BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif
pada sistem saraf (neurodegenerative)
yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan
(movement disorder), tremor pada
saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
(http;//parkinson desease)
Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah
monograf oleh James Parkinson
seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa
penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki
karakteristik yang khas yakni tremor,
kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).
Penyakit Parkinson bisa menyerang laki-laki dan
perempuan. Rata-rata usia mulai terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun,
tetapi bisa lebih awal pada usia 40 tahun atau bahkan sebelumnya. Jumlah orang
di Amerika Serikat dengan penyakit Parkinson's diperkirakan antara 500.000
sampai satu juta, dengan sekitar 50.000 ke 60.000 terdiagnosa baru setiap
tahun. Angka tersebut meningkat setiap tahun seiring dengan populasi umur
penduduk Amerika. Sementara sebuah sumber menyatakan bahwa Penyakit Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250
orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia
diatas 65 tahun.
Beberapa
orang ternama yang mengidap penyakit Parkinson diantaranya adalah Bajin (sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal
China), Muhammad Ali (mantan
peninju terkenal A.S.), Michael J Fox
(seorang bintang film Hollywood terkenal) yang kini aktif dengan The Michael J Fox Foundation For Parkinson’s
Research.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa definisi dari
parkinson?
1.2.2
Apa etiologinya?
1.2.3
Bagaimana
patofisiologinya?
1.2.4
Apa faktor resiko dari
parkinson?
1.2.5
Seperti apa
pengklasifikasiannya?
1.2.6
Bagaimana gejala
klinisnya?
1.2.7
Apa saja komplikasinya?
1.2.8
Bagaimana
Penatalaksanaannya?
1.3
Tujuan
1.3.1
Menjelaskan definisi
dari parkinson
1.3.2
Menjelaskan etiologi
parkinson
1.3.3
Menjelaskan tentang
patofisiologinya
1.3.4
Menjelaskan faktor
resiko dari parkinson
1.3.5
Menjelaskan klasifikasi
parkinson
1.3.6
Menjelaskan gejala
klinis
1.3.7
Menjelaskan komplikasi
dari penyakit parkinson serta
1.3.8
Menjelaskan
penatalaksanaannya.
1.4
Manfaat
Memberikan
pemaparan secara detail mengenai penyakit parkinson Khususnya bagi Mahasiwa
dan mahasiswi STIKES Ngudia Husada
Madura
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit
Parkinson adalah penyakit yang disebabkan adanya
gangguan pada otak, yaitu pada sistem saraf pusat otak manusia mengalami
kemunduran. Penyakit parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada
sistem saraf (neurodegenerative) yang
bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement
disorder), tremorpada
saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Penyakit Parkinson
adalah suatu kondisi degenaratif yang terutama mengenai jaras ekstrapiramidal
yang mengandung neurotransmitter dopamine, dan karakteristiknya adalah trias
yang terdiri dari: akinesia-hambatan gerakan, rigiditas, tremor-gerakan gemetar
ke atas bawah, biasanya mengenai anggota gerak atas.
Penyakit Parkinson (paralysis
agitans) adalah penyakit degeneratif syaraf yang pertama ditemukan pada tahun
1817 (An Essay on the Shaking Palsy) oleh Dr. James Parkinson.dengan adanya
tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan
otot.Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologic progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.
(Suzanne C. Smetzer.2001)
2.2Etiologi
Penyakit
Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak
faktor-faktor lainnya seperti :
a) Defisiensi
dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit
Parkinson.
b) Etiologi
yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau
penyebab lain yang tidak diketahui.
2.3
Patofisiologi
Penyakit parkinson
terjadi ketika sel saraf atau neuron di dalam otak yang disebut substantia
nigra mati atau menjadi lemah. Secara normal sel ini menghasilkan bahan kimia
yang penting di dalam otak yang disebut dopamine. Dopamine adalah suatu bahan
kimia yang dapat menghantarkan sinyal-sinyal listrik diantara substantia nigra
dan di sepanjang jalur sel saraf yang akan membantu menghasilkan gerakan tubuh
yang halus. Ketika kira-kira 80% sel yang memproduksi dopamine rusak, gejala
penyakit parkinson akan nampak.
