BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi Dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Vesika
Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai
penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). letaknya dibelakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul ketika sudah penuh letak kandung
kemih berada di atas simfisis. Vesika urinaria
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Dinding kandung kemih mempunyai kapasitas tampungan maksimal pada orang
dewasa sekitar ± 250-450 ml. Vaskularisasinya cabang arteri iliaka interna,
yaitu arteria vesikalis superior menyilang di depan ureter. Vena bermuara di
vena iliaka interna. Sedangkan persyarafannya 1. Syaraf motoris menuju
m.detrusor berasal dari serabut inhibitor ke sfingter interna 2. Serabut eferen
simpatis menghambat detrusor dan menstimulasi sfingter.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
a.
Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b.
Tunika muskularis (lapisan berotot).
c.
Tunika submukosa.
d.
Lapisan mukosa (lapisan bagian
dalam)
2.2 Pengertian Karsinoma buli-buli
Kanker
kandung kemih (karsinoma buli-buli adalah kanker yang mengenai kandung kemih
dan kebanyakan menyerang laki-laki berusia di atas 50 tahun (Nursalam, 2009).
Karsinoma buli-buli
merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan
infiltrasi ke lamina phopria, otot & lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar
(Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa
groos hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar
air kencing warna merah secara
terus menerus (Ilmu Keperawatan, 2007.com)
Tumor buli-buli adalah
tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung kemih (Ilmu bedah, 2008.com)
Tumor buli-buli adalah
tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (in situ),
noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa
carsinoma buli-buli adalah tumor yang
didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi
gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus.
2.3 Klasifikasi
Staging
dan klasifikasi
Klasifikasi
DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-MARSHAL untuk menentukan operasi
atau observasi :
T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau transurethral reseksi.
NO
|
KODE
|
KET
|
1
|
Tis
|
Carcinoma
insitu (pre invasive Ca)
|
2
|
Tx
|
Cara
pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
|
3
|
To
|
Tanda-tanda
tumor primer tidak ada
|
4
|
T1
|
Pada
pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
|
5
|
T2
|
Pada
pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli.
|
6
|
T3
|
Pada
pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang bergerak bebeas dapat
diraba di buli-buli.
|
7
|
T3a
|
Invasi
otot yang lebih dalam
|
8
|
T3b
|
Perluasan
lewat dinding buli-buli
|
9
|
T4
|
Tumor
sudah melewati struktur sebelahnya
|
10
|
T4a
|
Tumor
mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
|
11
|
T4b
|
Tumor
sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen
|
N = Pembesaran secara klinis untuk
pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
NO
|
KODE
|
KET
|
1
|
Nx
|
Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
|
2
|
No
|
Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
|
3
|
N1
|
Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang
homolateral
|
4
|
N2
|
Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar
lymfe regional yang multiple
|
5
|
N3
|
Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebeas antaranya dan tumor
|
6
|
N4
|
Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
|
M = metastase jauh termasuk
pemebesaran kelenjar limfe yang jauh. Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test
biokimia
NO
|
KODE
|
KET
|
1
|
Mx
|
Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
|
2
|
M1
|
Adanya metastase jauh
|
3
|
M1a
|
Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
|
4
|
M1b
|
Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
|
5
|
M1c
|
Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
|
6
|
M1d
|
Metastase dalam organ yang multiple
|
Type dan lokasi
Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia
dan invasi.
