BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi
akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan
yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur,
meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi.
Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih
akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Abses ginjal adalah salah satu yang terbatas pada
ginjal dan disebabkan baik oleh bakteri dari infeksi bepergian ke ginjal
melalui aliran darah atau infeksi saluran kemih bepergian ke ginjal
dan kemudian menyebar ke jaringan ginjal.
Abses ginjal adalah penyakit yang
sangat tidak biasa, tetapi umumnya terjadi
sebagai akibat dar i masalah umum seperti radang ginjal,
penyakit batu dan refluks vesicoureteral. Kadang-kadang, abses ginjal dapat
berkembang dari sumber infeksi di setiap area tubuh . Abses kulit
multiple dan penyalah gunaan obat intravena juga dapat
menjadi sumber abses ginjal. Infeksi saluran kemih yang rumit
terkait dengan batu, kehamilan, kandung kemih neurogenik dan diabetes mellitus
juga menempatkan seseorang pada risiko untuk abses ginjal.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Rumusan Masalah
1.2.1.1 Bagaimana anatomi dan fisiologi perkemihan ?
1.2.1.2 Apa definisi dari abses renal ?
1.2.1.3 Apa etiologi dari abses renal ?
1.2.1.4 Apa patofisiologi dari abses renal ?
1.2.1.5 Apa manifestasi klinis dari abses renal ?
1.2.1.6 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari abses renal ?
1.2.1.7 Bagaimana penetalaksanaan medis dari abses renal ?
1.2.1.8 Apa komplikasi dari abses renal ?
1.2.1.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien
dengan abses renal ?
1.3
Tujuan
1.3.1 Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dan
asuhan keperawatan pada pasien abses renal.
1.3.2 Khusus
1.3.2.1
Mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan.
1.3.2.2
Mengetahui definisi dari abses renal.
1.3.2.3
Mengetahui etiologi dari abses renal.
1.3.2.4
Mengetahui patofisiologi dari abses renal.
1.3.2.5
Mengetahui manifestasi klinis dari abses renal.
1.3.2.6
Mengetahui pemeriksaan penunjang dari abses renal.
1.3.2.7
Mengetahui penetalaksanaan medis dari gagal ginjal kronik.
1.3.2.8
Mengetahui komplikasi dari abses renal.
1.3.2.9
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan abses renal.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem
perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(air kemih).
Susunan Sistem
Perkemihan atau Sistem Urinaria :
Kedudukan
ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium
pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen.
Bentuknya
seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal
± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal
wanita.
Satuan
struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron
terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas
pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang
mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus
– tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus
pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
Kapsula
Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk
kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat
teratur.
Kapsula
bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya
yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal
kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat
lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut
sebagai tubulus kontortus distal.
a. Bagian
– Bagian Ginjal
Bila
sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari
tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).
a)
Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal
terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut
nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler
darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman
disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu
diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan
menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di
dalam sumsum ginjal.
b)
Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri
beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya
menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke
bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus
ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri
atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid
terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di
dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah
dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
c)
Rongga Ginjal (Pelvis
Renalis)
Pelvis Renalis adalah
ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum
berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga
disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini
menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk
ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung
kemih (vesikula urinaria).
b.
Fungsi Ginjal:
1.
Mengekskresikan zat –
zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2.
Mengekskresikan zat –
zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya
(misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3.
Mengatur keseimbangan
air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4.
Mengatur tekanan darah
dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
c.
Peredaran Darah dan
Persyarafan Ginjal
Peredaran
Darah
Ginjal mendapat darah
dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang
berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan
dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi
penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan
Ginjal
Ginjal mendapat
persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat
di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua)
macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2.
URETER
Terdiri
dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga
pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a.
Dinding luar jaringan
ikat (jaringan fibrosa)
b.
Lapisan tengah otot
polos
c.
Lapisan sebelah dalam
lapisan mukosa
Lapisan
dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan
peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.
Ureter
berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
3.
VESIKULA URINARIA (
Kandung Kemih )
Kandung
kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang
simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis
medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a.
Fundus, yaitu bagian
yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh
spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika
seminalis dan prostate.
b.
Korpus, yaitu bagian
antara verteks dan fundus.
c.
Verteks, bagian yang
maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari
beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis,
tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
4.
URETRA
Uretra
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan
air kemih keluar.
