BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stadium kala dua
persalinan didefinisikan mulai dari dilatasi serviks penuh sampai diikuti
kelahiran bayi. Pada kebanyakan kasus, saat yang tepat awitan stadium kedua
tidak jelas (walsh, 2000b). stadium kedua di tandai dengan dorongan untuk
mengejan, yang bersifat spontan dan dapat mendahului dilatasi penuh atau
terjadi selama atau sesaat setelahnya. Semua keadan tersebut bisa normal.Dengan
membatasi keterbatasan waktu pada kala dua persalinan hingga dua jam pada
wanita primigravida dan 30 menit pada multipara adalah biasa dan tidak di
dukung oleh data (Sleep et al, 2000, Walsh, 2000b). Perdebatan terkini
menunjukan bahwa batas ketentuan waktu kala kedua harus dihilangkan bila tidak
ada masalah maternal atau janin dan kemajuan terus terjadi (Sleep et al, 2000b).
Menghentikan kala ke dua yang lama dengan persalinan instrumental justru akan
meningkatkan mordibitas maternal dan janin serta tidak akan memperbaiki hasil
(Sleep et al, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian dari
Persalinan Kala II ?
b.
Apa saja Tanda dan
Gejala Persalinan Kala II ?
c.
Bagaimana
penatalaksanaan Persalinan Kala II ?
d.
Bagaimana pengkajian
pada Persalinan Kala II ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan Pada Persalinan Kala II
1.3.2
Tujuan
Khusus
a.
Untuk mengetahui
tentang pengertian dari Persalinan Kala II ?
b.
Untuk mengetahui
tentang Tanda dan Gejala Persalinan Kala II ?
c.
Untuk mengetahui
tentang penatalaksanaan Persalinan Kala II ?
d.
Untuk mengetahui
tentang Bagaimana pengkajian pada Persalinan Kala II ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kala II dimulai ketika pembukaan
serviks lengkap sampai lahirnya bayi. Setelah pembukaan lengkap ibu akan mulai
mengajan dan seiring dengan turunnya kepala janin, timbul keinginan untuk
berdefekasi. Kala II disebut juga kala pengeluaran. Banyak ibu yang mengatakan
bahwa pada kala II adalah puncaknya rasa sakit, dan disisi lain merupakan
kebahagiaan karena bayinya akan segera lahir.
2.2 Tanda dan Gejala
Kala II dimulai sejak pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi. Berikut ini tanda kemungkinan persalinan sudah berada pada kala
II (Susan & Fiona, 2008:261):
1.
Ibu merasakan desakan
untuk mendorong yang tidak bias lagi ditahan-tahan. Dia mulai mengatur napas
dengan lebih banyak menahannya atau menggumam selama kontraksi.
2.
Kontraksi sudah tidak
begitu sering dirasakan, namun setiap kontraksi yang tersisa sangat kuat dan
semakin kuat.
3.
Suasana hati ibu mulai
berubah. Dia jadi bias mengantuk atau sebaliknya malah tambah focus.
4.
Ada garis abu-abu
tampak dikulit diantara dua belahan pantatnya seolah-olah tersebar dari tekanan
kepala bayi yang mau keluar.
5.
Bagian luar alat
kelamin ibu atau anusnya mulai membengkak besar selama kontraksi terjadi.
6.
Ibu merasakan kepala
bayinya seperti mulai menyembul mau keluar lewat vaginanya.
Menurut
Depkes (2008:77) gejala dan tanda kala dua adalah:
1.
Ibu merasa ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2.
Ibu merasakan adanya
peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya
3.
Perineum menonjol
4.
Vulva-vaginadan
sfingter ani membuka
5.
Meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah
Tanda
pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam, yaitu:
1.
Pembukaan serviks telah
lengkap
2.
Terlihatnya bagian
kepala bayi melalui introitus vagina
Jika ibu mulai mendorong sebelum
serviks membuka seluruhnya, bayi mungkin tidak akan keluar karena bagian
serviks yang masih tertutup akan menghalangi jalan keluarnya. Selain itu akan
menyebabkan serviks menutup dan berhenti membuka. Hal ini akan membuat
persalinan lebih lama. Bahkan jika sudah tau serviks belum membuka seluruhnya,
jangan dorong ibu untuk mendorong janinnya, atau bidan melakukan dorong fundus.
Mendorong terlalu dini dapat mengakibatkan ibu merasa lelah.