1
|
Efidermoid Ca
|
Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell,
anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya
|
2
|
Adeno Ca
|
Sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
|
3
|
Rhabdomyo sarcoma
|
Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent),
infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
|
4
|
Primary Malignant lymphoma
|
Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan
serangan hipertensi selama kencing
|
5
|
Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mammae
|
Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli
oleh endometriosis dapat terjadi
|
Penentuan derajat invasi tumor (stadium) dilakukan
berdasarkan sistem TNM atau penentuan stadium dari Marshall
NO
|
TNM
|
Marshall
|
Uraian
|
1
|
Tis
|
0
|
Karsinoma in situ
|
2
|
Ta
|
0
|
Tumor papilari
non-invasif
|
3
|
T1
|
A
|
Invasi submukosa
|
4
|
T2
|
B1
|
Invasi otot
superfisial
|
5
|
T3a
|
B2
|
Invasi otot
profunda
|
6
|
T3b
|
C
|
Invasi jaringan
lemak prevesika
|
7
|
T4
|
D1
|
Invasi ke organ
sekitar
|
8
|
N1-3
|
D1
|
Metastasis ke
limfonudi regional
|
9
|
M1
|
D2
|
Metastasis
hematogen
|
2.4 Etiologi
Menurut
Nursalam, 2009
Etiologi
yang pasti dari kanker kandung kemih tidak diketahui. Akan tetapi ada kanker
ini memiliki beberapa faktor resiko:
1.
Para pekerja di pabrik kimia
(terutama cat), laboratorium pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja
salon karena sering terpapar oleh bahan karsinogen (senyawa air aromatik 2
naftilamin, bensidin, dan 4 aminobifamil).
2.
Perokok aktif karena rokok
mengandung bahan karsinogen berupa amin aromatic dan nitrosamine
3.
Infeksi saluran kemih seperti E.
Coli dan proteus spp yang
menghasilkan nitrosamine sebagai zat karsinogen
4.
Sering mengkonsumsi kopi, pemanis
buatan yang mengandung sakarin dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan
siklofosfamid melalui intravesika, fenasetin, opium, dan antituberkulosis INH
dalam jangka waktu lama
2.5 Manifestasi Klinis
1. Kencing
campur darah yang intermittent
2. Merasa panas
waktu kencing
3.
Merasa ingin kencing
4.
Sering kencing terutama malam hari
dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5.
Nyeri suprapubik yang konstan
6.
Panas badan dan merasa lemah
7.
Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8.
Nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis
2.6 Patofisiologi dan WOC
Karsinoma kandung kemih yang masih
dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan
infiltrasi ke lamina propria, otot, dan lemak perivesika yang kemudian menyebar
langsung ke jaringan sekitarnya.
Tumor
dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju
kelenjar limfe, obturator, iliaka eksterna, dan iliaka komunis ; sedangkan
penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru, dan tulang.
WOC KARSINOMA BULI
nyeri
|
|
|
Pekerja
pabrik bahan kimia karsiogenik
|
Perokok
|
ISK
|
Kebiasaan
minum kopi dan pemanis buatan
|
Terpajan zat” kimia terus-menerus
|
> 60% zat
karsinogenik
|
Adanya invasi bakteri
|
Metabolisme dalam tubuh terganggu karena zat karsinogenik
|
Terjadi mutasi
gen
|
Memicu sel” abnormal
|
Infeksi kandung
kemih
|
Sel” kanker dalam tubuh abnormal
|
Ca/Karsinoma Buli-Buli
|
Penatalaksanaan
|
Hiperplasia sel kanker meningkat
|
Terjadi robekan PD
|
Kandung kemih dan urethra
|
Merangsang Hipotalamus
|
Urine terakumulasi pada VU
|
Nyeri
|
G3 eliminasi uri
|
Operasi
|
Sosial
|
Pasien cemas dan takut
|
Perawatan secara mandiri kurang tepat
|
Imun
menurun
|
Obstruksi
|
Ureter
|
Refluks
|
Hidronefrosis
|
Kemoterapi
|
Terapi tidak adekuat
|
Efek
samping kemoterapi
|
Mengiritasi kandung kemih
|
Proses peradangan
|
Mual/muntah
|
Sel normal tergantikan oleh sel kanker
|
Sel kanker tumbuh secara abnormal
|
Bakteri ikut aliran darah ke kandung
kemih
|
Mengandung banyak pemanis dan pengawet
buatan
|
Pembesaran pada VU
|
Menekan PD dan syaraf sekitar
|
B3
|
Merangsang pengeluaran mediator kimia
( Histamin, prostaglandin, bradikinin
|
Merangsang timbulnya rasa nyeri (dolor)
|
Nyeri suprapubik
|
Wajah pasien meringis
|
Hematuria
|
Hb menurun
|
Anemia
|
Keletihan
|
Memperparah kondisi
|
Iritasi
jaringan mulut dan tenggorokan
|
Inflamasi pada jaringan
|
Perubahan termoregulator di Hipotalamus
|
Perubahan suhu tubuh
|
Hipertermi
|
Kecemasan
|
Kurang pengetahuan
|
Nafsu
makan menurun
|
Resti infeksi
|
Nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
Intake
nutrisi menurun
|
Resti
Kekurangan volume cairan
|
Penyakit lama sembuh
|
Kurang terpajan informasi
|
Pasien selalu bertanya mengenai
penyakitnya
|
Bengkak
dan perdarahan
|
Membran
mukosa oral teriritasi
|
Stomatitis
|
Resti
perubahan membran mukosa oral
|
Merusak
jaringan kulit
|
Resti
kerusakan integritas jaringan/kulit
|
Keletihan
|
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1.