PARA peneliti
telah berhasil mengungkap gen yang merupakan dalang di balik penyakit
parkinson. Ahli syaraf di kampus Mayo Clinic di Florida
menemukan bagaimana gen, EIF4G1, dapat mengakibatkan kematian sel otak
menyebabkan penyakit Parkinson dan gangguan neurodegeneratif. Peneliti lainnya
Owen Ross mengatakan bahwa ilu pengetahuan dapat membantu mengembangkan terapi
baru untuk mengobati atau memperlambat penyakit parkinson.
2.4
Faktor
Resiko
1. Usia, karena Penyakit Parkinsonumumnya dijumpai pada usia lanjut
dan jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.
2. Ras, di mana orang kulit putih lebih
sering mendapat penyakit Parkinson daripada orang Asia dan Afrika.
3.
Genetik, factor genetik amat penting dengan
penemuan pelbagai kecacatan pada gen tertentu yang terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada
usia muda.
4.
Toksin (seperti
1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2, methanol,
etanol dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
5.
Cedera kranio serebral, meski
peranannya masih belum jelas, dan
6.
Tekanan emosional, yang juga
dipercayai menjadi faktor risiko.
2.5
Klasifikasi
- Parkinsonisme primer / idiopatik/paralysis agitans.
Penyakit parkinson
primer terjadi karena produksi dopamine rendah karna keturunan (Gen)
- Parkinsonisme sekunder atau simtomatik
Sedangkan penyakit
parkinson sekunder disebabkan faktor dari luar. Misalnya,
asupan obat-obat antihipertensi, antiaritmia, jantung, antimuntah, atau obat
gangguan jiwa. Selain itu keracunan akibat zat-zat polutan seperti karbon
monoksida, sianida, karbon disulfida, pestisida, dan herbisida bisa merusak sel
saraf yang memproduksi dopamine. Infeksi virus, trauma kepala, dan stroke juga
bisa menimbulkan parkinson.
- Pasca ensefalitis virus
- Pasca infeksi lain, misalnya sifilis nominovaskular, tuberculosis, aterosklerosis
- Iatrogenic atau terinduksi obat misalnya obat-obat golongan fenotiazin, reserpine, tertrabenazin
- Toksik, misalnya karena intoksikasi karbonmonoksida, karbondisulfida, mangan, sianida
- Lain-lain, misalnya karena perdarahan serebral petekial pasca-trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lacunar, tumor serebri, hipoparatiroid, kalsifikasi
Sindrom paraparkinson ( Parkinson
plus )
Pada kelompok ini gejalanya hanya
merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat
pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ), hidrosefalus
normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal (
parkinsonismus juvenilis )
2.6
Gejala
Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di
bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson, umumnya penderita parkinson
mengalami hal itu.
a.
Gejala Motorik
1.
Tremor (Bergetar)
Gejala penyakit parkinson sering
luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi
pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan
tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta
melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut
resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari
tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti
menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan
fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala
fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah
terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu
emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada
tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata,
bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi
pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang
jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari,
tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu
sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
2.
Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan
(rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang
lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada
tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa
juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi
seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan
postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak
jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek. Adanya hipertoni pada
otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena
meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel
phenomenon).
- Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih
kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan
penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat
pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah
menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa
menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi.
Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan
berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat
sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi,
sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak
lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya
ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah
seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah
sehingga ludah suka keluar dari mulut.
- Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu
berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar
balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga
terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan
depresi.
Bradikinesia mengakibatkan
kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti
berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan
ludah.
- Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual
menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
- Langkah Dan Gaya Jalan (Sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil
menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala
difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila
berjalan.
- Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan
rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara
atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume
suara halus ( suara bisikan ) yang
lambat.
- Dimensia
Adanya perubahan status mental
selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
- Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen (
tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara
berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih
dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
- Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan
gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)
b.