Perlu diketahui bahwa pemeriksaan
dalam bias menyebabkan infeksi. Paling baik jika tidak melakukan pemeriksaan
dalam sama sekali selama kala II berlangsung berdasarkan pengalaman menangani
persalinan, bidan biasanya tau sendiri kapankah seorang ibu siap untuk
mendorong bayinya keluar tanpa harus melakukan pemeriksaan dalam.
Jika ibu sudah mendorong namun
tidak ada kemajuan selama 30 menit, maka lakukan pemeriksaan dalam. Jika
hasilnya serviks belum membuka seluruhnya, anjurkan ibu untuk telungkup dengan
bertumpu pada dada dan lutut. Posisi ini akan mendesak bayi keluar sehingga
serviks yang tadinya menguncup bias mulai terbuka lagi.
2.3 Persiapan Penolong
a.
Menyiapkan
Pertolongan Persalinan
1.
Memastikan perlengkapan
peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
menatalaksana komplikasi ibu dan bayi dan bayi baru lahir.
2.
Pakai celemek yang
bersih
3.
Melepaskan dan
menyimpan semua periasan yang dipakai, mencuci kedua tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk pribadi yang
kering dan bersih.
4.
Memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk pemeriksaan dalam
5.
Masukkan oksitosin 10
unit ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan
DTT/steril)
b.
Memastikan
pembukaan lengkap dan keadaan janin bayi
6.
Membersihkan vulva dan
perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah di basahi air DTT
a)
jika Introitus vagina,
perineum, atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan kasa dari arah depan
ke belakang
b)
buang kapas atau kasa
pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c)
ganti sarung tangan
jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin
0,5%)
7.
Lakukan periksa dalam
untuk memastika pembukaan lengkap
Bila
selaput ketuban belu pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
8.
Dekontaminasi sarung
tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke
dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik
serta merendamnya selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan
9.
Memeriksa denyut
jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal
c.
Menyiapkan
Ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
10. Memberitahu
ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam posisi
yang nyaman sesuai keinginannya
11. Meminta
bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu meneran
(pada
saat adanya his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa
nyaman)
12. Melakukan
pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
13. Ajarkan
ibu untuk berjalan, berjogkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
d.
Persiapan
pertolongan kelahiran bayi
14. Jika
kepala bayi telah membuka vulva denan diameter 5-6 cm meletakkan handuk bersih
di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi
15. Meletakkan
kain yang bersih di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
16. Memakai
sarung tangan DTT pada kedua tangan
Asuhan
Sayang Ibu Dan Posisi Meneran
1.
Adapun beberapa hal
yang merupakan asuhan sayang ibu:
a.
Pendamping keluarga
Selama prose persalinan
berlangsung, ibu membutuhkan teman dari keluarga. Bisa di lakukan oleh suami,
orang tua, atau kerabat yang disukai ibu. Dukungan dari keluarga yang
mendampingi ibu selama proses persalinan sangat membantu mewujudkan persalinan
yang lancer.
b.
Libatkan Keluarga
Keterlibatan keluarga
dalam asuhan antara lain membantu ibu berganti posisi, teman bicara, melakukan
rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, membantu dalam mengatasi
rasa nyeri dengan memijat bagian lumbal/pinggang. Bila persalinan dirumah,
keluarga dapat membantu menyiapkan tempat dan peralatan yang digunakan dalam
proses persalinan.
c.
KIE Proses Persalinan
Penolong persalinan
memberi pengertian tentang tahapan dan kemajuan proses persalinan atau
kelahiran janin pada ibu dan keluarga agar tidak cemas menghadapi persalinan.
Mengurangi rasa cemas dengan cara memberi penjelasan tentang prosedur dan
maksud dari setiap tindakan yang akan dilakukan, memberi kesempatan ibu dan
keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum jelas, menjelaskan setiap
pertanyaan yang diajukan bila perlu dengan alat peraga, memberi informasi apa
yang dialami oleh ibu dan janinnya dalam hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
d.
Dukungan Psikologi
Dukungan psikologi
dapat diberikan dengan bimbingan dan menanyakan apakah ibu perlu pertolongan.
Beri kenyamanan, berusaha menyenangkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani
proses persalinan. Memberikan perhatian agar dapat menurunkan rasa tegang
sehingga dapat membantu kelancaran proses persalinan.
e.
Membantu Ibu Memilih
Posisi
Posisi pada saat
meneran tergantung pada keinginan ibu dalam memilih posisi yang paling nyaman
dirasakan ibu.
f.
Cara Meneran (Mengejan)
Penolong persalinan
menganjurkan ibu untuk meneran bila ada dorongan yang kuat dan spontan untuk
meneran. Penolong tidak diperkenankan meminta ibu untuk meneran secara terus
menerus tanpa mengambil nafas saat meneran atau tidak boleh meneran sambil
menahan napas. Penolong sebaiknya menyaranakan ibu untuk beristirahat dalam
waktu relaksasi kontraksi. Hal ini dimaksudkan mengantisipasi agar ibu tidak
kelelahan dan menghindari resiko asfiksia (kekurangan o2 pada janin)
karena suplay oksigen melalui plasenta berkurang.
g.
Pemberian Nutrisi
Ibu bersalin perlu
diperhatikan pemenuhan kebutuhan cairan, elektrolit dan nutrisi. Hal ini untuk
mengantisipasi ibu mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada ibu bersalin dapat
berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang penting
dalam menimbulkan kontraksi uterus.
2.
Posisi meneran
persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus
berlangsung/progresif. Penolong persalinan dapat membantu agar ibu tetap tenang
dan rileks, maka penolong persalinan tidak boleh mengatur posisi meneran.
Penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi
meneran dan menjelaskan alternative-alternatif posisi meneran bila posisi yang
dipilih ibu tidak efektif.
Adapun
macam-macam posisi meneran adalah :
a.
Duduk atau Setengah
Duduk Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu
kelahiran serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum.
b.
Merangkak
Posisi merangkak sangat
cocok untuk persalinan dengan rasa sakit pada punggung mempermudah janin dalam
melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang
c.
Berbaring Miring ke Kiri
Posisi ini dapat
mengurangi menekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat
memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapean dan dapat mencengah
terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
d.
Jongkok/Berdiri
Posisi ini memudahkan
penurunan pada janin, memperluas panggul sebesar 28 % lebih besar pada pintu
bawah panggul, memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko
terjadinya laserasi (perlukaan jalan lahir).
e.
Hindari posisi
terlentang
Pada posisi terlentang
dapat menyebabkan :
1)
Hipotensi dapat
beresiko terjadinya syok dan berkurang suplay oksigen sirkulasi uteroplasenta
sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin
2)
Rasa nyeri yang
bertambah
3)
Kemajuan persalinan
tambah lama
4)
Ibu mengalami gangguan
untuk bernafas
5)
Ruang air kecil
terganggu
6)
Mobilasi ibu kurang
bebas
7)
Resiko laserasi jalan
lahir bertambah
8)
Dapat mengakibatkan
kerusakan pada syaraf kaki dan panggung.
2.4 Penatalaksanaan
Manuver Tangan dan Langkah-Langkah dalam Melahirkan
Janin
1.
Tujuan manufer tangan adalah untuk
a.
mengusahan proses kelahiran janin yang aman mengurangi resiko trauma persalinan
seperti kejadian sepal hematum
b.
Mengupayakan seminimal mungkin ibu mengalami trauma persalinan
c.
Memberikan rasa aman dan kepercayaan penolong dalam menolong ibu dan janin
2.
Manuver tangan dan langkah langkah melahirkan janin sebagai berikut :
Melahirkan
kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm),
letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu
dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi
segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain
kering dan bersih), ibu jari pada salah sisi perineum dan 4 jari tangan pada
sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang
kepala bayi agar posisi kepla tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati
introitus dan perineum.
Jangan melakukan pengisapan lendir
secara rutin pada mulut dan hidung bayi. Sebagian besar bayi sehat dapat
menghilangkan lendir tersebut secara alamiah dengan mekanisme bersin dan
menangis saat lahir. Pada pengisapan lendir terlalu dalam, ujung kanul
penghisap dapat menyentuh daerah orofaring yang kaya dengan persyarafan
parasimfatis sehingga dapat menimbulkan reaksi vasovagal. Reaksi ini
menyebabkan perlambatan denyut jantung (bradikardia) dan / henti nafas (apneu)
sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa bayi. Dengan alas an itu maka
penghisapan lendir secara rutin menjadi tidak dianjurkan.
Selalu isap mulut bayi lebih dulu
sebelum menghisap hidungnya. Menghisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi
menarik nafas dan terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada dimulutnya.
Jangan masukkan kateter atau bola karet penghisap terlalu dalam pada mulut atau
hidung bayi. Hisap lendir bayi dengan lembut, hindari penghisapan yang dalam
dan agresif.
Periksa tali pusat pada
leher
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu
untuk berhenti meneran dan bernafas cepat. Periksa leher bayi apakah terlilit
tali pusat. Jika ada lilitan dileher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan
tersebut dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka
jepit tali pusat dengan klem pada 2 tempat dengan jarak 3 cm, kemudian potong
tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Melahirkan
bahu janin
a.
Setelah menyeka mulut
dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut sehingga
terjadi putaran paksi luar secara spontan
b.
Letakkan tangan pada
sisi kiri dan kanan bayi, minta ibu meneran sambil menekan kepala kea rah bawah
dan lateral tubuh bayi hingga bahu dapan melewati simfisis.
c.
Setelah bahu dean
lahir, gerakkan kepala ke atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu bawah dan
seluruh dada dapat dilahirkan
Tanda-tanda
dan gejala distosia bahu sebagai berikut :
1.
Kepala seperti tertahan
dalam vagina
2.
Kepala lahir tetapi
tidak terjadi putaran paksi luar
3.
Kepala sempat keluar
tetapi tertarik kembali ked al;am vagina (turtle sign)
Melahirkan
seluruh tubuh bayi
a.
Saat bahu posterior
lahir, geser tangan bawah kea rah perineum dan sanggah bahu dan lengan atas
bayi pada tangan tersebut.
b.
Gunakan tangan yang
sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati perineum
c.
Tangan dibawah menopang
samping lateral tubuh bayi saat lahir
d.
Secara simultan, tangan
atas menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior
e.
Lanjutkan penelusuran
dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki
f.
Dari arah nelakang
sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang kemudia
dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya
g.
Letakkan bayi di atas
kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala
bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
h.
Segera keringkan sambil
melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi denga kain atau sellimut di atas
perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dengan baik
Memotong
tali pusat
a.
Pasang klem tali pusat
pertama dengan jarak 3 cm dari dinding perut ibu. Tekan tali pusat dengan dua
jari, urut kea rah ibu, pasang klem tali pusat kedua dengan jarak 2 cm dari
klem pertama. Pegang kedua klem dengan tangan kiri dan jadikan tangan kiri
penolong sebagai alas untuk melindungu perut janin
b.
Pakai gunting tali
pusat DTT, potong tali pusat diantara ke 2 klem
c.
Ganti kain yang basah
dengan kain yang kering dan selimuti bayi
d.
Lakukan insiasi
menyusui dini atau bila terjadi asfiksia lakukan penanganan asfiksia dengan resusitasi
Pada
saat di lahirkan bayi masih tetap berhubungan dengan ibunya melaui tali pusat
,di mana tali pusat merupakan bagian dari plasenta .Bayi di pisahkan dari
plasenta dengan cara di lakukan pengkleman dan pemotongan tali pusat .Namun
waktu waktu yang terbaik untuk di lakukan pengkleman masih kontroversi.Definisi
pengkleman tali pusat segera dan di tunda pun bervariasi.Hal yang terpenting
dari perbedaan tersebut adalah berkaitan dengan keamanan ibu dan bayi .
Beberapa
studi teliti bahwa pengkleman tali pusat yang di tunda akan mencegah terjadinya
anemia defisiensi besi pada satu tahun pertama kehidupan .Suatu review sistemik
menyebutkan tentang manfaat pengekleman tali pusat yang ditunda. Alasan efek ini adalah berdasarkan fakta bahwa bai baru
lahir akan mendapat tranfusi sebanyak 80 ml darah dalam 1 menit pertama dan 100
ml pada 3 menit pertama. Volume ini akan mensuplai 40-50 mg/kg ekstra zat besi
terhadap 75 mg/kg zat besi yang telah dimiliki oleh bayi aterm, sehingga akan
mencapai 115-120 mg/kg.
Defisiensi zat besi pada awal kehidupan akan menyebabkan gangguan pada
system saraf pusat yang akan mengganggu fungsi kognitif, defisiensi juga
merupakan penyebab utama anemia, satu masalah yang serius pada anak, terutama
di Negara berkembang.
