BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karsinoma
lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung, sebagian besar adalah
jenis adenokarsinoma. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut
kurang dari 25 % kanker itu terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun ( Osteen,
2003 ). Meskipun frekuensi telah menurun secara dramatis selama beberapa dekade
terakhir di dunia Barat, kanker ini masih memberikan kontribusi signifikan
terhadap kematian secara keseluruhan.Insiden adenocarcinoma sangat bervariasi
tergantung pada wilayah geografis.Insiden tahunan di Jepang diperkirakan 140
kasus per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan di dunia Barat insiden ini
diperkirakan 10 per 100.000 penduduk. Insiden yang lebih tinggi pada laki-laki
daripada perempuan rasio dari 1.5:2.5, kelompok-kelompok sosial yang miskin dan
orang-orang di atas usia 40 tahun yang diamati. Dan angka kejajian karsinoma
lambung (866.000 mortalitas/tahun). (WHO,2008)
Selain karsinoma lambung juga berkembang di masyarakat
penyakit karsinoma esophagus,yaitu suatu keganasan yang terjadi pada esofagus.
Kanker ini pertama kali di deskripsikan pada abad ke-19 dan pada tahun 1913
reseksi pertama kali sukses dilakukan oleh Frank Torek, pada tahun 1930-an,
ashawa di jepang dan marshall di America Serikat berhasil melakukan pembedahan
pertama dengan metode transtoraks esofagotomi dengan rekonstruksi ( fisichella,
2009 ). Epidemiologi pada tahun 2000 kanker terbanyak no. 8 412,000 kasus baru
pertahun, penyebab kematian nomor 6 dari kematian akibat kanker, 338.000
kematian pertahun.pda tahun 2002,462.000 kasus baru, dan 386.000 kematian.
(parkin DM, lancet oncol 2001 dan Ca Cancer J Clin 2005)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana
Anatomi dan fisiologi Lambung?
1.2.2 Bagaimana
Pengertian Kanker Lambung ?
1.2.3 Bagaimana
Etiologi Kanker Lambung ?
1.2.4 Bagaimana
patofisiologi dan WOC Kanker Lambung?
1.2.5 Bagaimana
klasifikasi Kanker Lambung?
1.2.6 Bagaimana
Manifestasi klinis Kanker Lambung?
1.2.7 Bagaimana
pemeriksaan diagnostik Kanker Lambung?
1.2.8 Bagaimana
komplikasi Kanker Lambung?
1.2.9 Bagaimana
penatalaksanaan Kanker Lambung?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan
Umum
Untuk mengetahui anatmoni dan
fisiologi Lambung dan penyakit Kanker Lambung
1.3.2 Tujuan
khusus
1.3.2.1 Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi Lambung
1.3.2.2 Untuk
mengetahui pengertian Kanker Lambung
1.3.2.3 Untuk
mengetahui Etiologi Kanker Lambung
1.3.2.4 Untuk
mengetahui patofisiologi dan WOC Kanker
Lambung
1.3.2.5 Untuk
mengetahui klasifikasi Kanker Lambung
1.3.2.6 Untuk
mengetahui Manifestasi klinis Kanker Lambung
1.3.2.7 Untuk
mengetahui pemeriksaan diagnostik Kanker Lambung
1.3.2.8 Untuk
mengetahui komplikasi Kanker Lambung
1.3.2.9 Untuk
mengetahui penatalaksanaan Kanker Lambung
1.4 Manfaat
1.4.1 Pasien
dapat mengetahui dan memelakukan pencegahan agar terhindar dari penyakit Kanker
Lambung
1.4.2 Pihak
pelayanan kesehatan khususnya perawat bisa lebih memahami dan lebih tepat dalam
melakukan intervensi keperawatan terhadap penyakit Kanker Lambung
1.4.3 Mahasiswa
lebih paham akan penyakit Kanker Lambung
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi dan fisiologi Lambung
Lambung atau gaster merupakan
bagian dari saluran yng dapat mengembang paling banyak terutama di daerah
epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berubungan dengan
esophagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma di depan
pancreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri. (Syaifuddin, 2003)
Bagian lambung terdiri dari:
1.
Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol
ke atas terletak sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas
2.
Korpus ventrikuli, setinggi osteum
kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor
3.
Atrum pylorus, bagian lambung berbentuk
tabung mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pylorus
4.
Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan
lambung, terbentang dari osteum kardiak sampai pylorus
5.
Kurvatura mayor, lebih panjang daripada
kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus
ventrikuli menuju kanan sampai ke pylorus inferior, ligamentum gastrolienalis
terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa
6.
Osteum kardiak, merupakan tempat
esophagus bagian abdomen masuk ke lambung, pada bagian ini terdapat orifisium
pilorik.
Susunan lapisan
dari dalam dan keluar, terdiri dari
1.
Lapisan selaput lender, apabila lambung
ini dikosongkan, lapisan ini akan berlipat-lipat disebut rugae
2.
Lapisan otot melingkar (muskulis
aurikularis)
3.