Gejala non motoric
1) Disfungsi
Otonom
Keringat berlebihan, air ludah
berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
Kulit berminyak dan infeksi kulit
seborrheic
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah
fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
2) Gangguan
Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi
3) Ganguan
Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat
4) Gangguan
Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
5) Gangguan
Sensasi,
Ă¼ kepekaan
kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
Ă¼ penderita
sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom
untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi
badan
Ă¼ berkurangnya
atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia).
2.7
Pemeriksaan
Diagnostik
Diagnosis
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada setiap
kunjungan penderita :
1. Tekanan
darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi
hipotensi ortostatik.
2. Menilai
respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan,
menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang
sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
3. Mencatat
dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat
sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan
dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up
berikutnya.
EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif), CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)
EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif), CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)
2.8
Komplikasi
a)
Gangguan
Motorik
b)
Kerusakan
berjalan, Keseimbangan dan postur
c)
Bradikinesia
(pergerakan lambat)
d)
Demensia
e)
Depresi
2.9
Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan
medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin
Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin
b) Levodopa,
merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor
dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki
otak.
c) Bromokiptin,
agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
d) Amantidin
yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
e) Menggunakan
monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan
ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
Obat-obatan untuk mengobati penyakit Parkinson
Obat
|
Aturan
Pemakaian
|
Keterangan
|
Levodopa
(dikombinasikan dengan karbidopa) |
Merupakan
pengobatan utama untuk Parkinson Diberikan bersama karbidopa untuk
meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya Mulai dengan
dosis rendah, yg selanjutnya ditingkatkan sampai efek terbesar diperoleh
|
Setelah
beberapa tahun digunakan, efektivitasnya bisa berkurang
|
bromokriptin
atau pergolid
|
Pada
awal pengobatan seringkali ditambahkan pada pemberian Levodopa untuk
meningkatkan kerja Levodopa atau diberikan kemudian ketika efek samping
Levodopa menimbulkan masalah baru
|
Jarang
diberikan sendiri
|
Seleglin
|
Seringkali
diberikan sebagai tambahan pada pemakaian Levodopa
|
Bisa
meningkatkan aktivitas Levodopa di
otak
|
Obat
antikolinergik (benztropin & triheksifenidil), obat anti depresi
tertentu, antihistamin (difenhidramin)
|
Pada
stadium awal penyakit bisa diberikan tanpa Levodopa, pada stadium lanjut
diberikan bersamaan dengan Levodopa, mulai diberikan dalam dosis rendah
|
Bisa
menimbulkan beberapa efek samping
|
Amantadin
|
Digunakan
pada stadium awal untuk penyakit yg ringan
Pada stadium lanjut diberikan untuk
meningkatkan efek Levodopa
|
Bisa
menjadi tidak efektif setelah beberap bulan digunakan sendiri
|
Penyakit Parkinson merupakan
penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai
bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi
pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul. Pengobatan penyakit parkinson bersifat
individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk
pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki
tremor, rigiditas, dan slowness.
Penatalaksanaan
keperawatan
Perawatan pada penderita penyakit
parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari
penyakit itu dengan cara pemberian asuhan keperawatan secara intensif.
Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat kolaborasi dengan medis
atopun dokter dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara
dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
- Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita
Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi
sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau
latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas,
tremor dan hambatan lainnya.
Latihan fisik yang teratur,
termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion.
Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah
keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
- Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk
kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee
Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara.
c.
Nutrisi
Beberapa nutrient telah diuji dalam
studi klinik klinik untuk kemudian digunakan secara luas untuk mengobati pasien
Parkinson. Peran perawat adalah mengawasi asupan nutrisi terhadap pasien
parkinson.
Penatalaksanaan
Medis
Terapi Obat Obatan
Beberapa
obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
1) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
2) Carbidopa/levodop
Merupakan
preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala derivat
dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk
mempelancar fluktasi klinis.
3) Obat-obat
antihistamin untuk menghilangkan tremor.
