Selasa, 02 April 2013

ASKEP ENSEFALITIS STIKES NHM


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya. 

Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan mikroba.
Sebagaimana uraian diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu masalah yang diakibatkan oleh terjadinya inveksi terhadap jaringan otak oleh virus, bakteri, cacing, protozoa, jamur, atau ricketsia, yang biasa disebut dengan ensefalitis.
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ada banyak tipe-tipe dari ensefalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi yang disebabkan oleh virus-virus. Ensefalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
 Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.

Berdasarkan faktor penyebab yang sering terjadi maka ensefalitis diklasifikasikan menjadi enam tipe, yaitu : ensefalitis supurativa, ensefalitis siphylis, ensefalitis virus, ensefalitis karena fungus, ensefalitis karena parasit, dan riketsiosa serebri. Adapun pelaksanaan yang bisa dilakukan untuk menangani masalah ensefalitis adalah dengan pemberian antibiotik, isolasi untuk mengurangi stimuli dari luar, terapi anti mikroba, mengontrol terjadinya kejang dan lain-lain.
Encephalitis Herpes Simplek merupakan komplikasi dari infeksi HSV ( Herpes Simplek Virus ) yang mempunyai mortalitas dan morbiditas yang tinggi terutama pada neonates. EHS (Encephalitis Herpes Simplek ) yang tidak diobati sangat buruk dengan kematian 70-80% setelah 30 hari dan meningkat menjadi 90% dalam 6 bulan. Pengobatan dini dengan asiklovir akan menurunkan mortalitas menjadi 28%. Gejala sisa lebih sering ditemukan dan lebih berat pada kasus yang tidak diobati. Keterlambatan pengobatan yang lebih dari 4 hari memberikan prognosis buruk, demikian juga koma, pasien yang mengalami koma seringkali meninggal atau sembuh sengan gejala sisa yang berat

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud dengan ensefalitis ?
b.      Apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses  terjadinya ensefalitis ?
c.       Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?
d.      Asuhan keperawatan apa saja yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis ?
e.       Apa yang dimaksud dengan legal etis dalam keperawatan serta prinsip-prinsip apa saja yang harus dipegang sebagai seorang perawat?



1.3  Tujuan
1.3.1   Tujuan Umum
a.       Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai ensefalitis serta mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah ensefalitis.
1.3.2   Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ensefalitis.
b.      Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya ensefalitis.
c.       Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien dengan masalah ensefalitis.
d.      Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis.
e.       Mahasiswa mampu memahami pengertian dari legal dan etis dalam keperawatan serta mengetahui prinsip-prinsip yang harus dipegang sebagai seorang perawat profesional.



 
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Definisi
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian.
2.2  Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab  ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
a.       Infeksi virus yang bersifat endemik
1)      Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
2)      Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
b.      Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
c.       Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit. Hassan, 1997).

2.3  Patogenesis Ensefalitis
Virus masuk kedalam tubuh klien melalui kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
a.     Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
b.    Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
c.     Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.

2.4  Manifestasi Klinis
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :
a.     Panas badan meningkat.
b.    Sakit kepala.
c.     Muntah-muntah lethargi.
d.    Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
e.     Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f.     Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
2.5  Klasifikasi
Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
a.                  Ensefalitis Supurativa
a.    Patogenesis
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari piema yang berasal dari radang, abses di dalam paru, bronkiektasi, empiema, osteomeylitis cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk ventrikel.
b.    Manifestasi Klinis
Secara umum gejala yang timbul dapat berupa trias ensefalitis seperti :
1)      Demam.
2)      Kejang.
3)      Kesadaran menurun.
4)      Bila ensefalitis berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik dan progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, dan kesadaran menurun.
5)      Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
6)      Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses.
c.    Terapi pada ensefalitis supurativa adalah dengan pemberian:
1)        Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2)        Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.


b.             Ensefalitis Siphylis
a.    Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf pusat. Treponema pallidum akan tersebar diseluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain susunan saraf pusat.
b.    Manifestasi Klinis
Adapun gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu :
1)      Gejala-gejala neurologis
a)      Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan.
b)      Afasia.
c)      Apraksia.
d)     Hemianopsia.
e)      Penurunan kesadaran
f)       Pupil Agryll- Robertson.
g)      Nervus opticus dapat mengalami atrofi.
h)      Pada stadium akhir timbul gangguanan-gangguan motorik yang bersifat progresif.
2)      Gejala-gejala mental
a)      Timbulnya proses dimensia yang progresif.
b)      Intelgensia yang mundur perlahan-lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja.
c)      Daya konsentrasi mundur.
d)     Daya ingat berkurang.
e)      Daya pengkajian terganggu.
c.    Terapi pada ensefalitis siphylis
1)        Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari.
2)        Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskular + probenesid 4x500mg oral 14 hari.
3)        Bila alergi pada penisilin, maka bisa diberikan :
a)    Tetrasiklin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.
b)   Eritromisin 4 x 500 mg per oral selama 30 hari.
c)    Cloramfenicol 4 x 1 g intra vena selama 6 minggu.
d)   Seftriaxon 2 g intra vena/intra muscular selama 14 hari.

