BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Keberhasilan setiap kehamilan, dan kelangsungan hidup spesies pada
akhirnya, bergantung pada lahirnya bayi yang sehat dan cukup matang untuk
bertahan hidup. Pada kehamilan dan persalinan, uterus harus melakukan 2 fungsi yang
sangat berbeda. Uterus harus tumbuh, tetapi dalam keadaan tenang selama
kehamilan agar janin dapat berkembang dan kemudian, pada saat yang tepat,
melakukan aktifitas yang kuat dan terkoordinasi yang menyebabkan lahirnya bayi
yang matang. Factor yang mengendalikan tradisi dari suatu keadaan ke keadaan
lain masih belum dipahami dengan jelas, tetapi sangat penting untuk memahami,
baik kemungkinan penyebab partus prematurus maupun bagaimana mengindusi
persalinan tanpa mengakibatkan kegawatan pada janin.
Sebagian besar bayi manusia dapat melewati masa persalinan, dan lahir
cukup bulan (didefinisikan antara akhir minggu ke-37 dan ke 42 kehamilan). Lima
persen bayi premature merupakan 85% dari semua kematian neonatus dini yang
tidak berkaitan dengan deformetas letal (lopez bernal et al, 1993). Semakin
singkat usia genetasi, semakin buruk prognosis. Walaupun bayi berat lahir
rendah (yi., yang lahir dengan berat kurang dari 1000 gram) sekarang mungkin
dapat bertahan hidup, umumnya bayi tersebut memiliki angka morbiditas yang
tinggi dan menimbulkan distress berat bagi orang tuanya, serta memerlukan biaya
yang sangat besar di unit perawatan intensif neotatus. Dapat dikatakan salah
satu tujuan utama obsterti adalah mengurangi persalinan prematur.
Penentu awitan persalinan pada manusia masih merupakan misteri. Terdapat
perbedaan mencolok antara manusia dan spesies mamalia lain dalam jalur faktor
yang menuju persalinan. Masih belum jelas mengapa kejadian yang menuju ke
persalinan pada manusia harus sedemikian rumit atau apakah lamanya genetasi
yang bervariasi merupakan hal yang menguntungkan. Manusia memiliki angka
persalinan prematur yang sangat tinggi (sekitar 5-10%) dibanding dengan spesies
lain (kuran dari 1% pada domba). Secara teoritis, lama genetasi kurang penting
pada ibu. Aspek krusialnya adalah bayi yang dapat bertahan hidup saat
persalinan. Dengan demikian, tampak janin yang mengendalikan lama genetasi.
Pada hewan jelas terbukti adanya keterlibatan janin dalam menentukan saat
persalinan, tetapi sulit mendapatkan bukti serupa pada manusia. Penatalaksanaan
kebidanan wanita dalam persalinan sering bersifat intervensionis. Berdasarkan latar belakang di atas,
kami tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “ FISIOLOGI DAN MEKANISME
PERSALINAN NORMAL”
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Bagaimana mekanisme persalinan normal?
1.3
Tujuan
1.3.1
Menjelaskan mekanisme persalinan normal
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Persalinan Normal
Ada
beberapa pengertian tentang persalinan normal :
1. Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain,
dengan bantuan atau tanpa bantuan.
(Mochtar, 2002).
(Mochtar, 2002).
2. Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar.
(Kampono dan M. Mugni, 1999).
(Kampono dan M. Mugni, 1999).
3. Persalinan
normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir dengan letak belakang
kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai
ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Wiknjosastro, 2002).
4. Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. (Wiknjosastro,
1999). Kelahiran adalah proses dimana janin
dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Wiknjosastro, 1999).
5. Pesalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro, 1999).
6. Persalinan normal (partus spontan) adalah
proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga
ibu sendiri dan uri,
tanpa alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
melalui jalan lahir.
7. Partus normal/partus biasa adalah bayi lahir
melalui vagina dengan letak belakang kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai
alat/pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali
episiotomi), berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Kampono dan M. Moegni, 1999).