4) Preparat
antivirus, Amantandin hidroklorida,
Digunakan untuk
mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
5) Inhibitor
MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
6) Obat-obat
antidepresan
Selain terapi obat yang diberikan,
pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa
menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi
kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu
mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan
beberapa obat.
Pencangkokoan Syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk
memproduksi dopamine atau sel sistem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine
telah mulai dilakukan Oprasi.
Operasi untuk penderita Parkinson
jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien
dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi dengan obat tidak mencukupi.
Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.
7.
Botox
Baru-baru ini, injeksi Botox sedang
diteliti sebagai salah satu pengobatan non-FDA di masa mendatang. Progresifitas
gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada
beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk
memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan
treatment yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun
setelah diagnosis.
BAB
3
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Ă¼ Kaji
saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.Observasi gaya
berjalan dan saat melakukan aktivitas.
Ă¼ Kaji
riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
Ă¼ Kaji
kejelasan dan kecepatan bicara.
Ă˜ Riwayat
keperawatan : riwayat medis dan pembedahan yang lalu, lamanya tanda-tanda dan
gejala-gejala (lambat kemudian kemudian berkembang secara progressive);
kelemahan dan mudah lelah; berkeringat; konstipasi; kesulitan untuk berkemih;
kesulitan menelan; keram otot dan kegelisahan.
Ă˜ Pengkajian
fisik : tremor; kekakuan pada otot rangka; wajah topeng dan kurang ekspresi;
ekspresi wajah tampak kesakitan bila membuka mulut, mata berputar, meningkat
sekresi air mata dan saliva, rendah tonus suara, mengeluarkan liur, monotonous,
ketidak mampuan duduk tegak, mempertahankan keseimbangan dan kooerdinasi.
Ă˜ Psikososial:
usia, jenis kelamin, peerjaan, gaya hidup, mekanisme koping yang biasa
digunakan, penerimaan/adaptasi terhadap perubahan tubuh, peran dan tanggung
jawab yang biasa dilakukan.
Ă˜ Pengetahuan
klien dan keluarga: pemahaman tentang proses penyakit dan prognosa, kesulitan
untuk monilisasi, makan dan kebersihan perseorangan, pengobatan, tingkat
pengetahuan, membaca dan belajar
Diagnosa
Keperawatan
1. Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
2. Kurang
perawatan diri (makan, minum, berpakaian, higiene) berhubungan dengan tremor (
kelemahan otot ) dan gangguan motorik.
3. Resiko
kurangnya nutrisi berhubungan dengan kesulitan dalam mengunyah dan menelan
makanan
4. Kerusakan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara perlambatan
bicara, ketidakmampuan untuk menggerakkan otot-otot wajah.
Intervensi
1. Kerusakan
mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan akibat penurunan kadar dopamine
Tujuan :
Setelah diberikan askep diharapkan
pasien mendemonstrasikan prilaku yang memungkinkan aktivitas
Kriteria hasil :
Tremor, bradikinesia, dan rigiditas
pasien berkurang atau hilang
Rencana Tindakan :
1) Periksa
kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.
2) Kaji
derajat immobilisasi dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4)
3) Letakkan
pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan. Ubah
posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu
perubahan posisi tersebut
4) Berikan/
bantu untuk melakukan latihan rentang gerak.
5) Instruksikan/
bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi. Tingkatkan
aktivitas dan partisipasi dalam merawat siri sendiri sesuai kemampuan
Rasional :
1) Mengidentifikasi
kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi
yang akan dilakukan.
2) Pasien
mampu mandiri (nilai 0), memerlukan bantuan/ peralatan yang minimal
(nilai
1), memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan/ diajarkan (nilai 2),
memerlukan bantuan/ peralatan yang terus-menerus dan alat khusus (nilai 3),
tergantung secara total pada pemberi asuhan (nilai 4)
3) perubahan
posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap
berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
4) mempertahankan
mobilitas dan fungsi sendi/ posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya
vena yang statis.
5) proses
penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara
fisik merupakan bagian yang amat penting dari suatu program pemulihan tersebut.