Lapisan oto miring (muskulus obliqus)
4.
Lapisan otot panjang (muskulus
longitudinal)
5.
Lapisan jaringan ikat/serosa
(peritoneum)
Sekresi
getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium bau makanan maka sekresi lambung akanterangsang. Rasa makanan
merangsang sekresi lambung karena kerja saraf menimbulkan rangsangan kimiawi
yang menyebabkan dindinglambung melepaskan hormone yang disebut sekresi getah
lambung.Getah lambung dihalangi oleh system saraf simpatis yang dpat terjadi
pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut. (Syaifuddin, 2003)
Fungsi
Lambung
|
1. Menampung
makanan, menghancurkan dan menghaluskan mkanan oleh peristaltic lambung dan
getah lambung
2. Getah
cerna lambung yang dihasilkan:
a.
Pepsin: memecah putih telur
mejadi asam amino (albumin dan peptor)
b.
Asam garam (HCl): mengasamkan
makanan, sebgai antiseptic dan disinfektan dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin
c.
Renin : ragi yang membekukan susu
dan membentuk kasein dar kasinogen (kasinogen dan protein susu)
d.
Lapisan lambung jumlahnya
sedikit, memecah lemak menjadi asam lemak merangsang sekresi etah lambung.
|
Kerja
Lambung
Lambung mensekresi cairan cairan
yang sangat asam dalam berespon atau sebagai antisipasi terhadap pencernaan
makanan.Cairan ini, yang dapat mempunyai pHserendah
1, memperoleh keasaman dari asam
hidroklorida yang disekresikan oleh kelenjar lambung.Fungsi sekresi asam
ini 2 kai lipat. (1) untuk memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat
diabsorbsi dan (2) untuk membantu destruksi kebanyakan bakteri pencernaan.
Lambung dapat menghasilkan sekresi kira-kira 2,4 L/hari.
Sekresi Lambung juga mengandung
enzim pepsin, yang penting untuk
memulai pencernaaan protein.Faktor
intrinsic juga disekresi oleh mukosa gaster.Senyawa ini berkombinasi dengan
vitamin B12 dalam diet, hingga vitamin dapat diabsorbsi didalam
ileum.
Tabel Enzim
Pencernaan Utama
|
||
Enzim
|
Sumber Enzim
|
Kerja Pencernaan
|
Kerja Enzim yang
mencerna Karbohidrat
|
||
Ptialin (Amilase
Saliva)
Amilase
Maltase
Sukrose
Laktosa
|
Kelenjar saliva
Pankreas
Mukosa Usus
Mukosa Usus
Mukosa Usus
|
Zat
pati-dekstrin,maltose, glukosa
Zat pati-dekstrin,
maltose, glukosa
Dekstrin- maltose,
glukosa
Maltosa-glukosa
Sukrosa-glukosa,fruktosa
Laktosa-glukosa.galaktosa
|
Kerja Enzim yang
mencerna protein
|
||
Pepsin
Tripasin
Aminopeptidase
Dipeptida
|
Mukosa Lambung
Pankreas
Mukosa Usus
Mukosa Usus
|
Protein-polipeptida
Protein dan
polipeptida-polopeptida, dipeptide, asam amino
Polipeptida-dipeptida,asam
amino
Dipeptida-asam amino
|
Kerja Enzim yang
mencerna lemak (Trigliserida)
|
||
Lipase Faringeal
Steasin
Lipase Pankreas
|
Mukosa Faring
Mukosa gaster
Pankreas
|
Trigliserida-asam
lemak, digliserida, moonogliserida
Trigliserida-asam
lemak, digliserida, moonogliserida
Trigliserida-asam
lemak, digliserida, moonogliserida
|
Tabel Zat Pengatur
Gastrointestinal Utama
|
||||
Zat
|
Stimulus untuk
produksi
|
Jaringan target
|
Efek pada sekresi
|
Efek pada Motilitas
|
Neuroregulator
|
||||
Asetikolin
Norepinefrin
|
Melihat, Mencium,
mengunyah makanan, distensi asam lambung
Stress, berbagai
rangsangan lain
|
Kelenjar Lambung,
kelenjar sekretori lain, otot gastrointestinal
Klenjar skretorius,
otot usus-tabung
|
Peningkatan asam
lambung
Secara umum,
menghambat
|
Secara umum
meningkat, penurunan tonus sfingter
Secara umum menurun,
meningkatkan tonus sfingter
|
Pengatur Hormonal
|
||||
Gastrin
Kolesistokinin
Sekretin
|
Distensi lambung
dengan makanan
Lemak dalam duodenum
ph
kimus dalam duodenum dibawah 4-5
|
Kelenjar lambung
Kandung Empedu
Pankreas
Lambung
Lambung
Pankreas
|
Peningkatan sekresi
getah lambung, yang kaya HCl
Melepaskan empedu kedalam
duodenum
Meningkatkan produksi
enzim-kaya sekresi pancreas
Sedikit menghambat
sekresi lambung
Sedikit menghambat
sekresi lambung
Meningkatkan produksi
bikarbonat-kaya getah pankreas
|
Peningkatan motilitas
lambung, penurunan waktu yang diperlukan untuk pengosongan lambung, relakasi
sfingter ileosekal, eksitasi kolon, konstriksi sfingter gastoesofagus
Menghambat kontraksi
lambung
|
Pengatur Lokal
|
||||
Histamin
|
Tidak jelas, zat
dalam makanan
|
Klenjar lambung
|
Meningkatkan produksi
asam lambung
|
|
·
Tidak hanya factor intriksik,
menyebabkan vitamin B12 tidak dpat diabsorbsi dan mengakibatkan
anemia pernisiosa.