·
Bentuk Persalinan
Bentuk
persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: (Manuaba, 1998)
1. Persalinan
normal, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Persalinan
buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
Misal :
Forcep/vakum/SC
3. Persalinan
anjuran.
Persalinan
dengan bantuan di beri obat obatan baik di sertai/tanpa pemecahan ketuban
Beberapa istilah yang berkaitan
dengan kehamilan dan persalinan :
1. Gravida adalah seorang
wanita yang sedang hamil
2. Primigravida adalah seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi pertama sekali.
3. Multigravida adalah yang
pernah seorang wanita yang pernah melahirkan lebih dari satu.
4. Para adalah seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
5. Nulipara adalah seorang
wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang dapat hidup.
6. Primipara adalah wanita
yang pernah melahirkan hidup untuk pertama kali
7. Multipara adalah wanita
yang pernah melahirkan hidup sampai 5 kali
8. Grandmultipara adalah seorang
wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup ataupun mati.
(Mochtar, 2002 ).
Mekanisme persalinan merupakan
gerakan janin yang mengakomodasikan diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat
penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan
diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang
besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari
panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan.
·
Diameter Janin
1. Diameter biparietal, yang merupakan
diameter melintang terbesar dari kepala janin, dipakai di dalam definisi
penguncian (enggagment).
2. Diameter suboksipitobregmantika
ialah jarak antara batas leher dengan oksiput ke anterior fontanel ini adalah diameter yang berpengaruh membentuk
presentasi kepala.
3. Diameter oksipitomental, yang
merupakan diameter terbesar dari kepala janin; ini adalah diameter yang
berpengaruh membentuk presentasi dahi.
MEKANISME
PERSALINAN
1. Turunnya kepala
2. Fleksi
3. Putaran paksi dalam
4. Ekstensi
5. Putaran paksi luar
6. Ekspulsi
Dalam
kenyataannya beberapa gerakan terjadi secara bersamaan.
1) Turunnya kepala
ü Penyebab majunya kepala antara lain :
1. Tekanan cairan intrauterine, Tekanan
langsung oleh fundus pada bokong
2. Kekuatan mengejan
3. Melurusnya badan bayi oleh perubahan
bentuk rahim
ü Turunnya kepala dibagi dalam 3 peristiwa :
a.
Masuknya
kepala dalam pintu atas panggul/enggement
Masuknya
kepala ke dalam pintu atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan
terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis
berada di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium,
maka dikatakan kepala dalam keadaan synclitismus.
Pada
synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati symphysis atau agak ke belakang mendekati promotorium,
maka dikatakan asynclitismus. Dikatakan asynclitismus posterior, ialah kalau
sutura sagitalis mendekati symphysis dan os parietale belakang lebih rendah
dari os parietale depan, dan dikatakan asynclitismus anterior ialah kalau
sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah
dari os parietale belakang. Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam
asynclitismus posterior yang ringan.
b.
Turun/descent
Suatu
keadaan di mana kepala sudah berada di PAP. Disni terjadi asinklitimus
posterior ( sutura sagitalis mendekati simpisis pubis/os. Parietale belakang
lebih rendah sari os parietale depan.
c.
Fleksi
Suatu
keadaan dimana kepala telah turun ke dalam rongga panggul. Disni terjadi asinklitimus
anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium/os. Parietale depan lebih
rendah dari os parietale belakang ). Dengan majunya kepala biasanya fleksi
bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil
melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboksipito frontalis (11 cm).
Fleksi
ini disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir pintu atas panggul, serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Akibat
dari kekuatan ini adalah terjadinya fleksi karena moment yang menimbulkan
fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan defleksi
2)
Fleksi
maksimal
Terjadi agar kepala lewat panggul dengan
diameter yang terkecil UUK lebih rendah dari UUB ( Ubun ubun besar).
Penyebabnya kepala mendapat tahanan dari pinggir PAP, serviks, dinding panggul
dan dasar panggul. Dengan hipomoklin sub oksipito bregmatika.