Pada
laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki terdiri dari :
a.
Uretra Prostaria
b.
Uretra membranosa
c.
Uretra kavernosa
Lapisan
uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis
pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra
pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
1.2
Definisi
Abses ginjal adalah abses yang terdapat
pada parenkim ginjal. Abses ini dibedakan dalam 2 macam, yaitu abses korteks
ginjal dan abses kortiko-meduler. Abses korteks ginjal atau disebut karbunkel
ginjal pada umumnya disebabkan oleh penyebaran infeksi kuman Stafilokokus aureus yang menjalar secara hematogen dari fokus infeksi di luar
sistem saluran kemih (antara lain dari kulit). Abses kortiko-medulare merupakan
penjalaran infeksi secara asending oleh
bakteri E. Coli,Proteus, atau Klebsiella spp. Abses kortikomedulare
ini seringkali merupakan penyulit dari pielonefritis akut. (Basuki P. Purnomo,
2011)
Abses perirenal adalah abses yang
terdapat di dalam rongga perirenal, yaitu rongga yang terletak di luar ginjal
tetapi masih dibatasi oleh kapsula Gerota, sedangkan abses pararenal adalah
abses yang terletak di antara kapsula Gerota dan peritoneum posterior (Gambar
3-3). Abses perirenal dapat terjadi karena pecahnya abses renal ke dalam rongga
perirenal, sedangkan abses pararenal dapat terjadi karena : (1) pecahnya abses
erirenal yang mengalir ke rongga pararenal atau (2) karena penjalaran infeksi
dari usus, pankreas, atau dari kavum pleura ke rongga pararenal. (Basuki P.
Purnomo, 2011)
1.4 Etiologi
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara:
- Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
- Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
- Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika:
- Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
- Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
- Terdapat gangguan sistem kekebalan.
1.5 Patofisiologi
Abses ginjal
hasil dari penyebaran hematogen kortikal bakteri dari fokus extrarenal utama
infeksi. Staphylococcus aureus adalah agen etiologi dalam 90% kasus abses
kortikal. Sebaliknya, abses corticomedullary ginjal berkembang sebagai infeksi
menaik oleh organisme yang telah diisolasi dari urin. Keterlibatan parenkim
ginjal yang parah dalam kombinasi dengan abses corticomedullary lebih mungkin
untuk memperluas pada kapsul ginjal dan berlubang, sehingga membentuk abses
perinephric. Ginjal corticomedullary infeksi termasuk proses infeksi bawah akut
dan kronis ginjal.
1.5
Manifestasi Klinis
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
a.
Nyeri pinggang
b.
Demam disertai
menggigil
c.
Teraba massa sipinggang
(pada abses peri atau pararenal)
d.
Keluhan miksi jika
fokus infeksinya berasaal dari : saluran kemih, anoreksia, malas dan lemah.
Gejala
ini sering didiagnosis banding dengan pielonefritis akut. Nyeri dapat dirasakan
pula di daerah (1) Pleura karena pleuritis akibat penyebaran infeksi ke
subprenik dan Intrathorakal (2) Inguinal (3) abdominal akibat pada peritoneum
posterior. Nyeri pada saat hiperekstensi pada sendi panggul adalah tanda dari
penjalaran infeksi ke otot psoas.
1.6
Pemeriksaan Diagnosis
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
a.
Pemeriksaan Urinalalis
Menunjukkan
adanya oluria dan hematuria
b.
Kultur Urine
Menunjukkan
penyebab infeksi
c.
Pemeriksaan darah
Terdapat
leukositosis dan laju endap darah yang meningkat
d.
Pemeriksaan foto polos
abddomen
Didapatkan
kekaburan pada daerah pinggang, bayanga psoas menjadi kabur, terdapat bayangan
gas pada jaringan lunak, skoliosis, atau bayangan opak dari suatu batu di
saluran kemih. Adanya proses pada subdiafragma akan tampak pada foto thoraks
sebagai ateletaksis, efusi pleura, empiema, atau elevasi diafrgama.
e.
Pemeriksaan USG
Adanya
cairan abses, tetapi pemeriksaan ini sanagt tergantung pada kemampuan
pemeriksa.
f.
Pemeriksaan CT Scan
Dapat
menunjukkan adanya cairan nanah di dalam intrarenal, perirenal, maupun
pararenal
1.7
Penatalaksanaan
Menurut (Basuki P. Purnomo, 2011) :
Jika dijumpai suatu abses harus
dilakukan drainase, sedangkan sumber infeksi diberantas dengan pemberian
antibiotika yang adekuat. Drainase abses dapat dilakukan melalui operasi
terbuka ataupun perkutan melalui insisi kecil di kulit. Selanjutnya dilakukan
berbagai pemeriksaan untuk mencari penyebab terjadinya abses guna menghilangkan
sumbernya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
b.
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama yang sering dikeluhkan bervariasi meliputi
keluhan infeksi kulit atau infeksi saluran kemih. Infeksi bias diikuti dalam
11-2 minggu dengan demam dan nyeri pada pinggang atau kostovertebra.
c.
Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat penyakit
seperti adanya penyakit bisul atau karbunkel pada daerah tubuh lainnya, adanya riwayat demam sampai menggigil.
Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit diabetes mellitus. Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap
jenis obat kemudian di dokumentasikan.
d. pengkajian psikososiokultural
adanya nyeri, benjolan pada pinggang
dan pemeriksaan diagnostik yang akan dilakukan akan memberikan dampak rasa
cemas pada pasien.
3.2 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan
tingkat kesadaran biasanya composmentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan
suhu tubuh meningkat, nadi meningkat, frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan
suhu tubuh dan denyut nadi, TD tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali
adanya penyakit hipertensi renal
3.3 Pemeriksaan Fisik Fokus
Inspeksi. Terdapat pembesaran pada daerah costovertebra. Pada abses
yang mengenai ginjal sering didapatkan penurunan urin output karena terjadi penurunan
dari fungsi ginjal. Pasien mungkin mengalami nyeri pada saat melakukan fleksi panggul
kesisikontra lateral.
Palpasi. Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada costovertebra.
Perkusi. Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran nyeri kepingang dan perut
Palpasi. Didapatkan adanya massa pembesaran ginjal pada costovertebra.
Perkusi. Pada sudut costovertebra memberikan stimulus nyeri local disertai suatu penjalaran nyeri kepingang dan perut
3.4 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri b.d pasca drainase abses, respon inflamasi,
kontraksiototefek sekunder, adanyaabses renal.
2. Hipertermi b.d repon sistemik sekunder, adanya abses
renal.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia, mual, muntah.
4. Gangguan activity daily living b.d kelemahan fisik secara
umum
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman,
kondisisakit, dan perubahan kesehatan.
3.5 RencanaKeperawatan
Rencana
keperawatan
1. Nyeri
b.d pasca drainase abses, respons inflamasi, kontraksi otot efek sekunder adanya
abses renal
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang / hilang atau
teradaptasi.
Kriteriahasil : -
Pasien mengatakan nyeri berkurang / terkontrol
-
Skala nyeri 0-4
-
Raut wajah rileks
-
TTV Normal (TD: 120/80 mmHg ; Nadi : 60-100x/menit ; T : 36,5oC-37,5oC
; RR : 16-24x/menit)
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
1.
Beri posisi yang nyaman pada pasien
2. Beri lingkungan yang nyaman dan tenang pada pasien
3.
Istirahatkan pasien
4.
Lakukan masase sekitar nyeri
H. E :
1.
Ajarkan tehnik distraksi
2.
Ajarkan tehnik nafas dalam
Kolaborasi
:
1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi
Observasi:
1. Kaji nyeri menggunakan PQRST
2. Kaji TTV pasien
|
Mandiri :
1.
Posisi yang nyaman akan mengurangi rasa nyeri pasien sehinggga pasien
dapat beristirahat
2.
Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus nyeri ekternal dan
menganjurkan pasien untuk beristirahat
3.
Istirahat akan menurunkan O2 jaringan perifer sehingga akan
meningkatkan suplai darah ke jaringan
4.
Meningkatkan kelancaran suplai darah untuk menurunkan iskemik
HE :
1.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat mengurangi persepsi nyeri
2.
Meningkatkan asupan O2 sehinggadapt menurunkan nyeri sekunder
Kolaborasi :
1.
Mempercepat penyembuhan, untuk mengurangi nyeri
Observasi :
1.
Mengetahui tingkat kapasitas nyeri pasien
2.
Memantau keadaan pasien
|
2. Hipertermi b.d repons istemik sekunder,
adanya abses renal.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam,
suhu tubuh pasien menurun/ kembali normal
K.H : - Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC)
- Akral hangat
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit tidak tampak kemerahan
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri:
1. Beri kompres air hangat
2. Pertahan kantirah baring total
H. E :
1. anjurkan pasien untuk banyak minum
2. Anjurkan pasien memakain pakaian yang tipis
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian antipiretik dan
antibiotic
Observasi :
1. Monitor suhu tubuh
2. observasi keadaan umum tubuh pasien
|
Mandiri :
1. Memvasodilatasi pembuluh darah
2. Mengurangi peningkatan metabolisme umum yang
memberikan dampak terhadap peningkatan suhu tubuh secara sistemik
HE :
1.
Untuk pemenuhan hidrasi cairan dalam tubuh
2.
Untuk mempercepat evaporasi sehingga terjadi proses penguapan
Kolaborasi :
1.
Untuk mempercepat penyembuhan, menurunkan suhu tubuh
Observasi :
1.
Mengetahui /mengontrol adanya peningkatan suhu tubuh untuk di berikan
intervensi selanjutnya
2.
Memantau keadaan pasien
|
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang tidak adekuat, efek sekunder dari anoreksia,
mual, muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24 jam, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
K.H : -
Porsi makan habis
- BB meningkat
- Mukosa bibir lembab
- Hb dan Albumin Normal
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
1. Berikan makanan lunak
2. Berikan makanan setengah padat dengan sedikit air
HE :
1. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
2. Anjurkan pasien untuk menelan secara berurutan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antasida
Observasi :
1. Kaji suara bising usus, catat terjadi perubahan di dalam lambung
seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus, misalnya : diare,
konstipasi
|
Mandiri :
1.
Memudahkan masuknya makanan
2.
Meningkatkan kemampuan pasien dalam menelan
HE :
1.
Membantupemenuhan nutrisi peroral pasien
2.
Mencegah kelelahan pasien saat makan
Kolaborasi :
1.
Mengurangi mual / ggn lambung pasien
Observasi :
1.
Mengetahui Fungsi system gastrointestinal penting untuk pemasukan
makanan
|
4.
Gangguan activity daily living b.d kelemahan
fisik secara umum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24 jam, terjadi peningkatan perilaku dalam perawatan diri
K.H :
- pasien menampakkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri
- pasien mampu dalam melakukan aktivitas
- koordinasi otot , tulang, rangka baik
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
1. Beri
lingkungan yang tenang
2. Tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi pasien
3. Berikan
latihan ROM
HE :
1.
Ajarkan pasien untuk mobilisasi
Kolaborasi :
1. Rencanakan
tindakan dengan tim medis lain untuk dalam memberikan tindakan fisioterapi
yang tepat
Observasi :
1.Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
|
Mandiri:
1. Lingkungan
yang tenang membantu pasien untuk beristirahat
2. Melatih
perkembangan pasien
3. Membantu
melatih otot, tulang dan rangka
HE :
1. Untuk
melancarkan peredarah darah sehingga keaadan pasien tidak kaku
Kolaborasi :
1. Mempercepat
adanya peningkatan aktivitas pasien
Observasi :
1. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan aktivitas pasien
|
5. Kecemasan b.d prognosis penyakit, ancaman,
kondisi sakit, dan perubahan kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
1x24 jam, kecemasan pasien berkurang
K.H : -
Pasien menyatakan kecemasan berkurang
- Mengenal perasannya
- Kooperatif dalam tindakan
- W ajah tampak rileks
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
1.
Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat
2.
Beri kesempatan kepadapasien untuk mnegungkapkan perasaannya
3.
Beri privasi untuk pasien dan orang terdekat
HE:
1.
Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan selama
perawatan
Kolaborasi :
1.
Kolaborasi dengantim medis lain dalam pemberian obat anti cemas sesuai
indikasi
Observasi :
1.
Kaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, damping pasien dan lakukan
tindakan bila menunnjukkan perilaku merusak
|
Mandiri :
1.
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu
2.
Dapatmenghilangkanketegangan terhadap kekawatiran yang tidak
diekspresikan
3.
Memberikan waktuuntuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan
kecemasan dan perilaku adaptasi
HE :
1.
Menurunkan kecemasan pada setiap tindakan yang akan dilakukan
Kolaborasi :
1.
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan
Observasi :
1.
Relaksasiverbal/nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi,marah,
gelisah
|