Hormon-hormon,
neuroregulator, dan regulator local ditemukan didalam control sekresi gastrik
laju sekresi lambung dan mempengaruhi motilitas gaster.
Kontraksi
Peristaltik di dalam lambung mendorong isi lambung kea rah pylorus.Karena
partikel makanan besar tidak dapat melewati sfingter pylorus, partikel ini
diaduk kembali di dalam lambung secara mekanis dicampur dan dihancurkan manjadi
partikel lebih kecil.
Makanan
tetap berada di lambung selama waktu yang bervariasi dari setengah jam sampai
beberapa jam, tergantung pada ukuran partikel makanan, komposisi makanan, dan
factor lain. Peristaltic di dalam lambung dan kontraksi sfingter pylorus
memungkinkan akanan dicerna sebagian untuk masuk ke usu halus pada kecepatan
yang memungkinkan absorbsi nutrient efisien. (brunner, suddart.2001)
2.2
Pengertian Kanker Lambung
Kanker
lambung merupakan bentuk neoplasma maligna gastrointestinal. Karsinoma lambung
merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan
sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer Facts and Figures, 1991)
Neopasma
ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta, 2002)
Kanker
lambung adalah salah satu penyakit pembunuh manusia dengan jumlah kematian
14.700 setiap tahun.Kanker lambung terjadi pada kurvatura kecil atau antrum
lambung dan adenokarsinoma. Factor lain selain makanan tinggi asam yang
menyebabkan insiden kanker lambung mencakup Inflamasi lambung, anemia
pernisiosa, aklorhidria ( tidak adanya hidroklorida ). Ulkus lambung, bakteri
H, plylori, dan keturunan.( Suzanne C. Smeltzer )
Kanker
lambung atau tumor malignan perut adalah suatu adeno karrsinoma
.kanker ini menyebar ke paru –paru,nodus limfe dan hepar.faktor risiko meliputi
gastritis atrofik kronis dengan metaplasia usus anemia pernisiosa ,konsumsi
alkohol tinggi dan merokok .(Nettina sandra ,pedoman praktik keperawatan )
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi
dilambung, sebagian besar adalah dari jenis adenokarsinoma.Jenis kanker lambung
lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung
lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi
pada orang dibawah usia 50 tahun (Osteen, 2003). Kanker lambung pada pria
merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah kanker paru dan kanker kolorektal,
sedangkan pada wanita merupakan peringkat keempat setelah kanker payudara,
kanker serviks dan kanker kolorektal (Christian, 1999).
2.3
Etiologi Kanker Lambung
Penyebab pasti dari
kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai berikut:
1.
Faktor predisposisi
a.
Faktor genetic
Sekitar 10% pasien yang
mengalami kanker lambung memiliki hubungan genetik. Walaupun masih belum
sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada
50% tipe kanker lambung.Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip
adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi genetik pada kanker lambung
(Bresciani, 2003).
b.
Faktor umur
Pada kasus ini
ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien
kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 % kurang dari 30 tahun
(Neugut, 1996)
2. Faktor presipitasi
a. Konsumsi
makanan yang diasinkan, diasap atau yang diawetkan. Beberapa studi menjelaskan
intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor utama peningkatan kanker
lambung. Kandungan garam yang masuk kedalam lambung akan memperlambat
pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam
lambung. Gabungan kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan
komposisi nitrosamines didalam
lambung memberi kontribusi terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
b. Infeksi
H.pylori. H.pylori adalah bakteri
penyebab lebih dari 90% ulkus duodenum dan 80% tukak lambung (Fuccio, 2007).
Bakteri ini menempel di permukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara
membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran
sel-sel epitel lambung (Fuccio, 2009).
c. Sosioekonomi.
Kondisi sosioekonomi yang rendah dilaporkan meningkatkan risiko kanker lambung,
namun tidak spesifik.
d. Mengonsumsi
rokok dan alkohol. Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan
dikombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkat risiko kanker lambung
(Gonzales, 2003)
e. NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengonsumsi NSAIDs dalam
jangkan waktu yang lama dan hal ini (polip lambung) dapat menjadi prekursor
kanker lambung. Kondisi polip lambung akan meningkatkan risiko kanker lambung
(Houghton, 2006).
f. Anemia
pernisiosa. Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor intrinsik sekresi
lambung. Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H.pylori memberikan kontribusi penting terbentuknya tumorigenesis
pada dinding lambung (Santacrose, 2008).