3) Putaran paksi dalam/rotasi interna
Berputarnya bagian terendah dari bagian depan janin ke depan simpisis
pubis. UUK berputar ke depan, kemudian bila kepala sudah sampai ke dasar
panggung maka UUK berada di bawah simpisis. Rotasi interna terjadi bersamaan
dengan turunnya kepala, karna ini merupakan usaha menyesuaikan diri dari posisi
kepala janin dengan bentuk jalan lahir. Pada multigarvida rotasi interna
mungkin sudah terjadi sebelum kepala sampai dasar panggul.
Penyebabnya :
1. Ukuran terkecil pada bidang tengah
panggul adalah diameter antero posterior.
2.
Karna
turunnya kepala dalam sikap fleksi maka oksiput merupakan bagian terendah
kepala dan ia akan mencari tahanan yang paling kecil. Disni tempat yang tahanan
paling kecil adalah di dapan atas, di antra muskulus leventor anin kanan dan
kiri.
4) Ekstensi atau defleksi kepala
Setelah putaran paksi selesai dan
kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.
Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah
ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
Pada kepala bekerja dua kekuatan,
yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul
yang menolaknya ke atas.
Setelah suboksiput tertahan pada
pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang
berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu dengan gerakan
ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hypomochlion
5) Ekspulsi Kepala janin
Lahirnya kepala ( melliputi UUB,
dahi, muka, dagu) dengan pelan pelan dan sedikit demi sedikit untuk mengurangi
terjadi laserasi. Penolong harus mencegah terjadinya kepala keluar tiba tiba
karna ini akan mengakibatkan laserasi yang hebat dan tidak teratur, bahkan
sampai meluas pada sphinter ani dan meluas sampai rectum.
Kelahiran kepala dapat di control
dengan 2 cara :
a. Tekanan dengan tangan
Umumnya kecepaan kelahiran dapat di
kurangi dengan tekanan dengan tangan pada kepala. Kadang kadang daya dorong
sedemikian besar sehingga tidak mungkin atau bahkan usaha usaha untuk memperlambat
kelahiran dapat membahayakan. Kepala tidak dapat di dorong kembali dengan
paksa.
b. Parasat ritgen
Tjuan
prasat ini adalah untuk mempermudah ekstensi kepala janin dan dengan demikian
memperlancar kelahirannya. Prosedur ini paling baik pada saat tidak terjadi
kontraksi uterus. Pada saat itu kepala dapat di lahirkan pelan pelan, sedikit
demi sedikit dan sepenuhnya berada dalam control si penolong. Lagi pula
jaringan lunak lebih releks dan kerusakan jaringan kurang. Perasat ini belum
dapat dilakukan kalau UUK belum berada di simpisis. Baru dapat di kerjakan bila
diameter suboccipitofrontalis hamper di lahirkan. Tangan operator di selubungi
handuk atau kain, di letakkan di sedemikian rupa sehingga jari jari ada di
belakang anus ibu. Ekstensi kepala janin di tambah dengan menekan muka bayi,
sebaiknya pada dagu melalui rectum. Bertutut turut lahir breghma, dahi dan
muka. Tangan satunya di letakkan pada kepala bayi untuk mengatur kecepatan
pengeluarannya, kadang kadang di perlukan dorongan fundus utnuk melahirkan
kepala atau ketika pasiennya sadar di mintai mengejan berlahan lahan.
c. Menggaet dagu keluar
Kadang
kadang dahu tersangkut pada perineum. Dagu yang tersangkut ini di keluarkan
dangan memasukkan jari ke dalam vagina, di sebelah ppi di bwaha dagu, kemudian
di keluarkan si atas perineum. Lahir UUB, dahi muka dan dagu.
6) Putaran paksi luar/ restitusi
Setelah kepala lahir, maka kepala
anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi
(putaran balasan = putaran paksi luar). Bahu janin melewati PAP juga dalam
keadaan miring.
7)
Ekspulsi
total
Segera setelah putaran paksi luar, bahu depan sudah sampai ke simpisis
sebagai hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang dan barulah lahir bahu depan
yang di ikuti oleh badan janin yang lahir sesuai sumbu janin.