c.              Ensefalitis Virus
Adapun virus yang dapat menyebabkan radang otak pada manusia adalah sebagai berikut :
a.    Virus RNA
1)        Paramikso virus : virus parotitis, irus morbili.
2)        Rabdovirus : virus rabies.
3)        Togavirus : virus rubella flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue).
4)        Picornavirus : enterovirus (virus polio, coxsackie A, B, echovirus).
5)        Arenavirus: virus koriomeningitis limfositoria.
b.    Virus DNA
1)        Herpes virus : herpes zoster-varisella, herpes simpleks, sitomegalivirus, virus Epstein-barr Poxvirus : variola, vaksinia.
2)        Retrovirus: AIDS.
c.    Manifestai Klinis
1)        Demam.
2)        Nyeri kepala
3)        Vertigo.
4)        Nyeri badan.
5)        Nausea.
6)        Kesadaran menurun.
7)        Kejang-kejang.
8)        Kaku kuduk.
9)        Hemiparesis dan paralysis bulbaris.
d.   Terapi pada ensefalitis karena virus
1)        Pengobatan simtomatis
a)    Analgetik dan antipiretik : Asam mefenamat 4 x 500 mg.
b)   Anticonvulsi : Phenitoin 50 mg/ml intravena 2 x sehari.
2)        Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-varicella.
3)        Asiclovir 10 mg/kgBB intra vena 3 x sehari selama 10 hari atau 200 mg peroral tiap 4 jam selama 10 hari.

d.                 Ensefalitis Karena Parasit
a.    Malaria Serebral
Plasmodium falsifarum penyebab terjadinya malaria serebral. Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak.
Gejala-gejala yang timbul adalah demam tinggi, kesadaran menurun hingga koma. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi kerusakan-kerusakan yang terjadi.
b.    Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c.    Amebiasis
Amuba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut.
Gejala-gejalanya adalah demam akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d.   Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk kedalam pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya. Gejala-gejala neurologik yang timbul tergantung pada lokasi kerusakan yang terjadi.
e.    Terapi pada ensefalitis karena parasit
1)        Malaria serebral : Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.
2)        Toxoplasmosi
a)    Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
b)   Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan.
c)    Spiramisin 3 x 500 mg/hari.
3)        Amebiasis : Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
e.              Ensefalitis Karena Fungus
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang ditimbulkan infeksi fungus pada sistem saraf pusat ialah meningo-ensefalitis purulenta. Faktor yang memudahkan timbulnya infeksi adalah daya imunitas yang menurun.
a.       Terapi pada ensefalitis karena fungus
1)   Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari sekali minimal 6 minggu.
2)   Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6 minggu.
f.              Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis. Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear, yang terdapat pula disekitar pembuluh darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, sukar tidur, kemudian mungkin kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
a.    Terapi pada riketsiosis serebri
1)   Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari.
2)   Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari.

2.6    WOC Ensefalitis

Virus / Bakteri
Mengenai CNS
Ensefalitis
TIK
Kejaringan Susunan Saraf Pusat
Panas/sakit kepala
Disfungsi hipotalamus
Hipertermi

Kerusakan Susunan Saraf Pusat
-  Gangguan penglihatan
-  Kejang spastik
-  Gangguan bicara
-  Gangguan pendengaran
-  Kelemahan gerak
Resiko cedera
Gangguan rasa nyaman
Inflamatorykepala
Hipertemi
Hipermetabolik
Gangguan sensorik dan motorik
 


 
2.7    Pemeriksaan Penunjang
a.     Biakan :
1)      Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil yang positif.
2)      Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3)      Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif .
4)      Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b.    Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh,  IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
c.       Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d.      Punksi lumbal  Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e.       EEG/ Electroencephalography  EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan kecepatan. (Smeltzer, 2002).
f.       CT scan  Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus inferomedial temporal dan lobus frontal (Victor, 2001).