2.4
Patofisiologi
dan WOC Kanker Lambung
Karsinoma gaster merupakan
bentuk neoplasma lambung yang paling sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6
% dari semua kematian akibat kanker. Laki-laki lebih sering terserang dan
sebagian besar kasus timbul setelah usia 40 tahun(Sjamsuhidajat , 1997).
Penyebab kanker lambung
tidak diketahui tetapi dikenal faktor-faktor predisposisi tertentu. Faktor
genetik memegang peranan penting, dibuktikan karsinoma lambung lebih sering
terjadi pada orang dengan golongan darah A. Selain itu faktor ulkus gaster
adalah salah satu faktor pencetus terjadinya karsinoma gaster(Sjamsuhidajat ,
1997).
Pada stadium awal,
karsinoma gaster sering tanpa gejala karena lambung masih dapat berfungsi
normal. Gejala biasanya timbul setelah massa tumor cukup membesar sehingga bisa
menimbulkan gangguan anoreksia, dan gangguan penyerapan nutrisi di usus
sehingga berpengaruh pada penurunan berat badan yang akhirnya menyebabkan
kelemahan dan gangguan nutrisi. Bila kerja usus dalam menyerap nutrisi makanan
terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi yang akan mengalami penurunan
yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal inilah yang menyebabkan gangguan pada
perfusi jaringan penurunan pemenuhan kebutuhan oksigen di otak sehingga efek
pusing sering terjadi(Sjamsuhidajat , 1997).
Pada stadium lanjut bila
sudah metastase ke hepar bisa mengakibatkan hepatomegali. Tumor yang sudah
membesar akan menghimpit atau menekan saraf sekitar gaster sehingga impuls
saraf akan terganggu, hal ini lah yang menyebabkan nyeri tekan
epigastrik(Sjamsuhidajat , 1997).
Adanya nyeri perut,
hepatomegali, asites, teraba massa pada rektum, dan kelenjar limfe
supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang membesar menunjukkan penyakit
yang lanjut dan sudah menyebar. Bila terdapat ikterus obstruktiva harus
dicurigai adanya penyebaran di porta hepatik(Sjamsuhidajat , 1997).
Kasus stadium awal yang
masih dapat dibedah untk tujuan kuratif memberikan angka ketahanan hidup 5
tahun sampai 50 %. Bila telah ada metastasis ke kelenjar limfe angka tersebut
menurun menjadi 10 %. Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat
direseksi atau dioperasi tidak radikal. Kombinai sitostatik memberikan
perbaikan 30-40% untuk 2-4 bulan(Sjamsuhidajat , 1997).
Pembedahan dilakukan
dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk tujuan kuratif dilakukan operasi
radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau total) dengan mengangkat kelejar limfe
regional dan organ lain yang terkena. Sedangkan untuk tujuan paliatif hanya
dilakukan pengangkatan tumor yang perforasi atau berdarah (Sjamsuhidajat ,
1997).
2.5
Klasifikasi
Kanker Lambung
Early gastric cancer (tumor ganas
lambung dini). Berdasarkan hasil pemeriksaan radiolog dapat dibagi atas:
1.
Tipe
I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya
terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler
permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
2.
Tipe
II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe.
a. Tipe II.a. (Elevated type)
Tampaknya sedikit elevasi mukosa
lambung.Hampir seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan
melebar.
b. Tipe II.b. (Flat type)
Tidak terlihat elevasi atau depresi
pada mukosa dan hanya terlihat perubahan pada warna mukosa.
c. Tipe II.c. (Depressed type)
Didapatkan permukaan yang iregular
dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik / perdarahan.
3.
Tipe
III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas
lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti tipe II c dan tipe III atau tipe
III dan tipe II c, dan tipe II a dan tipe II c.
Advanced gastric cancer (tumor ganas
lanjut). Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma
yang sering juga disebut sebagai fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik
dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating
Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa sekitarnya menonjol dan
disertai nodular.Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan
dan merah kehitaman.Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous
type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh
mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating
type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan infiltrasi difus pada seluruh
mukosa.
2.6
Manifestasi
klinis Kanker Lambung
Gejala
awal dari kanker lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini dikurvatura
kecil, yang hanya sedikit menyebabkan ganguan fungsi lambung.Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa gejala awal seperti nyeri yang hilang dengan
antasida dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna.Gejala penyakit
progresif dapat meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan BB,
nyeri abdomen, konstipasi, anemia dan mual serta muntah (Harnawati, 200, KMB).
Gejala klinis yang ditemui antara lain(Davey, 2005):
a.
Anemia,
perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan defisiensi Fe mungkin
merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang paling umum.
b.
Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit metastasis
lanjut.
c.
Muntah,
merupakan indikasi akan terjadinya (impending)
obstruksi aliran keluar lambung.
d.