Laboratorium
a.
Hb menurun oleh karena kehilangan
darah, infeksi, uremia, gros atau micros hematuria
b.
Leukositosis bila terjadi infeksi
sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
2. Pemeriksaan
IVP dapat mendeteksi adanya tumor kandung kemih berupa filling defect/massa
tumor , tumor sel transisional yang berada pada ureter atau pielum, dan adanya
hidroureter atau muara ureter.
3. CT
scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
4. USG
5. Sistoskopi
dan Biopsi
6. Radiology
Angography
untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
7. Systologi
2.8 Penatalaksanaan
1. Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
1.
Citral, 5 fluoro urasil
2.
Topical chemotherapy yaitu
Thic-TEPA, Chemotherapy merupakan
paliatif. 5- Fluorouracil (5-FU) dan doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan
yang paling sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam Buli-buli sebagai
pengobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8 sampai 12 jam sebelum
pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam Buli-buli selama dua jam.
2. Radioterapy/terapi
sinar
a.
Diberikan pada tumor yang
radiosensitive seperti undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.
b.
Radiasi diberikan sebelum operasi
selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4 minggu
dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah
radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads
selam 2-3 minggu.
3. Operasi
dengan TUR kandung kemih/reseksi kandung kemih
2.9 Komplikasi
1.
Infeksi sekunder bila tumor
mengalami ulserasi
2.
Retensi urine bila tumor mengadakan
invasi ke bladder neck
3.
Hydronephrosis oleh karena ureter
mengalami oklusi
2.10 Pencegahan
Menurut
National Academy of Sciences Amerika Serikat
1.
Kurangi kandungan lemak yang
dikonsumsi
2.
Lebih baik mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat seperti sayur, buah-buahan , dan nasi
3.
Lebih banyak mengkonsumsi makanan
yang mengandung kaya akan beta karoten seperti wortel, bayam, dan buah-buahan
yang berwarna jingga
4.
Kurangi kebiasaan merokok dan
makanan yang diawetkan, diasin atau diasap baik daging maupun ikan
5.
Hindari sinar matahari dengan
menggunakan topi dan lotion pelindung matahari
6.
Hindari berganti-ganti pasangan
seksual
7.
Hindari minum-minuman alkohol dan
obat-obatan (narkoba)
8.
Deteksi dini kanker dengan beberapa
pemeriksaan
9.
Hati-hati terhadap zat kimia yang
ada di lingkungan anda
10.
Minum air secukupnya agar zat racun
dapat terbuang bersamaan dengan urine
2.11 Prognosis
Prognosis bergantung kepada jenis sel,
derajat, keganasan, dan metastasis. Secara klinis dapat ditemukan dua jenis
gambaran, yaitu pertumbuhan superfisial dan yang bertumbuh invasif dari
permulaan. Tumor superfisial yang berdiferensiasi baik dapat timbul kembali
atau muncul papiloma baru. Dengan kewaspadaan konstan, sistoskopi berkala
diperlukan minimal 3 tahun. Tumor baru juga dapat dikontrol dengan cara
transuretral, tapi bila muncul kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif
dan ganas. Sistektomi dan radioterapi harus dipertimbangkan kemudian. Secara
umum, prognosis tumor buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi.