2.8    Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ensefalitis antara lain :
a.    Isolasi : isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.
b.    Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur. Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :
1)        Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
2)        Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis.
3)        Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
4)        Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
c.    Mengurangi meningkatnya tekanan intrakranial : manajemen edema otak
1)        Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.
2)        Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.
3)        Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.
d.   Mengontrol kejang : Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
1)        Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
2)        Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama.
3)        Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
e.    Mempertahankan ventilasi : Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).
f.     Penatalaksanaan shock septik.
g.    Mengontrol perubahan suhu lingkungan.
h.    Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala.  Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral (Hassan, 1997).

2.9    Asuhan Keperawatan Masalah Ensefalitis
2.9.1   Pengkajian
a.    Identitas : Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b.    Keluhan Utama, berupa panas badan meningkat, kejang, dan kesadaran menurun.
c.    Riwayat Penyakit Sekarang : Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
d.   Riwayat Penyakit Dahulu : Klien sebelumnya menderita batuk, pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.
e.    Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dan lain-lain. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus, E, Coli, dan lain-lain.
f.     Imunisasi : Kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena ensefalitis dapat terjadi pada post imunisasi pertusis.

a.    Pola-pola Fungsi Kesehatan
1)   Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
a)      Kebiasaan : sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur, kebiasaan buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesaan (daerah kumuh).
b)      Status Ekonomi: Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
2)   Pola nutrisi dan metabolisme
a)        Menyepelekan anak yang sakit, tanpa pengobatan yang semestinya.
b)        Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makanan dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.
c)        Pada klien dengan Ensefalitis biasanya ditandai dengan adanya mual, muntah, kepala pusing, dan kelelahan.
d)       Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh. Postur tubuh biasanya kurus, rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.
3) Pola eliminasi
a)        Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis karena klien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstivasi.
b)        Kebiasaan BAK sehari-hari. Biasanya pada klien Ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal.
c)        Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine pekat.
4)   Pola tidur dan istirahat. Biasanya pola tidur dan istirahat pada klien Ensefalitis biasanya tidak dapat dikaji karena klien sering mengalami apatis sampai koma.
5)   Pola Aktivitas
a)        Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena klien Ensefalitis mengalami kelemahan penurunan kesadaran.
b)        Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
c)        Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada klien gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM.
d)       Kekuatan otot berkurang karena klien Ensefalitis dengan gizi buruk .
e)        Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi, anemia berat, aktifitas fagosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.
6)   Pola hubungan dengan peran. Interaksi dengan keluarga atau orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.
7)   Pola persepsi dan pola diri. Pada klien Ensenfalitis umur > 4, pada persepsi dan konsep diri yang meliputi Body Image, self Esteem, identitas deffusion deper sonalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.
8)   Pola sensori dan kuanitif. Daya penciuman, rasa, raba, penglihatan, pendengaran tidak dapat dievaluasi.
9)   Pola reproduksi seksual. Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun, fimosis ada/tidak.
10)    Pola penanggulangan stres. Pada klien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :
a)        Stress fisiologi ( anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja , tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
b)        Stress Psikologi tidak di evaluasi.
11)    Pola tata nilai dan kepercayaan. Anak umur 18 bulan belum bisa dikaji.

2.9.2   Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada masalah ensefalitis adalah :
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
b.    Hipertemi b/d reaksi inflamasi.
c.    Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
d.   Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
2.9.3   Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994). Intervensi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis adalah :

a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria hasil :
1)      Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2)      Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
Berikan tindakan nyaman.

Tindakan non analgetik dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan memeperbesar efek terapi analgetik.
Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas terhadap cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi.
Kaji intensitas nyeri.
Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan kemudian.
Tingkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri pasien.
Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.
Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
Kolaborasi :
Berikanan algesik sesuai indikasi.

Obat ini dapat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan /istirahat umum.

b.    Hipertermi b/d reaksi inflamasi.
Tujuan : Suhu tubuh normal.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
Pantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.

Suhu 38,9-41,1 C menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen  tempat tidur sesuai indikasi.
Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Dapat membantu mengurangi demam.
Kolaborasi :
Berikan antipiretik sesuai indikasi.

Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.

c.    Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
Tujuan : Memulai/mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual.
Kriteria hasil : Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual.
Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap hasil.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri :
Lihat kembali proses patologis kondisi individual.
Kesadaran akan tipe/daerah yang terkena membantu. dalam mengkaji/ mengantisipasi defisit spesifik dan keperawatan
Evaluasi adanya gangguan penglihatan
Munculnya gangguan penglihatan dapat berdampak negatif terhadap kemampuan pasien untuk menerima lingkungan.
Ciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.
Menurunkan/ membatasi jumlah stimuli yang mungkin dapat menimbulkan kebingungan bagi pasien.

d.   Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
Tujuan : Tidak terjadi kontraktur.
Ktiteria hasil : Tidak terjadi kekakuan sendi.
Dapat menggerakkan anggota tubuh.
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri:                          Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.
Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan.
Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.
Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.
Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam.
Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan perfusi ke Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh.
Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.
Diberi dilantin / valium , kejang / spastik hilang.