Disfagia
e.
Nausea
f.
Kelemahan
g.
Hematemesis
h.
Regurgitasi
i.
Mudah
kenyang
j.
Asites
perut membesar
k.
Kram
abdomen
l.
Darah
yang nyata atau samar dalam tinja
m. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama
sehabis makan
2.7
Pemeriksaan
diagnostik Kanker Lambung
1. Pemeriksaan
radiologi
Pemeriksaan
radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah endoskopi, endoskopi
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk mendiagnosa
karsinoma gaster.Endoskopi dengan resolusi tinggi dapat mendeteksi perubahan
ringan pada warna, relief arsitektur dan permukaan mukosa gaster yang mengarah
pada karsinoma dini gaster (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan
radiologi dengan menggunakan barium enema masih digunakan di Jepang sebagai
protokol untuk skrinning, bila kemudian dijumpai kelainan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan dengan endoskopi (Lumongga, 2008).
2. Pemeriksaan
sitologi
Pemeriksaan
sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologi brushing. Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel
superfisial yang reguler memben tuk
gambaran seperti honey comb. Sel-sel
ini mempunyai inti yang bulat dengan kromatin inti yang tersebar merata (Lumongga, 2008).
Pada
keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma yang sedikit dan
inti sedikit membesar.Pada karsinoma, sel-sel menjadi tersebar ataupun sedikit
berkelompok yang irreguler, inti sel membesarn hiperkromatin dan mempunyai anak
inti yang multipel atau pun giant nukleus
(Lumongga, 2008).
Pemeriksaan
sitologi brushing ini jika dilakukan
dengan benar, mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini
dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai keakuratannya dapat mencapai 96% (Lumongga, 2008).
3. Pemeriksaan
makroskopis
Secara
makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi atas dua golongan, yaitu
tumor dengan ukuran < 5 mm, disebut dengan minute dan tumor dengan ukuran 6 – 10 mm disebut dengan small (Lumongga,
2008).
Lokasi
tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum (50-60%), curvatura
minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%).Paling banyak terjadi
karsinoma lambung pada daerah daerah curvatura minor bagian antropyloric (Lumongga, 2008).
3.
Pemeriksaan laboratorium (Hamsafir, 2010)
Anemia (30%) dan tes darah
positif pada feses dapat ditemukan akibat perlukaan pada dinding lambung.LED
meningkat.Fractional test meal à ada aklorhidria pada 2/3 kasus kanker
lambung.Elektrolit darah dan tes fungsi hati à kemungkinan metastase ke hati.
4. Radiologi (Hamsafir,
2010) :
a.
Foto
thorax : dipakai untuk melihat
metastase Paru.
b.
Barium
Meal Double-contrastà additional
defect, iregularitas mukosa → tumor primer atau penyebaran tumor ke
esofagus/ duodenum.
c.
Ultrasonografi
abdomen → untuk mendeteksi metastase
hati.
d.
CT scan
atau MRI pada thorax, abdomen, dan pelvis → lihat ekstensi tumor transmural, invasi keorgan dan jaringan
sekitar, metastasis kelenjar, asites.Untuk menilai proses penyebaran tumor
seperti : menilai keterlibatan serosa, pembesaran KGB dan metastase ke hati dan
ovarium.
5. CT Staging pada karsinoma lambung (Hamsafir,
2010) :
1) Stage
I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
2) Stage
II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
3) Stage
III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
4) Stage
IV : Penyakit telah bermetastase.
6. Endoskopi dan Biopsi (Hamsafir, 2010) :
a.
Sebagai
Gold Standar pemeriksaan malignitas gaster.
b.
Ultrasound
Endoskopi → kedalaman infiltrasi tumor & melihat pembesaran
limf.selika dan perigastrik (> 5mm).
Gambar
1.Endoskopi lambung (Zadeh, 2011).
Gambar
2.Infiltrasi Karsinoma gaster (Alejandro).
Gambar
3.Karsinoma gaster pada fundus gaster (Alejandro).
Gambar 4.Karsinoma gaster pada antrum gaster
(Alejandro).
Gambar
5.Karsinoma gaster yang menyebabkan obstruksi antrum gaster (Alejandro).
2.8
Komplikasi
Kanker Lambung
a.
Perforasi
Dapat terjadi
perforasi akuta dan perforasi kronika
1.
Perforasi akut
AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi akut yang terbuka dari
karsinoma ventrikuli. Yang sering terjadi perfirasi yaitu: tipe ulserasi dari
kanker yang letaknya di kurvatura minor, diantrium dekat pylorus. Biasanya
mempunyai gejala-gejala yang mirip demean perforasi dari ulkus peptikum.
Perforasi ini sering dijumpai pada pria (Hadi, 2002).
2.