Pada tumor Grade 1,2, Stage 0, A, B1 hasil terbaik didapatkan dengan reseksi
transuretral. Sistektomi dapat untuk mengatasi 15-25% tumor Grade 3,4, Stage
B2, C dengan persentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada
neoplasma ganas dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun. Tumor
papilari yang tidak menembus hanya berada pada kantung kemih. Mereka memilki karakteristik
untuk tidak bermetastasis kecuali mereka melewati proses perubahan ganas,
menembus lapisan membran dasar dan menembus dinding kantung kemih. Tumor jenis
ini dapat selalu dihancurkan dengan sempurna dengan fulgurasi, radium ataupun
elektroeksisi. Beberapa mungkin menghilang setelah terapi rontgen dalam atau
proses instilasi atas podofilin. Sebuah prognosis yang bagus dapat diharapkan
tercapai hanya setelah pemusnahan menyeluruh dari lokalisasi tumor sejenis dan
kontrol atas kemungkinan datang kembalinya tumor yang teridentifikasilewat
pemeriksaam sistoskopik secara reguler sepanjang sisa hidup pasien.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA
BULI-BULI
3.1 Pengkajian
1.
Identitas
Meliputi
nama, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
alamat, suku dan bangsa yang digunakan, nomor register, diagnosa medis.
2.
Keluhan utama
Keluhan penderita yang utama adalah
mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kencing. Merasa
ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya
sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah,
nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena
hydronephrosis
3.
Riwayat penyakit sekarang.
Bagaimana
serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan factor yang mempengaruhi atau
memperberat keluhan sehingga dibawa ke rumah sakit.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Yang perlu dikaji pasien pernah
menderita penyakit batu buli – buli sebelumnya dan penyakit yang pernah
diderita pasien.
5.
Riwayat penyakit keluarga.
Dalam pengkajian ini dalam keluarga
ada yang menderita penyakit batu buli – buli atau tidak, ada penyakit menurun
atau menular.
6.
Pemeriksaan Fisik
1. (B1)
Breath
Pada Inspeksi
pernapasan
berapa kali dalam satu menit, apa ada rektraksi otot – otot bantu pernapasan, pada
Auskultasi
adakah suara nafas tambahan ronchi atau wheezing.
2. (B2) Blood
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi,
uremia, gros atau micros hematuria, Lukositosis
bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada murmur.
3. (B3) Brain
a.
Tingkat kesadaran biasanya compos mentis
b.
Kepala, leher.
Pada post operasi batu buli – buli
tidak mengalami gangguan
b.
Mata.
Pada post operasi batu buli – buli
tidak mengalami gangguan.
c.
Telinga, hidung, mulut dan tenggorokan
Pada post operasi batu buli –
buli tidak mengalami gangguan.
d.
Motorik.
Pada pergerakan terjadi pengurangan
aktivitas karena sakitnya (nyeri).
f. Sensorik
Pada penglihatan tidak terjadi
penurunan tajam penglihatan
4.
(B4) Bladder
Sebelum operasi mengalami gangguan
buang air kecil, kadang – kadang hematuri dan nyeri waktu buang air kecil.
Setelah operasi mengalami gangguan miksi spontan karena terpasang Dower
Kateter.
5. (B5) Bowel
Biasanya tidak mengalami gangguan
buang air besar.
6.
(B6) Bone
Adanya keterbatasan aktivitas akibat
nyeri yang timbul dan tidak mengalami gangguan ekstremitas atas maupun
ekstremitas bawah.
7. Riwayat psikologis.
Dalam
hal ini yang perlu dikaji adalah tanggapan pasien mengenai penyakitnya stelah
dilakukan operasi dan bagaimana hubungan pasien dengan orang lain serta
semangat dan keyakinan pasien untuk sembuh.
8 .
Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak
warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bila tumor sudah
besar.
Palpasi, teraba
tumor /msasa)
suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba
tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi
baik waktu VT atau RT.
3.2
Diagnosa
Keperawatan
1.
Hipertermi b/d proses inflamasi
2. Nyeri (akut)
berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit
tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan
- Perubahan eliminasi urine b/d iritasi ginjal, ureter, kandung kemih, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan retensi urine
4. Resiko
tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal
(vomiting, diare)
5.
Resiko tinggi terhadap perubahan
membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6.
Gangguan nutrisi (kurang dari
kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan
kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat
7. Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan
efek radiasi dan kemoterapi
8. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder
dan sistem imun (efek kemoterapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif
9.
Keletihan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status
hipermetabolik)
10.
Cemas / takut berhubungan dengan
situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi,
bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik
11. Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat
dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi
b/d proses inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
1.
Suhu tubuh 36,5 - 37,5
° C
2.
Wajah tidak tampak
kemerahan
3.
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a.
Berikan kompres mandi hangat; hindari
penggunaan alcohol
HE
b.
Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang
tipis.
c.
Anjurkan
klien untuk minum yang banyak
Kolaborasi
d.
Berikan antiperitik, misalnya ASA (aspirin),
asetaminofen (Tylenol).
Observasi
e. Pantau
suhu pasien misalnya setiap 2 jam ( derajat dan pola); perhatikan mengigil/
diaforesis
f.
Pantau suhu lingkungan,
batasi/ tambahkan klien tempat tidur, sesuai indikasi.
|
Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : Penggunaan air es/alcohol mungkin menyebabkan
kedinginan, peningkatan suhu secara aktual.
Selain itu, alcohol dapat mengeringkan kulit.
Pengeluaran panas secara evaporasi
Memperbaiki kehilangan
cairan akibat febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
Digunakan
untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,
Suhu 38,9o – 41.1oC
menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Suhu ruangan /jumlah
selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal
|
2. Nyeri (akut)
berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek
samping therapi kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit
tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu
mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
2. Klien
mengatakan nyeri berkurang
3. Klien dapat
mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas
yang mungkin.
4. Skala nyeri
3
5. Tanda tanda
vital normal (TD : 120/80
mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N : 60-100
x/menit)
6. Wajah pasien
tidak meringis atau rileks
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a.
Catat skala nyeri dan tanda-tanda
vital
b.
Berikan pengalihan seperti
reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
c.
Anjurkan tehnik penanganan stress
(tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan sentuhan
therapeutik.
Kolaborasi
d. Berikan
analgetik sesuai indikasi
Observasi
e. Pantau tanda-tanda vital
setiap 2 atau 4 jam
|
a.
Untuk mengetahui tingkat skala
nyeri dan kondisi klien
b.
Untuk meningkatkan kenyamanan
dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
c.
Meningkatkan kontrol diri atas
efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
d. Untuk mengurangi rasa nyeri
e. Untuk mengetahui kondisi klien
|
3. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan ditandai dengan oliguria.
Tujuan : Setelah diberikan intervensi
selama 3x24 jam pola eliminasi klien kembali normal
Kriteria Hasil
:
1.
Berkemih dengan jumlah normal (1200-1500 ml/hari (dewasa), 300-1500
ml/hari (anak) dan pola biasanya
2.
Tidak mengalami tanda obstruksi (penyumbatan)
3.
Input dan output cairan tubuh dalam batas normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a. Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine,
b. Dorong peningkatan asupan cairan.
c. Observasi perubahan status mental, perilaku atau
tingkat kesadaran.
d. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)
e. Pertahankan patensi kateter tak menetap
(uereteral, uretral atau nefrostomi).
h. Kolaborasi Berikan
obat sesuai indikasi:
a. Antibiotika
b. Obat-obatan anti kanker
i. Observasi
a.
Pantau
ulang input dan output klien setiap 1 jam sekali
|
Memberikan informasi tentang fungsi
ginjal dan adanya komplikasi.
Peningkatan cairan dapat membilas
bakteri, darah,
Akumulasi sisa uremik dan
ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Peninggian BUN, kreatinin dan
elektrolit menunjukkan
disfungsi ginjal
Mungkin diperlukan untuk membantu
kelancaran aliran urine.
Mungkin diperlukan bila ada ISK
Untuk
memblock sel kanker
Untuk
mengetahui perubahan yang terjadi dari input dan output klien dan mengetahui
perkembangan kondisi klien
|
4. Resiko
tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal
(vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam cairan klien terpenuhi
Kriteria Hasil
:
1.
Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda – tanda
vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, membran
mukosa lembab, dan turgor kulit baik.
2.
Input dan output cairan tubuh dalam batas normal
3.
Tanda tanda vital normal (TD : 120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C,
RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a.
Awasi asupan dan haluaran urine
b.
Anjurkan intake cairan 7-8 gelas
per hari sesuai kebutuhan individu.
c.
Timbang berat badan setiap hari
Kolaborasi
d. Berikan cairan IV bila diperlukan.
e. Berikan
therapy antiemetik.
f. Monitor
hasil laboratorium : Hb, elektrolit, albumin
Observasi
g. Monitor vital signs. Evaluasi pulse
peripheral, capilarry refil.
|
a.
Mengevaluasi adanya stasis
urine/kerusakan ginjal.
b.
Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
c.
Untuk mengetahu berat badan klien
d.
Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
e.
Mencegah/menghilangkan mual
muntah.
f.
Mengetahui perubahan yang terjadi.
g.
Tanda-tanda hipovolemia segera
diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat
berhubungan dengan dehidrasi.
|
5. Resiko tinggi terhadap
perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam membran mukosa oral membaik
Kriteria Hasil :
1.
Membran mukosa tidak menunjukkan
kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2.
Klien mengungkapkan faktor penyebab
secara verbal.
3.
Klien mampu mendemontrasikan tehnik
mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a.
Ajarkan klien
tentang metode pemeliharan oral hygine.
b.
Intruksikan perubahan pola diet
misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
c.
Amati dan jelaskan pada klien
tentang tanda superinfeksi oral.
Kolaborasi
d.
Konsultasi dengan dokter gigi
sebelum kemotherapi.
e.
Berikan obat sesuai indikasi,
analgetik, topikal lidocaine,
antimikrobial mouthwash
f.
Kultur lesi oral.
|
a.
Mencari alternatif lain mengenai
pemeliharaan mulut dan gigi.
b.
Mencegah rasa tidak nyaman dan
iritasi lanjut pada membran mukosa.
c.
Agar klien mengetahui dan segera
memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
d.
Meningkatkan kebersihan dan
kesehatan gigi dan gusi.
e.
Tindakan/terapi yang dapat
menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
f.
Untuk mengetahui jenis kuman
sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.
|
6. Gangguan
nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress,
fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake
tidak adekuat
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi
Kriteria Hasil :
1.
Klien menunjukkan berat badan yang stabil,
hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
2.
Klien mengerti terhadap perlunya
intake yang adekuat
3.
Klien berpartisipasi dalam
penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a. Pantau persentase jumlah makanan
yang dikonsumsi setiap kali makan, timbang BB tiap hari, catat hasil
pemerikasaan protein total, albumin, osmolalitas.
b. Anjurkan
klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
c.
Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang
terlalu manis, berlemak dan pedas.
d. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya
makan bersama teman atau keluarga.
Kolaborasi
e. Amati
studi laboraturium seperti total limposit, serum transferin dan albumin
f. Berikan pengobatan sesuai indikasi
seperti Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids,
vitamins khususnya A,D,E dan B6, antacida
g. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan
secara enteral, imbangi dengan infus.
Observasi
h. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan
sesuai dengan kebutuhannya.
i. Timbang
dan ukur berat badan, serta amati penurunan berat badan.
|
a. Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan
dari sasaran yang diharapkan
b. Kalori merupakan sumber energi.
c. Mencegah mual muntah, distensi berlebihan, dispepsia
yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi stimulus berbahaya
yang dapat meningkatkan ansietas.
d. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri.
e. Untuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan
nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap
klien.
f. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping
dan meningkatkan status kesehatan klien.
g. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil
yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
h. Memberikan informasi tentang status gizi klien.
i. Memberikan informasi tentang penambahan dan
penurunan berat badan klien.
|
7. Resiko tinggi terhadap kerusakan
integritas jaringan atau kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi
Tujuan : Setelah diberikan intervensi selama 3x24 jam integritas jaringan membaik
Kriteria Hasil :
1. Keadaan
luka membaik
2. Terjadi
peningkatan penyembuhan luka yang cepat
3. Tidak ada
tanda-tanda komplikasi lebih lanjut
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a.
Kaji kulit dengan sering terhadap
efek samping terapi kanker; perhatikan kerusakan / perlambatan penyembuhan
luka.
b.
Ubah posisi dengan sering
c.
Anjurkan pasien untuk menghindari
krim kulit apapun, salep dan bedak kecuali diizinkan oleh dokter
Kolaborasi
d.
Berikan salep topikal misalnya,
sulfadiazin perak (Silvadene ) dengan tepat
|
a.
Efek kemerahan dan/atau kulit
samak (reaksi radiasi) dapat terjadi dalam area radiasi. Ulserasi, heilangan
rambut, kehilangan dermis, ada reaksi alergi dapat terjadi pada beberapa agen
kemoterapi.
b.
Meningkatkan sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit/jaringan yang tidak perlu
c.
Dapat meningkatkan iritasi/reaksi
secara nyata
d.
Mungkin digunakan untuk mencegah
infeksi/memudahkan penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia (ekstravasasi)
|
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi),
malnutrisi, prosedur invasif
Tujuan :
Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam meminimalkan terjadinya proses penyebaran
infeksi
Kriteria Hasil
:
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2. Tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
3. Tanda tanda vital normal (TD :
120/80 mmHG, S : 36,50C-37,50C, RR : 16-24 x/menit, N : 60-100 x/menit)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
e.
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga
dianjurkan melakukan hal yang sama
f.
Jaga personal hygine klien dengan baik
g.
Monitor temperatur
h.
Kaji semua sistem untuk melihat tanda-tanda infeksi
i.
Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptik
prosedur
j.
Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets
Kolaborasi
k.
Berikan antibiotik bila diindikasikan
Evaluasi
l.
Pantau ulang temperatur
m.
Pantau CBC, WBC, granulosit, platelets
|
e.
Mencegah terjadinya infeksi
f.
Menurunkan/mengurangi adanya organisme hidup
g.
Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi
h.
Mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi
i.
Mencegah terjadinya infeksi
j.
Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi
k.
Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang
diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi
l.
Untuk mengetahui kondisi mengenai temperatur klien yang
terbaru
m.
Mengetahui sekaligus memantau kondisi klien
|
9. Keletihan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status
hipermetabolik)
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam klien tidak mengalami keletihan
Kriteria Hasil :
1.
Klien melaporkan adanya perbaikan
rasa berenergi
2.
Klien dapat melakukan aktivitas yang
diinginkan sesuai toleransi atau kemampuan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a.
Rencanakan perawatan untuk
memungkinkan periode istirahat. Libatkan orang terdekat dalam jadwal
perencanaan
b.
Dorong pasien untuk melakukan apa
saja yang mungkin misalnya mandi duduk, bangun dari kursi, berjalan.
Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan
c.
Pantau respon fisiologis terhadap
aktivitas misalnya perubahan pada TD atau frekuensi jantung/pernapasan
d.
Dorong masukan nutrisi
e.
Kolaborasi dalam pemberian O2
suplemen sesuai indikasi
f.
Rujuk pada terapi fisik/okupasi
|
a.
Periode istirahat sering
diperlukan untuk memperbaiki/menghemat energi.
b.
Meningkatkan kekuatan/stamina dan
kemampuan pasien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti
c.
Toleransi sangat bervariasi
tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan,
dan reaksi terhadap aturan terapeutik
d.
Masukan/penggunaan nutrisi adekuat
perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas
e.
Adanya anemia/hipoksemia
menurunkan ketersediaan O2 untuk ambilan selular dan memperberat keletihan
f.
Latihan yang terprogram setiap
hari dan aktivitas membantu pasien mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan
tonus otot, meningkatkan rasa sejahtera. Penggunaan alat adaptasi dapat
membantu menghemat energi.
|
10. Cemas / takut berhubungan dengan
situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan fungsi,
bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga ditandai dengan
peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan
tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam pasien dapat mendemonstrasikan
hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program
pengobatan
Kriteria
Hasil :
1.
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
2.
Rileks dan dapat melihat dirinya
secara obyektif.
3.
Menunjukkan koping yang efektif
serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan
rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan emosi wajar dan
ekspresi yang sesuai.
c. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping. Bantu
klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
d. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang
interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
e. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan
support system.
f. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
g. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan
sentuhlah dengan wajar.
h. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap
penyakit yang dideritanya.
|
a. Pemberian
informasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
b. Dapat
menurunkan kecemasan klien.
c. Membantu
klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
d. Mengetahui
dan menggali pola koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam
upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
e. Agar klien
memperoleh dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
f. Memberikan
kesempatan pada klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
g. Klien
mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
h. Data-data
mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan
dan menghindari adanya duplikasi.
|
11. Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan : Setelah
diberikan intervensi selama 3x24 jam klien dan keluarga paham tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil
:
1.
Klien dapat mengatakan secara akurat
tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
2.
Mengikuti prosedur dengan baik dan
menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur
tersebut.
3.
Mempunyai inisiatif dalam perubahan
gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo-
batan.
4.
Bekerjasama dengan pemberi
informasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
a.
Beri informasi yang akurat dan
faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak
diperlukan.
b.
Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama,
komplikasi. Jujurlah pada klien.
c.
Anjurkan klien untuk memberikan
umpan balik verbal dan mengkoreksi tentang penyakitnya.
d.
Review klien /keluarga tentang
pentingnya status nutrisi yang optimal.
e.
Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
f.
Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.
g.
Review pengertian klien dan
keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
h.
Tentukan persepsi klien tentang
kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain
yang menderita kanker.
|
a.
Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
b.
Membantu klien dan keluarga dalam
membuat keputusan pengobatan.
c.
Mengetahui sampai sejauh mana
pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
d.
Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
e.
Mengkaji perkembangan
proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan
kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
f.
Meningkatkan integritas kulit dan
kepala.
g.
Menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan terhadap pengetahuan klien.
h.
Memungkinkan dilakukan pembenaran
terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
|
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa Karsinoma buli-buli merupakan tumor superfisial. Tumor
ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot &
lemak
perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan
sekitar. Faktor resiko
Karsinoma Buli yaitu ; Perokok dan konsumsi Kopi,
Pekerja Pabrik bahan kimia. Penatalaksanaan
bisa
dilakukan dengan kemotherapy, operasi dan radiotherapy.
4.2
Saran
1.
Kepada orang tua
khususnya harus lebih waspada dalam memerhatikan kesehatan jasmani maupun rohaninya agar terhindar dari penyakit yang
tidak diinginkan salah satunya adalah
dengan melakukan olahraga secara rutin.
2.
Kami selaku penulis
menyarankan kepada para pembaca baik individu, keluarga maupun masyarakat serta
teman-teman, agar kiranya dapat memerhatikan adanya gejala nyeri, adanya
benjolan pada kandung kemih karena hal tersebut bisa menjadi suatu gejala dari
adanya suatu kanker pada kandung kemih
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki. 2012. Dasar-dasar urologi. Malang
: Sagung Seto
Smeltzer. 2002. Buku ajar keperawatan
medikal bedah. Jakarta : EGC
Nursalam, 2009. Asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Hadijah. 2011.
Vesika urinaria. http://hadijah arsyad.blogspot.com/2011/11/vesika-urinaria.html. Diakses pada tanggal 05 April 2014 pada pukul 17:45 WIB
Irfan. 2013. Anatomi dan fisiologi sistem perkemihan. http://irfanahb.blogspot.com/2013/03/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html. Diakses pada tanggal 05 April 2014 pada pukul 20:04 WIB