Sebaliknya beberapa penelitian observasi menunjukkan bahwa pengekleman tali
pusat yang di tunda menyebabkan bay resiko menjadi polisitemia, gangguan
respirasi, hiperbilirubinemia dan gangguan neonatal yang lain (Cerdanas CMC,
Carolli G, et all)
Suatu studi metaanalisis yang dilakukan oleh hulton dkk (2007) membuat
kesimpulan bahwa penundaan pengekleman tali pusat pada neonatus cukup bulan
minimal 2 meni setelah lahir ternyata bermanfaat bagi bayi baru lahir (Hulton
EK, Hassan ES, et all). Begitu halnya Departemen Kesehatan RI mensosialisasikan
penjepitan tali pusat setelah 2 menit bayi lahir (saat lahir letakkan diatas
perut ibu), kemudian diberikan oksitosin 10 menit dalam 1 menit pertama setelah
bayi lahir dan kemudian dilakukan pengkleman tali pusat (Depkes RI, 2007.h.6-14-17)
BAB III
PENGKAJIAN KALA 2
3.1 Pengkajian fisik Kala II
1. Vital Sign
a. Perubahan Tekanan darah
Tekanan darah akan meningkat
selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 10-20mmHg. Pada waktu
–waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan.
Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan
darah dapatdi hindari. Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah
b. Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme
karbihdrat meningkat dengan kecepatan tetap. Peningktan ini terutama disebabkan
oleh aktivitas otot. Peningkatan aktivitas metabolic terlihat dari peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan, denyut jantung dan cairan yang hilang
c. Perubahan Suhu
Perubahan suhu sedikit
meningkat selama persalinan dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.
Perubahan suhu di anggap normal bila peningkatan suhu yang tidak lebih dari
0,5-10C yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan
d. Perubahan Denyut Nadi
Denyut nadi mestina sama
seperti pada masa hamil antara 60-160 x/menit diantara kontraksi. Pada kala II
periksa nadi ibu selam 30 menit sekali. Jumlah denyut nadi bias tinggi saat
kontaksi.
e. Perubahan Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan normal selama
persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi.
2. Bladder
Poliuria sering terjadi selama
persalinan. Kondisi ini dapat di akibatkan peningkatan lebih lanjut curah
jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus
dan aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi telentang
karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama persalinan.
Penilaian kemajuan kala II meliputi :
a. Keadaan kontraksi uterus
Kontraksi
bertambah kuat, datang setiap 2-3 menit dan berlangsung antara 50-90 detik
Setiap
kali kontraksi, rongga uterus menjadi lebih kecil dan bagian presentasi/kantong
amnion didorong ke bawah, kedalam serviks. Serviks pertama-tama menipis,
mendatar, kemudian terbuka dan otot pada fundus menjadi lebih tebal.
b. Lama persalinan kala II
c. Penurunan bagian presentasi
d. Kemajuan dari mekanisme
persalinan
-
Pembukaan serviks
Periksa dalam 60
menit atau jika ada indikasi
-
Penurunan kepala janin
Penurunan kepala
bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar)
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kala II dimulai ketika pembukaan
serviks lengkap sampai lahirnya bayi. Kala II disebut juga kala pengeluaran.
Banyak ibu yang mengatakan bahwa pada kala II adalah puncaknya rasa sakit, dan
disisi lain merupakan kebahagiaan karena bayinya akan segera lahir.
Tanda dan gejala pada persalinan
kala 2 :
1.
Ibu merasa ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2.
Ibu merasakan adanya
peningkatan tekanan pada rectum dan atau vaginanya
3.
Perineum menonjol
4.
Vulva-vaginadan
sfingter ani membuka
5.
Meningkatnya
pengeluaran lendir bercampur darah
Adapun macam-macam posisi meneran yang
dianjurkan pada persalinan kala II yaitu : Duduk atau Setengah Duduk, Merangkak,
Berbaring Miring ke Kiri, Jongkok/Berdiri. Pada persalinan kala II tidak
dianjurkan untuk memposisikan terlentang karena akan menyebabkan salah satunya
terjadi Hipotensi dapat beresiko terjadinya syok dan berkurang suplay oksigen
sirkulasi uteroplasenta sehingga dapat menyebabkan hipoksia bagi janin.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurasiah, Ai dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan. PT
Refika Adirama : Bandung
Icoel.2013. Kala II Persalinan. http://icoel.wordpress.com/kebidanan/kala-ii-persalinan/.
Diakses tanggal 22 oktober 2013. Pukul : 12.00 wib