Perforasi kronika
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya,
misalnya oleh omentum atau bersifat penetrasi.Biasanya lebih jarang dijumpai
jika dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus benigna.Penetrasi mungkin
dijumpai antara lapisan omentun gastrohepatik atau dilapisan bawah dari
hati.Yang sering terjadi yaitu perforasi dan tertutup oleh pancreas. Dengan
terjadinya penetrasi maka akan terbentuk suatu fistul, misalnya gastrohepatik,
gastroenterik dan gastrokolik fistula (Hadi, 2002).
b.
Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena terjadi ± 5
% dari karsinoma ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip seperti pada perdarahan
massif maka banyak darah yang hilang sehingga timbullah anemia hipokromik(Hadi, 2002).
c. Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang
disertai keluhan muntah-muntah (Hadi, 2002).
d. Adhesi
Jika tumor
mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan organ
sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut (Hadi, 2002)
2.9
Penatalaksanaan
Kanker Lambung
Tidak
ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat
tumornya.Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung,
pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang tidak dapat
dieksisi secara bedah penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan
pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh
dengan reseksi tumor.
Bila
gastrektomi subtotal radikal dilakukan, punting ambung dianastomosisikan pada
jejunum, seperti pada gastrektomi ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan
kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung
esophagus dan jejunum. Bila ada metastasis pada organ vital lain, seperti
hepar, pembedahan dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan
radikal.Pembedahan paliatif dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi dan
disfagia.
Untuk
pasien yang menjalani pembedahan namun tidak menunjukkan perbaikan, pengobatan
dengan kemoterapi dapat memberikan control lanjut terhadap penyakit atau
paliasi.Obat kemoterapi yang sering digunakan mencakup kombinasi 5-fluorourasil
(5FU), Adriamycin, dan mitomycin-C.Radiasi dapat digunakan untuk paliasi pada
kanker lambung.( brunner& suddart, 2001)
BAB
3
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN KANKER LAMBUNG
3.1 Pengkajian
Perawat
mendapatkan riwayat diet dari pasien yang memfokuskan pada isu seperti masukan
tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan sayuran yang rendah.
Apakah pasien mengalami penurunan BB, jika ya seberapa banyak.
Apakah
pasien perokok?Jika ya seberapa banyak sehari dan berapa lam?Apakah pasien
mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok?Apakah pasien
minum alcohol?Jika ya seberapa banyak?Perawat menanyakan pada pasien bila ada
riwayat kleuarga ttg kanker.Bila demikian anggota keluarga dekat atau langsung
atau kerabat jauh yang terkena?Apakah status perkawinan pasien?Adakah seseorang
yang dapat memberikan dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan
palpasi massa. Perawat harus mengobservasi adanya ansites. Organ diperiksa
untuk nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya gejala yang lambat.( Brunner& Suddart,
2001)
I. Anamnesis (Hamsafir,
2010) :
a.
Nyeri
b.
Penurunan Berat badan.
c.
Muntah
d.
Anoreksia
e.
Disfagia
f.
Nausea
g.
Kelemahan
h.
Hematemasis
i.
Regurgitasi
j.
Mudah kenyang
k.
Asites ( perut membesar)
l.
Keram
abdomen
m.
Darah yang nyata atau samar dalam tinja
n.
Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama
sehabis makan.
II.
Pemeriksaan Fisik (Hamsafir, 2010) :
a.
Status hemodinamik : tekanan darah, nadi, akral dan
pernafasan
b. Berat
badan kurang, kaheksia, konjungtiva kadang–kadang anemis
c. Pemeriksaan
Abdomen daerah epigastrium dapat teraba massa, nyeri epigastrium. Pada
keganasan dapat ditemukan hepatomegali, asites.
d. Bila
ada keluhan melena, lakukan pemeriksaan colok dubur.
e. Keganasan
→ cari pembesaran kelenjar supraklavikula (Virchow’s node), kelenjar
aksila kiri (Irish’s node), ke umbilikus (Sister Mary Joseph’s node), teraba
tumor daerah pelvis cul-de-sac pada pemeriksaan colok dobur (Blumer’s shelf),
pembesaran ovarium (Krukenberg’s tumor)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d adanya sel epitel abnormal,
gangguan impuls saraf lambung
2. Nutrisi kurang dari kebutuhanb/d
anoreksia
3. Ansietas b/d keganasan penyakit
stadium lanjut
4. Resiko infeksi b/d insisi bedah
5. Resiko berisihan napas tidak efektif
b.d penumpukan secret
3.3 Intervensi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan nyeri berkurang , terkontrol.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
-Pasien tidak tampak meringi
-Skala nyeri 0 ( tidak nyeri)
-Pasien tampak lebih rileks
Intervensi :
- Kaji karakteristik nyeri dan
ketidaknyamanan; lokasi, kualitas frekuensi, durasi,dsb.
R: memberikan dasar untuk mengkaji perubahan tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.
R: memberikan dasar untuk mengkaji perubahan tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi.
- Tenangkan pasien bahwa anda
mengetahui bahwa nyeri yang dirasakan adalah nyata dan bahwa anda kan membantu
pasien dalam mengurangi nyeri tsb.
R: Rasa takut dapat meningkatkan
ansietas dan mengurangi toleransi nyeri.
- Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas resep dokter.
- Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk meningkatkan peredaran nyeri optimal dalam batas resep dokter.
R: Cenderung lebih efektif ketika
diberikan dini pada siklus nyeri.
- Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamnan dengan distraksi, imajinasi, relaksasi.
- Ajarkan pasien strategi baru untuk meredakan nyeri dan ketidaknyamnan dengan distraksi, imajinasi, relaksasi.
R: Meningkatkan strategi pereda
nyeri alternative secara tepat.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b/d anoreksia.
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria
hasil :
-
Klien akan mempertahankan masukan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme
- Nafsu makan meningkat
- Nafsu makan meningkat
-
Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi
Keperawatan :
-
Ajarkan pasien hal-hal sbb : hindari pandangan, bau, bunyi-bunyi yang tidak
menyenangkan didalam lingkungan selama waktu makan.
R:
anoreksia dapat distimulasi atau ditingkatkan dengan stimuli noksius.
- Sarankan makan yang disukai dan yang ditoleransi dengan baik oleh pasien, lebih baik lagi makanan dengan kandungan tinggi kalori/protein. Hormati kesukaan makanan berdasarkan etnik.
- Sarankan makan yang disukai dan yang ditoleransi dengan baik oleh pasien, lebih baik lagi makanan dengan kandungan tinggi kalori/protein. Hormati kesukaan makanan berdasarkan etnik.
R:
makanan kesukaan yang dioleransi dengan baik dan tinggi kandungan kalori serta
proteinnya akan mempertahankan status nutrisi selama periode kebutuhan
metabolic yang meningkat.
-
Berikan dorongan masukan cairan yang adekuat, tetapi batasi cairan pada waktu
makan.
R:
tingkat cairan diperlukan untuk menghilangkan produk sampah dan mencegah
dehidrasi.
-
Meningkatkan kadar cairan bersama makanan dapat mengarah pada keadaan kenyang.
Pertimbangkan makanan dingin, jika diinginkan.
R:
makanan dingin tinggi kandungan protein sering lebih dapat ditoleransi dengan
baik dan tidak berbau dibanding makanan yang panas.
-
Kolaboratif pemberian diet cair komersial dengan cara pemberian makan enteral
melalui selang, diet makanan elemental/makanan yang diblender melalui selang makan
silastik sesuai indikasi.
R:
pemberian makanan melalui selang mungkin diperlukan pada pasien yang sangat lemah
yang sistem gastrointestinalnya masih berfungsi
3. Ansietas b/d keganasan penyakit
stadium lanjut
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan ansietas klien menurun.
Kriteria
hasil :
-
Klien lebih rileks
-
Nadi normal
-
Tidak terjadi peningkatan respirasi
Intervensi
:
-
Berikan lingkungan yang rileks dan tidak mengancam.
R:
pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah, dan kemungkinan rasa marah akibat
diagnosisi dan prognosisi.
-
Berikan dorongan partisipasi aktif dari pasien dan keluarganya dalam keputusan
perawatan dan pengobatan.
R:
untuk mempertahankan kemandirian dan kontrol pasien.
-
Anjurkan pasien mendiskusikan perasaan pribadi dengan orang pendukung misalnya
rohaniawan bila diinginkan.
R:
menfasilitasi proses berduka dan perawatan spiritual.
4.
Risiko
infeksi b/d insisi bedah
Tujuan : Setelah diberikan asuhan
keperawatan tidak terjadi gejala infeksi.
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
- Tidak timbul kemerahan
- Tidak adanya pembengkakan
- Tidak timbul nyeri
- Tidak ada peningkatan suhu
- Tidak kehilangan fungsi
Intervensi :
- Kaji luka terhadap tanda dan
gejala infeksi seperti kemerahan, bengkak, demam, nyeri tekan, dan kehilangan
fungsi.
R: luka harus bersih, karena jika
keadaan luka kotor akan lebih rentan terjadi infeksi.
- Kaji abdomen terhadap tanda
peritonitis, nyeri tekan, kekakuan, distensi.
R: peritonitis dapat terjadi sekunder akibat bedah lambung.
R: peritonitis dapat terjadi sekunder akibat bedah lambung.
- Kolaborasi pemberian antibiotic
profilaktik sesuai program.
R: antibiotic sering diberikan pada
klien setelah bedah abdomen untuk mencegah infeksi
5. Resiko
bersihan napas tidak efektif b.d kemampuan batuk menurun pasca bedah
Tujuan:
dalam waktu 2x24 jam pascabedah gastrektomi, bersihan jalan nafas pasien tetap
optimal.
Kriteria
evaluasi:
-
Jalan nafas bersih, tidak ada akumulasi
darah pada jalan nafas.
-
Suara nafas normal, tidak ada bunyi
nafas tambahan seperti stridor.
-
Tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan.
RR dalam batas normal 12-20
x/menit.
Kaji dan monitor jalan nafas.
