang  didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross  hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.







2.3 Klasifikasi
Staging dan klasifikasi
             Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
NO
KODE
KET
1
Tis
Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2
Tx
Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
3
To
Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4
T1
Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
5
T2
Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
6
T3
Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
7
T3a
Invasi otot yang lebih dalam
8
T3b
Perluasan lewat dinding buli-buli
9
T4
Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10
T4a
Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11
T4b
Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen


N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
NO
KODE
KET
1
Nx
Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat ditemukan
2
No
Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
3
N1
Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
4
N2
Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional yang multiple
5
N3
Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang bebeas antaranya dan tumor
6
N4
Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia
NO
KODE
KET
1
Mx
Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2
M1
Adanya metastase jauh
3
M1a
Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
4
M1b
Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5
M1c
Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
6
M1d
Metastase dalam organ yang multiple


Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1
Efidermoid Ca
Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell, anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya
2
Adeno Ca
Sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3
Rhabdomyo sarcoma
Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
4
Primary Malignant lymphoma
Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
5
Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mammae
Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi

Penentuan derajat invasi tumor (stadium) dilakukan berdasarkan sistem TNM atau penentuan stadium dari Marshall
NO
TNM
Marshall
Uraian
1
Tis
0
Karsinoma in situ
2
Ta
0
Tumor papilari non-invasif
3
T1
A
Invasi submukosa
4
T2
B1
Invasi otot superfisial
5
T3a
B2
Invasi otot profunda
6
T3b
C
Invasi jaringan lemak prevesika
7
T4
D1
Invasi ke organ sekitar
8
N1-3
D1
Metastasis ke limfonudi regional
9
M1
D2
Metastasis hematogen


















2.4  Etiologi
Menurut Nursalam, 2009
          Etiologi yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1.      Para pekerja di pabrik kimia (terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa air aromatik 2 naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
2.      Perokok aktif karena rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine
3.      Infeksi saluran kemih seperti E. Coli dan proteus spp yang menghasilkan nitrosamine sebagai zat karsinogen
4.      Sering mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan antituberkulosis INH dalam jangka waktu lama

2.5  Manifestasi Klinis
1.      Kencing campur darah yang intermittent
2.      Merasa panas waktu kencing
3.      Merasa ingin kencing
4.      Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5.      Nyeri suprapubik yang konstan
6.      Panas badan dan merasa lemah
7.      Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8.      Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis


2.6  Patofisiologi dan WOC
          Karsinoma kandung kemih yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
          Tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis ; sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru, dan tulang.






WOC KARSINOMA BULI

nyeri


Pekerja pabrik bahan kimia karsiogenik
Perokok
ISK
Kebiasaan minum kopi dan pemanis buatan
Terpajan zat” kimia terus-menerus
> 60% zat karsinogenik
Adanya invasi bakteri
Metabolisme dalam tubuh terganggu karena zat karsinogenik
Terjadi mutasi gen
Memicu sel” abnormal
Infeksi kandung kemih
Sel” kanker dalam tubuh abnormal
Ca/Karsinoma Buli-Buli
Penatalaksanaan

Hiperplasia sel kanker meningkat

Terjadi robekan PD
Kandung kemih dan urethra
Merangsang Hipotalamus
Urine terakumulasi pada VU
Nyeri
G3 eliminasi uri
Operasi
Sosial
Pasien cemas dan takut
Perawatan secara mandiri kurang tepat
Imun menurun
Obstruksi

Ureter
Refluks
Hidronefrosis
Kemoterapi

Terapi tidak adekuat

Efek samping kemoterapi

Mengiritasi kandung kemih
Proses peradangan
Mual/muntah

Sel normal tergantikan oleh sel kanker
Sel kanker tumbuh secara abnormal
Bakteri ikut aliran darah ke kandung kemih
Mengandung banyak pemanis dan pengawet buatan
Pembesaran pada VU

Menekan PD dan syaraf sekitar

B3

Merangsang pengeluaran mediator kimia
( Histamin, prostaglandin, bradikinin
Merangsang timbulnya rasa nyeri (dolor)
Nyeri suprapubik
Wajah pasien meringis
Hematuria
Hb menurun
Anemia
Keletihan
Memperparah kondisi
Iritasi jaringan mulut dan tenggorokan
Inflamasi pada jaringan
Perubahan termoregulator di Hipotalamus
Perubahan suhu tubuh
Hipertermi
 
















































Kecemasan
Kurang pengetahuan
Nafsu makan menurun

Resti infeksi
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Intake nutrisi menurun

Resti Kekurangan volume cairan
Penyakit lama sembuh
Kurang terpajan informasi
Pasien selalu bertanya mengenai penyakitnya
Bengkak dan perdarahan
Membran mukosa oral teriritasi
Stomatitis
Resti perubahan membran mukosa oral
Merusak jaringan kulit
Resti kerusakan integritas jaringan/kulit
Keletihan
 

















2.7  Pemeriksaan Diagnostik
1.      Laboratorium
a.       Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
b.      Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
2.  Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa filling defect/massa tumor , tumor sel transisional yang berada pada ureter atau pielum, dan adanya hidroureter atau muara ureter.
3.  CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
4.  USG
5.  Sistoskopi dan Biopsi
6.  Radiology
Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
7.              Systologi

2.8  Penatalaksanaan
1.  Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
1.    Citral, 5 fluoro urasil
2.    Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA,  Chemotherapy merupakan paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
2.  Radioterapy/terapi sinar
a.       Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.
b.      Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selam 2-3 minggu.

3.  Operasi dengan TUR kandung kemih/reseksi kandung kemih

2.9  Komplikasi
1.    Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2.    Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
3.    Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi





2.10       Pencegahan
          Menurut National Academy of Sciences Amerika Serikat
1.        Kurangi kandungan lemak yang dikonsumsi
2.        Lebih baik mengkonsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur, buah-buahan , dan nasi
3.        Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kaya akan beta karoten seperti wortel, bayam, dan buah-buahan yang berwarna jingga
4.        Kurangi kebiasaan merokok dan makanan yang diawetkan, diasin atau diasap baik daging maupun ikan
5.        Hindari sinar matahari dengan menggunakan topi dan lotion pelindung matahari
6.        Hindari berganti-ganti pasangan seksual
7.        Hindari minum-minuman alkohol dan obat-obatan (narkoba)
8.        Deteksi dini kanker dengan beberapa pemeriksaan
9.        Hati-hati terhadap zat kimia yang ada di lingkungan anda
10.    Minum air secukupnya agar zat racun dapat terbuang bersamaan dengan urine

2.11 Prognosis
          Prognosis bergantung kepada jenis sel, derajat, keganasan, dan metastasis. Secara klinis dapat ditemukan dua jenis gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial dan yang bertumbuh invasif dari permulaan. Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali atau muncul papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Sistektomi dan radioterapi harus dipertimbangkan kemudian. Secara umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi. Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun. Tumor papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih. Mereka memilki karakteristik untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati proses perubahan ganas, menembus lapisan membran dasar dan menembus dinding kantung kemih. Tumor jenis ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen dalam atau proses instilasi atas podofilin. Sebuah prognosis yang bagus dapat diharapkan tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor sejenis dan kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasilewat pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.





BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA BULI-BULI
3.1  Pengkajian
1.             Identitas
            Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.
2.             Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
3.             Riwayat penyakit sekarang.
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi atau memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
4.             Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah menderita penyakit batu buli – buli sebelumnya dan penyakit yang pernah diderita pasien.
5.              Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga ada yang menderita penyakit batu buli – buli atau tidak, ada penyakit menurun atau menular.
6.             Pemeriksaan Fisik
1. (B1) Breath
Pada Inspeksi pernapasan berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi otot – otot bantu pernapasan, pada Auskultasi adakah suara nafas tambahan ronchi atau wheezing.
2. (B2) Blood
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria, Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada murmur.
3. (B3) Brain
a.       Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b.      Kepala, leher.
Pada post operasi batu buli – buli tidak mengalami gangguan
b.      Mata.
Pada post operasi batu buli – buli tidak mengalami gangguan.
c.       Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada post operasi batu buli – buli  tidak mengalami gangguan.
d.      Motorik.
Pada pergerakan terjadi pengurangan aktivitas karena sakitnya (nyeri).
  f.  Sensorik
Pada penglihatan tidak terjadi penurunan tajam penglihatan
4.  (B4)   Bladder
            Sebelum operasi mengalami gangguan buang air kecil, kadang – kadang hematuri dan nyeri waktu buang air kecil. Setelah operasi mengalami gangguan miksi spontan karena terpasang Dower Kateter.
5.  (B5) Bowel
            Biasanya tidak mengalami gangguan buang air besar.
6.  (B6) Bone
            Adanya keterbatasan aktivitas akibat nyeri yang timbul dan tidak mengalami gangguan ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah.
7. Riwayat psikologis.
Dalam hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya stelah dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta semangat dan keyakinan  pasien untuk sembuh.
8 .  Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila tumor sudah besar.
Palpasi, teraba tumor /msasa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT.


3.2              Diagnosa Keperawatan
1.      Hipertermi b/d proses inflamasi         
2.      Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan
  1. Perubahan eliminasi urine b/d iritasi ginjal, ureter, kandung kemih, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan retensi urine
4.      Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare)
5.      Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6.      Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat
7.      Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi
8.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
9.      Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik)
10.  Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
11.  Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.

3.3   Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama  1x24 jam suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1.      Suhu tubuh 36,5 - 37,5 ° C
2.      Wajah tidak tampak kemerahan
3.      Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut           

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.  Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol




HE
b.  Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis.
c.  Anjurkan klien untuk minum yang banyak

Kolaborasi
d. Berikan antiperitik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).

Observasi
e.  Pantau suhu pasien misalnya setiap 2 jam ( derajat dan pola); perhatikan mengigil/ diaforesis


f.   Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan klien tempat tidur, sesuai indikasi.

Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : Penggunaan air es/alcohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu, alcohol dapat mengeringkan kulit.

Pengeluaran panas secara evaporasi

Memperbaiki kehilangan cairan akibat febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.

Digunakan  untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,


Suhu   38,9o – 41.1oC menunjukkan proses penyakit infeksius akut.



Suhu ruangan /jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal


2.       Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1.      Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2.      Klien mengatakan nyeri berkurang
3.      Klien dapat mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.
4.      Skala nyeri 3
5.      Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)
6.      Wajah pasien tidak meringis atau rileks

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.         Catat skala nyeri dan tanda-tanda vital
b.         Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
c.         Anjurkan tehnik penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan therapeutik.


Kolaborasi
d. Berikan analgetik sesuai indikasi

Observasi
e. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 atau 4 jam


a.          Untuk mengetahui tingkat skala nyeri dan kondisi klien
b.          Untuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

c.          Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.






d.    Untuk mengurangi rasa nyeri



e.   Untuk mengetahui kondisi klien

3.       Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan oliguria.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pola eliminasi klien kembali normal
Kriteria Hasil :
1.      Berkemih dengan jumlah normal (1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500 ml/hari (anak) dan pola biasanya
2.      Tidak mengalami tanda obstruksi (penyumbatan)
3.      Input dan output cairan tubuh dalam batas normal



INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a. Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine,

b. Dorong peningkatan asupan cairan.
c. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.

d. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium  (elektrolit, BUN, kreatinin)

e. Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi).

h. Kolaborasi Berikan obat sesuai indikasi:

a.    Antibiotika
b.    Obat-obatan anti kanker


i.  Observasi
a.    Pantau ulang input dan output klien setiap 1 jam sekali


Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.

Peningkatan cairan dapat membilas bakteri, darah,
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.

Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menunjukkan disfungsi ginjal

Mungkin diperlukan untuk membantu kelancaran aliran urine.





Mungkin diperlukan bila ada ISK
Untuk memblock sel kanker



Untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari input dan output klien dan mengetahui perkembangan kondisi klien


4.       Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam cairan klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1.      Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda – tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran mukosa lembab, dan turgor kulit baik.
2.      Input dan output cairan tubuh dalam batas normal
3.      Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.         Awasi asupan dan haluaran urine
b.         Anjurkan intake cairan 7-8 gelas per hari sesuai kebutuhan individu.
c.         Timbang berat badan setiap hari
Kolaborasi
d. Berikan cairan IV bila diperlukan.
e.    Berikan therapy antiemetik.
f.  Monitor hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin

Observasi
g.  Monitor vital signs. Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.

a.           Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.
b.        Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
c.        Untuk mengetahu berat badan klien


d.       Memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.
e.        Mencegah/menghilangkan mual muntah.
f.         Mengetahui perubahan yang terjadi.


g.        Tanda-tanda hipovolemia segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat berhubungan dengan dehidrasi.

5.    Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam membran mukosa oral membaik
Kriteria Hasil :
1.      Membran mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2.      Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
3.      Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.       Ajarkan klien tentang metode pemeliharan oral hygine.
b.      Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
c.       Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda superinfeksi oral.


Kolaborasi
d.      Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi.
e.       Berikan obat sesuai indikasi, analgetik, topikal lidocaine,  antimikrobial mouthwash
f.       Kultur lesi oral.



a.    Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.

b.    Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lanjut pada membran mukosa.

c.    Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.


d.     Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi.
e.      Tindakan/terapi yang dapat menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
f.       Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.

6.       Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

Kriteria Hasil :
1.        Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
2.          Klien mengerti terhadap perlunya intake yang adekuat
3.          Klien berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.       Pantau persentase jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap hari, catat hasil pemerikasaan protein total, albumin, osmolalitas.

b. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.

c.   Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.

d. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.       
 


Kolaborasi
e.       Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
f. Berikan pengobatan sesuai indikasi
seperti Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
g. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus.

Observasi
h. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
i. Timbang dan ukur berat badan, serta amati penurunan berat badan.

a.      Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan
dari sasaran yang diharapkan





b.  Kalori merupakan sumber energi.





c. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
d. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.



e. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
f. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
g. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.




h. Memberikan informasi tentang status gizi klien.

i. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.

7.       Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam integritas jaringan membaik
Kriteria Hasil :
1.      Keadaan luka membaik
2.      Terjadi peningkatan penyembuhan luka yang cepat
3.      Tidak ada tanda-tanda komplikasi lebih lanjut
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.       Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker; perhatikan kerusakan / perlambatan penyembuhan luka.
b.       Ubah posisi dengan sering
c.       Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep dan bedak kecuali diizinkan oleh dokter

Kolaborasi
d.      Berikan salep topikal misalnya, sulfadiazin perak (Silvadene ) dengan tepat

a.       Efek kemerahan dan/atau kulit samak (reaksi radiasi) dapat terjadi dalam area radiasi. Ulserasi, heilangan rambut, kehilangan dermis, ada reaksi alergi dapat terjadi pada beberapa agen kemoterapi.
b.      Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu
c.       Dapat meningkatkan iritasi/reaksi secara nyata
d.      Mungkin digunakan untuk mencegah infeksi/memudahkan penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi)
8.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam meminimalkan terjadinya proses penyebaran infeksi
Kriteria Hasil :
1.    Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2.    Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
3.    Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
e.       Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama
f.        Jaga personal hygine klien dengan baik
g.       Monitor temperatur
h.       Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
i.         Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik prosedur
j.         Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
Kolaborasi
k.       Berikan antibiotik bila diindikasikan

Evaluasi
l.        Pantau ulang temperatur
m.     Pantau CBC, WBC, granulosit, platelets

e.       Mencegah terjadinya infeksi



f.       Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup
g.      Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi
h.      Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi
i.        Mencegah terjadinya infeksi
j.        Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi

k.      Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi
l.        Untuk mengetahui kondisi mengenai temperatur klien yang terbaru
m.    Mengetahui sekaligus memantau kondisi klien


9.         Keletihan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik)
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien tidak mengalami keletihan
Kriteria Hasil :
1.      Klien melaporkan adanya perbaikan rasa berenergi
2.      Klien dapat melakukan aktivitas yang diinginkan sesuai toleransi atau kemampuan
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.       Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Libatkan orang terdekat dalam jadwal perencanaan
b.       Dorong pasien untuk melakukan apa saja yang mungkin misalnya mandi duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan
c.       Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas misalnya perubahan pada TD atau frekuensi jantung/pernapasan
d.      Dorong masukan nutrisi
e.       Kolaborasi dalam pemberian O2 suplemen sesuai indikasi
f.        Rujuk  pada terapi fisik/okupasi

a.       Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/menghemat energi.


b.      Meningkatkan kekuatan/stamina dan kemampuan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti

c.       Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan, dan reaksi terhadap aturan terapeutik
d.      Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas
e.       Adanya anemia/hipoksemia menurunkan ketersediaan O2 untuk ambilan selular dan memperberat keletihan
f.       Latihan yang terprogram setiap hari dan aktivitas membantu pasien mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera. Penggunaan alat adaptasi dapat membantu menghemat energi.







10.       Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan
Kriteria Hasil :
1.      Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2.      Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
3.      Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.

b. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
c. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.

d. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.

e. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system.

f. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.

g. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.

h. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.



a. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
b. Dapat menurunkan kecemasan klien.




c. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.

d. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
e. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.


f. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.

g. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.

h. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.

11.       Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam klien dan keluarga paham tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil :
1.    Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
2.    Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur  tersebut.
3.    Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-  batan.
4.    Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
a.         Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak diperlukan.

b.         Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.

c.         Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi tentang penyakitnya.

d.        Review klien /keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.

e.         Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.

f.          Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.

g.         Review pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.

h.         Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.

a.     Membantu klien dalam memahami proses penyakit.




b.     Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.





c.     Mengetahui sampai sejauh mana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.


d.    Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.

e.     Mengkaji perkembangan proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
f.      Meningkatkan integritas kulit dan kepala.
g.     Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.

h.     Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.



















BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Kesimpulan
          Dari penjelasan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar. Faktor resiko Karsinoma Buli yaitu ; Perokok dan konsumsi Kopi, Pekerja Pabrik bahan kimia. Penatalaksanaan bisa dilakukan dengan kemotherapy, operasi dan radiotherapy.

4.2 Saran
1.    Kepada orang tua khususnya harus lebih waspada dalam memerhatikan kesehatan jasmani maupun rohaninya agar terhindar dari penyakit yang tidak      diinginkan salah satunya adalah dengan melakukan olahraga secara rutin.
2.    Kami selaku penulis menyarankan kepada para pembaca baik individu, keluarga maupun masyarakat serta teman-teman, agar kiranya dapat memerhatikan adanya gejala nyeri, adanya benjolan pada kandung kemih karena hal tersebut bisa menjadi suatu gejala dari adanya suatu kanker pada kandung kemih













DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2012. Dasar-dasar urologi. Malang : Sagung Seto
Smeltzer. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Nursalam, 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Hadijah. 2011. Vesika urinaria. http://hadijah arsyad.blogspot.com/2011/11/vesika-urinaria.html. Diakses pada tanggal 05 April 2014 pada pukul 17:45 WIB
Irfan. 2013. Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan. http://irfanahb.blogspot.com/2013/03/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html. Diakses pada tanggal 05 April 2014 pada pukul 20:04 WIB