2.2
Tanda-Tanda Permulaan Persalinan (Rustam Mochtar, 1998)
Sebelum terjadinya persalinan
sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau
“minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage
of labor). Ini memberikan tenda-tanda sebagai berikut :
- Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
- Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
- Perasaan sering-sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
- Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
- Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercamput darah (bloody show).
2.3
Tanda –tanda Inpartu
Inpartu adalah seorang wanita yang
sedang dalam keadaan persalinan. Tanda-tanda inpartu adalah:
- Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
- Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
2.4
Tahap Persalinan
1. Kala
I
Persalinan
kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan
pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Di bagi 2 Fase :
1. Fase laten
berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif
dibagi dalam 3 fase yaitu :
-
fase akselerasi dalam waktu 2 jam,
pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
-
fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm
-
fase deselerasi pembukaan menjadi
lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan
serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12
jam sedang pada multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap 2 jam. Kala I
berlangsung 13 jam pada primigravida, 7 jam pada multigravida.
1.
Pemantauan
pada kala I
ü
frekuensi
(minimal 2x tiap 10 detik)
ü
lamanya
(minimal 40 detik)
ü
kekuatan
½ jam
2.
DJJ
setiap ½ jam pada fase aktif
ü
normal
: 120 – 160 x/menit
ü
bila
lebih 160 x/menit dan dari 120 x/menit mungkin
menunjukkan gawat janin.
menunjukkan gawat janin.
3.
Tanda
- tanda vital, status kandung kemih
setia 4 jam pemberian makanan dan minuman yang cukup
2. Kala
II
Adalah dimulai dari pembukaan lengkap sampai pengeluaran
bayi seluruhnya.
1.
Tanda
dan gejala kala II
ü Adanya dorongan untuk mengejan
ü Tekanan pada anus
ü Perinium menonjol vulva membuka
ü
2.
Hal
– hal yang harus di perhatikan
ü Melakukan kontraksi uterus selama 10 menit (frekuensi
lamanya kekuatan)
ü Periksa nadi dan tekanan darah selama 30 menit.
ü Respon secara keseluruhan kala II : keadaan dehidrasi,
perubahan sikap perilaku, tingkat tenaga yang dimiliki ibu.
ü Periksa DJJ selama 15 menit atau lebih
ü Penurunan persentasi dan perubahan posisi
ü Warna cairan tertentu.
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari
serviks (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
·
Tanda-tanda
persalinan sudah dekat adalah :
1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi
2. Perineum menonjol
3. Ibu kemungkinan merasa ingin BAB
4. Vulva vagina dan spinchter anus
membuka
5. Jumlah pengeluaran lendir dan darah
meningkat
Penatalaksanaan Fisiologis Kala II
Persalinan
Berikut ini adalah alur untuk
penatalaksanaan kala dua persalinan :
1. Mulai Mengejan
Jika sudah
didapatkan tanda pasti kala dua tunggu ibu sampai merasakan adanya dorongan
spontan untuk meneran. Meneruskan pemantauan ibu dan bayi.
2. Memantau selama
penataksanaan kala dua persalinan
Melanjutkan
penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan selama kala dua persalinan
secara berkala. Memeriksa dan mencatat nadi ibu setiap 30 menit, frekuensi dan
lama kontraksi selama 30 menit, denyut jantung janin setiap selesai meneran,
penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen, warna cairan ketuban, apakah
ada presentasi majemuk, putaran paksi luar, adanya kehamilan kembar dan semua
pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan.
3. Posisi Ibu saat
Meneran
Membantu ibu
untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi
secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali
mempercepat kemajuan persalinan.
4. Melahirkan
kepala
Bimbing ibu u/
meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub
occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas
lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala
agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kasa/kain
bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.
5. Memeriksa Tali
Pusat
Setelah kepala
bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher
bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati
kepala bayi.
6. Melahirkan Bahu
Setelah menyeka
mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga
terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah
rotasi eksternal, letakan satu tangan pada setiap sisi kepala bayi dan
beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan
perlahan kearah bawah dan luar secara lembut (Kearah tulang punggung ibu hingga
bahu bawah tampak dibawah arkus pubis. Angkat kepala bayi kearah atas dan luar
(mengarah ke langit-langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.