R/ Deteksi awal untuk interpretasi
intervensi selanjutnya. Salah satu cara untuk mengetahui apakah pasien bernafas
atau tidak adalah dengan menempatkan telapak tangan diatas hidung dan mulut
pasien, untuk merasakan hembusan nafas. Gerakan toraks dan diafragma tidak
selalu menandakan pasien bernafas.
Beri oksigen 3 liter/menit
R/ Pemberian oksigen dilakukan pada
fase awal pascabedah. Pemenuhan oksigen dapat membantu meningkatkan PaO2
dicairan otak, yang akan memengaruhi pengaturan pernafasan.
Instruksikan pasien untuk nafas
dalam dan melakukan betuk efektif.
R/ Pada pasien pascabedah dengan tingkat
toleransi yang baik, pernafasan diafragma dapat meningkatkan ekspansi
paru.Berbagai tindakan dilakukan untuk memperbesar ekspansi dada dan pertukaran
gas.
2.4
DISCHART
PLANNING
Perawatan Umum Pasca Operasi
Pengamatan - aktivitas penting dalam
perawatan
Mengamati yang dimaksudkan adalah
menguasai secara pasti konten perawatan perkembangan atau perubahan penyakit,
adalah premis efektif melaksanakan berbagai perawatan dan kegiatan seluruh
perawatan.
Setiap
pasien secara akurat memiliki perbedaan tidak hanya dari penyakit, tetapi juga
sebelum operasi, media intraoperatif yang tidak sepenuhnya sama, perubahan
kondisi pasca operasi pun sangat berbeda, oleh karena itu, hanya melalui
observasi konstan dan cermat terhadap reaksi kondisi pasien, barulah dapat dengan
baik menguasai kondisi penyakit pasien, tepat waktu melakukan perawatan dan
pengobatan yang tepat. Para perawat dan dokter mengamati indikator untuk
mengukur kesehatan tubuh fisik dan mental, termasuk suhu, denyut nadi,
respirasi, dan tekanan darah. Perlu disebutkan di sini bahwa untuk menjaga
pasien setelah operasi, di samping untuk pasien sakit kritis khusus atau
diperlukan perawat yang menjaga 24 jam penuh untuk mengamati kuman, yang paling
umum biasanya anggota keluarga atau kerabat yang menemani pasien akan memainkan
peran yang sangat penting dalam rehabilitasi pasien.
Perawatan Luka Setelah Operasi
Setelah
operasi, luka anda akan ditutup dengan dressing occlusive. Setiap beberapa hari
akan diganti, dan luka dibersihkan. Luka infus akan tetap sampai tidak ada lagi
cairan yang dimasukkan. Jika kateter ini melekat dengan tabung maka hari harus
diganti setiap hari.Biasanya pipa pembuangan dikeluarkan 3-7 hari setelah
operasi, tapi jahitan setidaknya sepuluh hari setelahnya.
Bangun dari tempat tidur setelah
operasi
Pada
awalnya, dan memindahkan tubuh tampaknya tidak mungkin. Perlahan-lahan,
aktivitas fisik aktif akan baik bagi Anda, tetapi melakukannya langkah demi
langkah. Setelah operasi, terapis akan datang dan membantu melatih mengatur
pernapasan Anda dan latihan kaki.
Satu
sampai dua hari setelah operasi, perawat akan mengajak anda untuk bangun dari
tempat tidur, dan duduk di kursi. Meskipun tubuh masih terdapat berbagai infus
dan botol infus, tetapi perawat akan membantu Anda melakukannya. Beberapa hari
berikutnya, tabung dan botol secara bertahap akan dikeluarkan, berjalan dan
bergerak akan relatif lebih mudah, Anda akan merasakan tubuh Anda mulai untuk
pulih.
Diet Pasca-operasi
Bila
Anda tidak bisa makan, dokter akan menggunakan intravena nutrisi, untuk tubuh
anda yang membutuhkan berbagai suplemen gizi. Setelah itu, Anda bisa mulai dari
minuman, secara bertahap melanjutkan makan.Tunggu setelah makan dapat normal,
dapat makan protein lebih tinggi, asupan makanan tinggi serat. Makanan tinggi
protein seperti susu, telur, ikan, daging, unggas, kedelai kategori produk,
makanan berserat tinggi seperti hati hewan, wortel, tomat, lemon, buah, dll,
terutama makanan anti-kanker seperti wortel , jamur, jamur, kacang-kacangan,
ergot, hari lily, asparagus, kura-kura bisa makan lebih banyak.
Setelah
operasi, karena tubuh masih lemah, di bawah diet premis yang wajar, Anda juga
dapat memilih untuk memenuhi perawatan medis, dalam rangka mempercepat
pemulihan tubuh. Memilih pengobatan tradisional China, sedapat mungkin sesuai
dengan perintah dokter, memilih analgesik anti-inflamasi pengobatan China yang
memiliki khasiat lebih baik, untuk meningkatkan tingkat penyerapan seseorang,
meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah kekambuhan kanker.