2. Risiko
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d susah menelan
Tujuan :
Setelah diberikan askep diharapkan
pasien tetap mendapatkan nutrisi secara adekuat
Kriteria hasil :
Intake nutrisi adekuat
Rencana Tindakan :
1) Kaji
kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan.
2) Auskultasi
bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya atau suara yang hiperaktif
3) Jaga
kenyamanan dalam memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat tidur selama pasien makan.
4) Berikan
makanan yang lunak dan yang sesuai dengan selera pasien
5) Konsultasi
dengan ahli gizi
Rasional :
1) faktor
ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus
terlindung dari aspirasi.
2) fungsi
saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus cedera kepala, jadi bising
usus membantu dalam menentukan respons untuk makan atau berkembangnya
komplikasi, seperti paralitik ileus.
3) menurunkan
risiko regurgitasi dan/atau terjadinya aspirasi
4) dengan
memberikan makanan yang lunak pasien bisa lebih mudah untuk menelan dan makanan
yang sesuai dengan selera pasien bisa meningkatkan nafsu makan pasien.merupakan
sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/ nutrisi tergantung
pada usia, berat badan, ukuran tubuh, dan keadaan penyakit sekarang.
3. Defisit
parawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,menurunya
kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.
Tujuan
:
Dalam
waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi
Kriteria
Hasil:
Klien
dapat menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu
melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan ,dan
mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
Rencana
Tindakan :
1) kaji
kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk melakukan AD
2) hindari
apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3) kolaborasi
pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi
4) ajarkan
dan dukung klien selama klien aktifitas
5) modifikasi
lingkungan
Rasional
:
1) membantu
dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
2) klien
dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk untuk mencegah
frustasi dan harga diri klien.
3) pertolongan
utama terhadap fungsi usus atau defekasi,untuk mengembangkan terapi dan
melegkapi kebutuhan khusus.
4) Dukungan
padsa klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan
diri.
5) Modifikasi
lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi
4.
Gangguan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan
kekakuan otot wajah
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan keperwatan di
harap pasien bisa berkomonikasi dengan benar
Kriteria Hasil :
Memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
Rencana Tindakan :
1)
Jaga
komplikasi pengobatan.
2)
Rujuk
ke terapi wicara.
3)
Ajarkan
klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki
kata-kata, volume, dan intonasi.
4)
Nafas
dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam
kalimat setiap bernafas
5) Latih berbicara dalam kalimat pendek,
membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk
memonitor kemajuan.
BAB
4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah gangguan
neurologic progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk
mengontrol dan mengatur gerakan. (Suzanne C. Smetzer.2001)
Tanda-tanda :
a)
Kekakuan pada
ekstremitas
b) Kekakuan
yang tampak Waxy dalam melakukan semua gerakan.
c) Kesulitan
dalam mengawali, mempertahankan, dan melakukan aktivitas motorik
d)
Mengalami penundaan
dalam melakukan aktivitas normal.
Gejala Klinis :
a)
Tremor
b) Rigiditas
c) Akinesia
/ Bradikinesa–hipokinesia
d) Langkah
dan gaya berjalan
e) Pemeriksaan
penunjang
f) Terapi
Antikolinergik untuk mengontrol tremor dan kekauan.
g) Terapi
Levodopa merupakan preaprat yang paling efektif untukmenghilangkan gejala.
4.2 Saran
Kepada
calon peawat masa depan, hususnya instansi Stikes Ngudia Husada Madura
hendaklah mengetahui dengan benar segala sesuatu tentang kesehatan, tak terkeculi
dengan penyakit parkinson ini, sekalipun jarang di temukan, bukan berarti di
sepelekan. Supaya nanti ketika terjun kemasyarakat kita bisa membarikan asuhan
keperawatan dengan benar. Amiinnnnn..
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
Price,
A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Baughman,
Diene C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Www.Parkinson.com
di akses tanggal 29 september 2012 pukul 12 00
Www.askepparkinson.com
di akses tanggal 20 september 2012 pukul 19 00