7. Melahirkan Sisa
Tubuh Bayi
ü Setelah bahu
lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu janin bagian posterior
dengan ibu jari pada leher (bagian bawah kepala) dan keempat jari pada bahu dan
dada/punggung janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin
bagian anterior saat badan dan lengan lahir.
ü Setelah badan
dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin).
ü Setelah seluruh
badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga
bayi menghadap kearah penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut
ibu
8. Memotong tali
pusat
Segera
mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama. Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari tangan kiri, memotong tali pusat diantara kedua klem.
3. Kala
III
Adalah Kala Pelepasan
uri/plasenta
·
Mekanisme
pelepasan uri
Kontrksi
rahim akan mengurangi area uri karena rahim bertambah kecil dan kandungan
bertambah tebal kontraksi tersebut menyebabkan bagian yang longgar dan lemah
dari uri pada bagian rahim, bagian ini terlepas mula – mula sebagian dan
kemudian seluruhnya dan tinggal bekas dalam cairan cavum uteri. Pelepasan
terjadi secara bertahap dan pengumpulan dalah dibelakang uri akan membantu
pelepasan uri. Bila pelepasan sudah komplit, maka kontraksi rahim akan
mendorong uri yang sudah lepaas ke SBR lalu vagina dan dilahirkan.
1.
Kala
III terdiri dari 2 fase
a.
Fase
pelepasan uri
b.
Fase
pengeluaran uri
2.
Lokasi
dari uri
a.
Pada
dinding depan dan belakang corpus uteri.
b.
Kadang
– kadang pada dinding lateral
c.
Sesekali
disegmen bawah rahim (SBR)
3.
Fase
pelepasan uri
Cara pelepasan
uri ada beberapa cara :
a.
Schulzel
Lepasnya seperti kita menutup payung, lepas duluan adalah bagian tengah lalu terjadi
retroplacental hematoma yang menolak uri. Mula – mula bagian tengah kemudian
seluruhnya cara ini perdarahan biasanya tidak ada sebelulm uri lahir dan banyak
uri lahir
b.
Duncan
lepasnya mulai dipinggir, darah akan mengalir keluar
antara selaput ketuban serempak dari tengah dan pinggir placenta
4.
Fase
pengeluaran uri
Test pelepasan placenta
1.
Perasat
kustner
Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri menekan
diatas sympisis.
-
Placenta
belum lepas sebelum tali pusat masuk ke vagina lagi.
-
Placenta
sudah lepas bila tali pusat tetap atau bertambah panjang.
2.
Perasat
stasman.
Tangan kanan merenggangkan tali pusat, tangan kiri
mengetuk fundus.
-
Placenta
sebelum lepas bila talipusat tertarik kembali.
-
Placenta
sudah lepas bila tali pusat tidak bergetar.
3.
Perasat
klien
Tali pusat direnggangkan, pasien disuruh mengejan
ssehingga tali pusat ikut turun:
-
Placenta
belum lepas bila tali pusat tertarik kembali.
-
Placenta
sudah lepas bila tali pusat tetap ditempat.
4.
Perasat
manuaba
Tangan kiri merenggang uterus pada SBR, sedangkan tangan
kanan memegang dan mengencangkan tali pusat kemudian menarik secara berlawanan.
Tanda – tanda pelepasan placenta
-
Semburan
darah
-
Tali
pusat memanjang
-
Perubahan
bentuk darah dari discoid menjadi glabuter
-
Perubahan
tinggi fundus uteri.
Cara melahirkan placenta
1.
Crede
-
4
jari pada dinding rahim belakang, ibu jari difundus depan tengah. Lalu pijat
rahim dan sedikit dorongan kebawah tapi jangan terlalu kuat (seperti memeras
jeruk)
-
Lakukan
saat ada his
-
Jangan
menari tali pusat karenan menyebabkan inversio uteri.
2.
Brend
Andrew
-
Tangan
kanan memegang tali pusat
-
Tangan
kanan memegang tali uterus bagian bawah dari luar atau perut
-
Kemudian
uterus dikatakan dengan hati – hati
(dorsokranial), lalu ditarik tali pusat dengan hati – hati.
-
Baik
placenta sudah lepas akan meluncur atau keluar dengan mudah
1. Manajemen aktif
kala tiga Þ menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif
2. Keuntungan
manajemen aktif kala tiga:
ü Kala tiga
persalinan yang lebih singkat.
ü Mengurangi
jumlah kehilangan darah.
ü Mengurangi
kejadian retensio plasenta.
3. Manajemen aktif
kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
ü Pemberian
suntikan oksitosin.
ü
Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
ü Rangsangan
taktil (pemijatan) fundus uteri (masase).
Menejemen
aktif kala 3
1.
Pemberian
Suntikan Oksitosin
ü Segera berikan
bayi yg telah terbungkus kain kepada ibu untuk diberi ASI.
ü Letakkan kain
bersih diatas perut ibu.
ü Periksa uterus
utk memastikan tidak ada bayi yg lain.
ü Memberitahukan
pada ibu ia akan disuntik.
ü Selambat-lambatnya
dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM
pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar.
2.
Penegangan Tali Pusat Terkendali
ü Berdiri disamping ibu.
ü Pindahkan klem kedua yang telah
dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
ü Letakkan tangan yang lain pada
abdomen ibu (alas dengan kain) tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain
untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan peregangan
pada tali pusat, tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan
atas (dorso-kranial) korpus.
ü Tegangkan kembali tali pusat ke arah
bawah bersamaan dengan itu, lakukan penekanan korpus uteri ke arah bawah dan
kranial hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya.
ü Jika plasenta tdk turun setelah
30-40 detik dimulainya peregangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
ü Setelah plasenta terlepas, anjurkan
ibu utk plasenta akan terdorong ke
introitus vagina. Tetap tegang kearahÞmeneran bawah mengikuti arah jalan lahir
ü Pada saat plasenta terlihat pada
introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dgn menggunakan kedua tangan.
Selaput ketuban mudah robek: pegang plasenta dengan kedua tangan rata dengan
lembut putar plasenta hingga selaput terpilin
ü
Lakukan penarikan secara lembut dan
perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban
ü Jika terjadi
selaput robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati
periksa vagina dan serviks dengan seksama.
3. Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri
ü Segera setelah kelahiran plasenta
- Letakkan
telapak tangan pada fundus uteri.
- Jelaskan
tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman.
- Dengan lembut
gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri Þ uterus
berkontraksi.
ü Jika tidak
berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
- Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.
- Periksa uterus
setelah satu hingga dua menit memastikan uterus berkontraksi dengan baik, jika
belum ulangi rangsangan taktil fundus uteri.
- periksa
kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama satu jam kedua pascapersalinan.
4. Tanda-Tanda
Lepasnya Placenta
Tanda-tanda
lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawa ini:
·
Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum meometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong ke bawah, uterus bentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat
dan fundus berada diatas pusat (seringkali mangarah ke sisi kanan)
·
Tali pusat memenjang. Tali pusat melihat menjulur keluar
melalui vulva (tanda ahfeld)
·
Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu oleh gaya
gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro placenta pooling ) dalam ruang di
antara dinding uterus dan pemukaan dalam placenta melebihi kapasitas tampungnya
maka darah tersembur keluar dan dan tepi plasenta terlepas.
4. Kala
IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya
plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan),
kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
Pemantauan Kala
IV
Saat yang
paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum.
Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan.
Kematian ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV,
pemantauan dilakukan 15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua
setelah persalinan.
Setelah
plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
1.
Rangsangan taktil (massase) uterus
untuk merangsang kontraksi uterus.
2.
Evaluasi tinggi fundus uteri –
Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara pusat dan fundus
uteri. Fundus
uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
3.
Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4.
Pemeriksaan perineum dari perdarahan
aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
2.
Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
3.
Pendokumentasian.
Bentuk Tindakan
Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1.
Mengikat tali pusat
2.
Memeriksa tinggi fundus uteri
3.
Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
4.
Membersihkan ibu dari kotoran
5.
Memberikan cukup istirahat
6.
Menyusui segera
7.
Membantu ibu ke kamar mandi
8.
Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan
tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Adalah kala
pengawasan setelah uri lahir 1 – 2 jam
1.
Tujuan
asuhan peralinan kala IV
-
Mencegah
perdarahan
-
Memberikan
kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanandan eliminasi
-
Memberikan
dorongan pada ibu dan keluarga untuk mulai mengitegrasikan
-
Proses
kelahiran menjadi pengalan hidup mereka.
-
Memelihara
proses kedekatan dengan neonatus.
2.
Hal
yang perlu diawasi pada kala IV
-
Kontraksi
rahim
-
Perdarahan
-
Kandung
kemih
-
Luka
– luka
-
Uri
dan selaput harus lengkap
-
Keadaan
umum ibu, tensi, nadi, suhu, pernafasan dan rasa sakit.
3.
Reptur
perinium
Dibagi menjadi 3 tingkat :
-
Derajat
1 : robekan hanya
mengenai kulit mukosa sekitar 1 – 1,5 cm
-
Derajad
2 : robekan lebih
dalam sudah mengenai muskulus levatorani
-
Derajat
3 : robekan pada
kulit, mukosa, parineal body, musculus spin terani.
4.
Lamanya
persainan pada primigravida dan multigravida.
|
Primi
|
Multi
|
Kala 1
Kala 2
Kala 3
Kala 4
|
13 jam
1 jam
½ jam
14 ½ jam
|
7 jam
½ jam
¼ jam
7 ¾ jam
|
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
1.
Tampon vagina – menyebabkan sumber
infeksi.
2.
Pemakaian gurita – menyulitkan
memeriksa kontraksi.
3.
Memisahkan ibu dan bayi.
4.
Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
BAB 3
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang fisiologi
dan mekanisme persalinan normal, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1. Pesalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin.
Dimana tahap tahapnya adalah :
ü Kala 1 Pematangan dan pembukaan serviks
sampai lengkap (kala pembukaan)
ü Kala 2 Pengeluaran bayi (kala pengeluaran)
ü Kala 3 Pengeluaran plasenta (kala uri)
ü Kala
4 Masa 1 jam setelah partus, terutama
untuk observasi
Mekanisme persalinan normal : dari turunnya kepala, fleksi
maksimal, putaran paksi/ rotasi interna. Ekstensi/defleksi kepala.ekspulsi
kepala janin, putaran paksi luar, ekspulsi total.
4.2
Saran
Saran-saran
yang dapat kami sampaikan sehubungan dengan tulisan makalah ini sebagai berikut
:
1. Bidan bahkan
perawatpun perlu memahami interaksi
fisiologis dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi persalinan pada manusia
agar perawatan intrapatus dapat ditingkatkan.
2. Pengembangan
keterampilan observasi memungkinkan bidan tidak hanya dapat menginterpretasi
bagaimana seorang wanita menghadapi persalinan, tetapi juga dapat menentukan
bagaimana kemajuan persalinan dengan mengamati respon prilaku dan fisik wanita
yang sedang melahirkan. Dengan tidak mengetahui, mengabaikan atau
menyalahartikan petunjuk fisik tertentu, bidan mungkin secara tidak sengaja
memberi perawatan yang suboptimal.#
3. Intervensi
pada persalinan harus memiliki dasar dan keputusan mengenai hal ini harus
disokong untuk memaksimalkan kesejahteraan ibu dan janin. Pengetahuan mengenai
efek intervensi pada fisiologi janin dan ibu merupakan hal esensial sehingga
bidan dapat menilai efektivitas dan dengan cepat mengidentifikasi kemungkina
penyimpangan yang terjadi akibat intervensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Baety.aprilia.2011.Biologi reproduksi kehamilan dan persalinan.
yogyakarta. Graha Ilmu
Asrin dkk.2010.Asuhan Kebidanan masa persalinan.yogyakarta.Graha
Ilmu
WHO.2001.Modul hemoragi post partum.jakarta.EGC