2.9.4   Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Implementasi keperawatan pasien dengan masalah ensefalitis meliputi :
a.    Gangguan rasa nyaman nyeri b/d sakit kepala mual.
NO
IMPLEMENTASI
1
Memberikan tindakan nyaman.
2
Memberikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi.
3
Mengkaji intensitas nyeri.
4
Meningkatkan tirah baring, bantu kebutuhan perawatan diri pasien.
5
Memberikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher/bahu.
6
Berkolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.

b.    Hipertermi b/d reaksi inflamasi
NO
IMPLEMENTASI
1
Memantau suhu pasien, perhatikan menggigil/ diaforesis.
2
Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen  tempat tidur sesuai indikasi.
3
Memberikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
4
Berkolaborasi untuk pemberian antipiretik sesuai indikasi.


c.    Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
NO
IMPLEMENTASI
1
Melihat kembali proses patologis kondisi individual.
2
Mengevaluasi adanya gangguan penglihatan
3
Menciptakan lingkungan yang sederhana, pindahkan perabot yang membahayakan.

d.   Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.
NO
IMPLEMENTASI
1
Memberikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyebab terjadinya spastik dan terjadi kekacauan sendi.
2
Melakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap.
3
melakukan perubahan posisi setiap 2 jam.
4
Berkolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi.

2.9.5   Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28) Evaluasi pada pasien dengan masalah ensefalitis adalah :
a.       Pemenuhan nutrisi pasien adekuat.
b.      Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
c.       Tidak mengalami kejang atau cedera lainnya.
2.10Aspek Dan Etis
Etik adalah studi tentang prilaku, karakter dan motif yang baik, serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang (fundamental).
a.      Etik  dalam keperawatan
Untuk menjadi perawat yang profesional perawat tersebut harus mampu secara aktif  berpartisipasi dengan klien dalam menjalankan praktik keperawatan, yaitu dengan cara bertanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
b.      Cara pengambilan keputusan yang etis
1.    Menunjukkan maksud dan tujuan yang baik.
2.    Mengidentifikasi semua orang penting.
3.    Mengumpulkan informasi yang relevan.
4.    Mengidentifikasi prinsip etis yang penting.
5.    Mengusulkan tindakan alternatif.
6.    Melakukan tindakan. 
c.       Prinsip-prinsip Etika Keperawatan
Etika berkenaan dengan pengkajian kehidupan moral secara sistematis dan dirancang untuk melihat apa yang harus dikerjakan, apa yang harus dipertimbangkan sebelum tindakan tersebut dilakukan, dan ini menjadi acuan untuk melihat suatu tindakan benar atau salah secara moral. Terdapat beberapa prinsip etik dalam pelayanan kesehatan dan keperawatan yaitu :
a.    Otonomi (penentu pilihan)
Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari keunikan induvidu secara holistik.
b.    Beneficience (do good)
Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik, yaitu mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan klien dan keluarga.
c.    Justice (perlakuan adil)
Perawat hendaknya mengambil keputusan dengan menggunakan rasa keadilan.
d.   Non maleficience (do no harm)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan. Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan bahaya yang tidak disengaja.
e.    Fidelity (setia)
Fidelity berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang.
f.     Veracity (kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Sebagian besar anak-anak diajarkan untuk selalu berkata jujur, tetapi bagi orang dewasa, pilihannya sering kali kurang jelas.
g.    Moral right
Hak-hak klien harus dihargai dan dilindungi. Hak-hak tersebut menyangkut kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self-determination, perlakuan adil dan integritas diri.






BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Ensefalitis disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, fungus dan riketsia. Ensefalitis diklasifikasikan menjadi :
a.         Ensefalitis supurativa.
b.         Ensefalitis siphylis.
c.         Ensefalitis virus.
d.        Ensefalitis karena parasit : malaria serebral, toxoplasmosis, amebiasis dan sistiserkosis.
e.         Ensefalitis karena fungus.
f.          Riketsiosis serebri.
Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya ensefalitis tersebut, antara lain seperti : pemberian antibiotik, antifungi, antiparasit, antivirus dan pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik antipiretik serta antikonvulsi.

3.2  Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.






DAFTAR PUSTAKA

2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis. (online). http://bkp2011. blogspot. com /2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien_24.html, diakses tanggal 16 Oktober 2011 pukul 10.00
Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Doengoes, Marilynn.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC