Senin, 17 Desember 2012

Parkinson



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot. (http;//parkinson desease)
Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki karakteristik yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).
Penyakit Parkinson bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Rata-rata usia mulai terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun, tetapi bisa lebih awal pada usia 40 tahun atau bahkan sebelumnya. Jumlah orang di Amerika Serikat dengan penyakit Parkinson's diperkirakan antara 500.000 sampai satu juta, dengan sekitar 50.000 ke 60.000 terdiagnosa baru setiap tahun. Angka tersebut meningkat setiap tahun seiring dengan populasi umur penduduk Amerika. Sementara sebuah sumber menyatakan bahwa Penyakit Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun.
Beberapa orang ternama yang mengidap penyakit Parkinson diantaranya adalah Bajin (sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal China), Muhammad Ali (mantan peninju terkenal A.S.), Michael J Fox (seorang bintang film Hollywood terkenal) yang kini aktif dengan The Michael J Fox Foundation For Parkinson’s Research.
           

  

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa definisi dari parkinson?
1.2.2        Apa etiologinya?
1.2.3        Bagaimana patofisiologinya?
1.2.4        Apa faktor resiko dari parkinson?
1.2.5        Seperti apa pengklasifikasiannya?
1.2.6        Bagaimana gejala klinisnya?
1.2.7        Apa saja komplikasinya?
1.2.8        Bagaimana Penatalaksanaannya?

1.3  Tujuan
1.3.1        Menjelaskan definisi dari parkinson
1.3.2        Menjelaskan etiologi parkinson
1.3.3        Menjelaskan tentang patofisiologinya
1.3.4        Menjelaskan faktor resiko dari parkinson
1.3.5        Menjelaskan klasifikasi parkinson
1.3.6        Menjelaskan gejala klinis
1.3.7        Menjelaskan komplikasi dari penyakit parkinson serta
1.3.8        Menjelaskan penatalaksanaannya.

1.4  Manfaat
Memberikan pemaparan secara detail mengenai penyakit parkinson Khususnya bagi Mahasiwa dan  mahasiswi STIKES Ngudia Husada Madura






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Parkinson adalah penyakit yang disebabkan adanya gangguan pada otak, yaitu pada sistem saraf pusat otak manusia mengalami kemunduran. Penyakit parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremorpada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Penyakit Parkinson adalah suatu kondisi degenaratif yang terutama mengenai jaras ekstrapiramidal yang mengandung neurotransmitter dopamine, dan karakteristiknya adalah trias yang terdiri dari: akinesia-hambatan gerakan, rigiditas, tremor-gerakan gemetar ke atas bawah, biasanya mengenai anggota gerak atas.
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) adalah penyakit degeneratif syaraf yang pertama ditemukan pada tahun 1817 (An Essay on the Shaking Palsy) oleh Dr. James Parkinson.dengan adanya tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot.Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologic progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. (Suzanne C. Smetzer.2001)

2.2Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti :
a)      Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson.
b)      Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

2.3  Patofisiologi
Penyakit parkinson terjadi ketika sel saraf atau neuron di dalam otak yang disebut substantia nigra mati atau menjadi lemah. Secara normal sel ini menghasilkan bahan kimia yang penting di dalam otak yang disebut dopamine. Dopamine adalah suatu bahan kimia yang dapat menghantarkan sinyal-sinyal listrik diantara substantia nigra dan di sepanjang jalur sel saraf yang akan membantu menghasilkan gerakan tubuh yang halus. Ketika kira-kira 80% sel yang memproduksi dopamine rusak, gejala penyakit parkinson akan nampak.
PARA peneliti telah berhasil mengungkap gen yang merupakan dalang di balik penyakit parkinson. Ahli syaraf di kampus Mayo Clinic di Florida menemukan bagaimana gen, EIF4G1, dapat mengakibatkan kematian sel otak menyebabkan penyakit Parkinson dan gangguan neurodegeneratif. Peneliti lainnya Owen Ross mengatakan bahwa ilu pengetahuan dapat membantu mengembangkan terapi baru untuk mengobati atau memperlambat penyakit parkinson.
2.4  Faktor Resiko
1.      Usia, karena Penyakit Parkinsonumumnya dijumpai pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia di bawah 30 tahun.
2.      Ras, di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada orang Asia dan Afrika.
3.      Genetik, factor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai kecacatan pada gen tertentu yang terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia muda.
4. Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2, methanol, etanol dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, serta jangkitan.
5. Cedera kranio serebral, meski peranannya masih belum jelas, dan
6. Tekanan emosional, yang juga dipercayai menjadi faktor risiko.

2.5  Klasifikasi
  1. Parkinsonisme primer / idiopatik/paralysis agitans.
Penyakit parkinson primer terjadi karena produksi dopamine rendah karna keturunan (Gen)
  1. Parkinsonisme sekunder atau simtomatik
Sedangkan penyakit parkinson sekunder disebabkan faktor dari luar. Misalnya, asupan obat-obat antihipertensi, antiaritmia, jantung, antimuntah, atau obat gangguan jiwa. Selain itu keracunan akibat zat-zat polutan seperti karbon monoksida, sianida, karbon disulfida, pestisida, dan herbisida bisa merusak sel saraf yang memproduksi dopamine. Infeksi virus, trauma kepala, dan stroke juga bisa menimbulkan parkinson.
  • Pasca ensefalitis virus
  • Pasca infeksi lain, misalnya sifilis nominovaskular, tuberculosis, aterosklerosis
  • Iatrogenic atau terinduksi obat misalnya obat-obat golongan fenotiazin, reserpine, tertrabenazin
  • Toksik, misalnya karena intoksikasi karbonmonoksida, karbondisulfida, mangan, sianida
  • Lain-lain, misalnya karena perdarahan serebral petekial pasca-trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lacunar, tumor serebri, hipoparatiroid, kalsifikasi
Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ), hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal ( parkinsonismus juvenilis )


2.6  Gejala Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
a. Gejala Motorik

 




1.      Tremor (Bergetar)
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis, kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor).
Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
2.      Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
  1.  Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur.
Gerakan volunteer menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut.
  1.  Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah freezing, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi.
Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
  1.  Mikrografia
Tulisan tangan secara gradual menjadi kecil dan rapat, pada beberapa kasus hal ini merupakan gejala dini.
  1. Langkah Dan Gaya Jalan (Sikap Parkinson)
Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
  1.  Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume
suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
  1. Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
  1.  Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
  1.  Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)
b. Gejala non motoric
1)      Disfungsi Otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
2)      Gangguan Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi
3)      Ganguan Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat
4)      Gangguan Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
5)      Gangguan Sensasi,
Ă¼  kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
Ă¼  penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh       hypotension orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
Ă¼  berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau    anosmia).

2.7  Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada setiap kunjungan penderita :
1.      Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi hipotensi ortostatik.
2.      Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
3.      Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.
EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif), CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)

2.8  Komplikasi
a)      Gangguan Motorik
b)      Kerusakan berjalan, Keseimbangan dan postur
c)      Bradikinesia (pergerakan lambat)
d)     Demensia
e)      Depresi


2.9  Penatalaksanaan
a)      Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin
b)      Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
c)      Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
d)     Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
e)      Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
Obat-obatan untuk mengobati penyakit Parkinson

Obat
Aturan Pemakaian
Keterangan
Levodopa
(dikombinasikan dengan karbidopa)
Merupakan pengobatan utama untuk Parkinson Diberikan bersama karbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya Mulai dengan dosis rendah, yg selanjutnya ditingkatkan sampai efek terbesar diperoleh
Setelah beberapa tahun digunakan, efektivitasnya bisa berkurang
bromokriptin atau pergolid
Pada awal pengobatan seringkali ditambahkan pada pemberian Levodopa untuk meningkatkan kerja Levodopa atau diberikan kemudian ketika efek samping Levodopa menimbulkan masalah baru
Jarang diberikan sendiri
Seleglin
Seringkali diberikan sebagai tambahan pada pemakaian Levodopa
Bisa meningkatkan aktivitas Levodopa di
otak
Obat antikolinergik (benztropin & triheksifenidil), obat anti depresi tertentu, antihistamin (difenhidramin)
Pada stadium awal penyakit bisa diberikan tanpa Levodopa, pada stadium lanjut diberikan bersamaan dengan Levodopa, mulai diberikan dalam dosis rendah
Bisa menimbulkan beberapa efek samping
Amantadin
Digunakan pada stadium awal untuk penyakit yg ringan
 Pada stadium lanjut diberikan untuk meningkatkan efek Levodopa
Bisa menjadi tidak efektif setelah beberap bulan digunakan sendiri

Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.  Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Penatalaksanaan keperawatan
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan menghambat perkembangan dari penyakit itu dengan cara pemberian asuhan keperawatan secara intensif. Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat kolaborasi dengan medis atopun dokter dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
  1. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya.
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.

  1. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara.

c.       Nutrisi
Beberapa nutrient telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Peran perawat adalah mengawasi asupan nutrisi terhadap pasien parkinson.

Penatalaksanaan Medis
Terapi Obat Obatan
            Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
1)      Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
2)      Carbidopa/levodop
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala derivat dopamin-agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
3)      Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
4)      Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,
Digunakan untuk mengurangi kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
5)      Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
6)      Obat-obat antidepresan

Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.

Pencangkokoan Syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel sistem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan Oprasi.
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.

7.      Botox
Baru-baru ini, injeksi Botox sedang diteliti sebagai salah satu pengobatan non-FDA di masa mendatang. Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.



BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
Ă¼  Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
Ă¼  Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
Ă¼  Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
Ă˜  Riwayat keperawatan : riwayat medis dan pembedahan yang lalu, lamanya tanda-tanda dan gejala-gejala (lambat kemudian kemudian berkembang secara progressive); kelemahan dan mudah lelah; berkeringat; konstipasi; kesulitan untuk berkemih; kesulitan menelan; keram otot dan kegelisahan.
Ă˜  Pengkajian fisik : tremor; kekakuan pada otot rangka; wajah topeng dan kurang ekspresi; ekspresi wajah tampak kesakitan bila membuka mulut, mata berputar, meningkat sekresi air mata dan saliva, rendah tonus suara, mengeluarkan liur, monotonous, ketidak mampuan duduk tegak, mempertahankan keseimbangan dan kooerdinasi.
Ă˜  Psikososial: usia, jenis kelamin, peerjaan, gaya hidup, mekanisme koping yang biasa digunakan, penerimaan/adaptasi terhadap perubahan tubuh, peran dan tanggung jawab yang biasa dilakukan.
Ă˜  Pengetahuan klien dan keluarga: pemahaman tentang proses penyakit dan prognosa, kesulitan untuk monilisasi, makan dan kebersihan perseorangan, pengobatan, tingkat pengetahuan, membaca dan belajar

Diagnosa Keperawatan

1.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot.
2.      Kurang perawatan diri (makan, minum, berpakaian, higiene) berhubungan dengan tremor ( kelemahan otot ) dan gangguan motorik.
3.      Resiko kurangnya nutrisi berhubungan dengan kesulitan dalam mengunyah dan menelan makanan
4.      Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara perlambatan bicara, ketidakmampuan untuk menggerakkan otot-otot wajah.

Intervensi

1.      Kerusakan mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan akibat penurunan kadar dopamine
Tujuan :
Setelah diberikan askep diharapkan pasien mendemonstrasikan prilaku yang memungkinkan aktivitas

Kriteria hasil :
Tremor, bradikinesia, dan rigiditas pasien berkurang atau hilang

Rencana Tindakan :
1)      Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.
2)      Kaji derajat immobilisasi dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4)
3)      Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut
4)      Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang gerak.
5)      Instruksikan/ bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi. Tingkatkan aktivitas dan partisipasi dalam merawat siri sendiri sesuai kemampuan

Rasional :
1)      Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
2)      Pasien mampu mandiri (nilai 0), memerlukan bantuan/ peralatan yang minimal
(nilai 1), memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan/ diajarkan (nilai 2), memerlukan bantuan/ peralatan yang terus-menerus dan alat khusus (nilai 3), tergantung secara total pada pemberi asuhan (nilai 4)
3)      perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap
berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
4)      mempertahankan mobilitas dan fungsi sendi/ posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.
5)      proses penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara fisik merupakan bagian yang amat penting dari suatu program pemulihan tersebut.

2.      Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d susah menelan

Tujuan :
Setelah diberikan askep diharapkan pasien tetap mendapatkan nutrisi secara adekuat

Kriteria hasil :
Intake nutrisi adekuat

Rencana Tindakan :
1)      Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah dan menelan.
2)      Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/ hilangnya atau suara yang hiperaktif
3)      Jaga kenyamanan dalam memberikan makan pada pasien, seperti     tinggikan kepala tempat tidur selama pasien makan.
4)      Berikan makanan yang lunak dan yang sesuai dengan selera pasien
5)      Konsultasi dengan ahli gizi

Rasional :
1)      faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindung dari aspirasi.
2)      fungsi saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus cedera kepala, jadi bising usus membantu dalam menentukan respons untuk makan atau berkembangnya komplikasi, seperti paralitik ileus.
3)      menurunkan risiko regurgitasi dan/atau terjadinya aspirasi
4)      dengan memberikan makanan yang lunak pasien bisa lebih mudah untuk menelan dan makanan yang sesuai dengan selera pasien bisa meningkatkan nafsu makan pasien.merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/ nutrisi tergantung pada usia, berat badan, ukuran tubuh, dan keadaan penyakit sekarang.
3.      Defisit parawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi
Kriteria Hasil:
Klien dapat menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan ,dan mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
Rencana Tindakan :
1)      kaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk melakukan AD
2)      hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3)      kolaborasi pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi
4)      ajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas
5)      modifikasi lingkungan
Rasional :
1)      membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
2)      klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
3)      pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi,untuk mengembangkan terapi dan melegkapi kebutuhan khusus.
4)      Dukungan padsa klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
5)      Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi

4.      Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah
Tujuan :
Setelah di berikan asuhan keperwatan di harap pasien bisa berkomonikasi dengan benar
Kriteria Hasil :
Memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.
Rencana Tindakan :
1)      Jaga komplikasi pengobatan.
2)      Rujuk ke terapi wicara.
3)      Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.
4)      Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas
5)      Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan.




BAB 4
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologic progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. (Suzanne C. Smetzer.2001)
Tanda-tanda :
a)      Kekakuan pada ekstremitas
b)      Kekakuan yang tampak Waxy dalam melakukan semua gerakan.
c)      Kesulitan dalam mengawali, mempertahankan, dan melakukan aktivitas motorik
d)     Mengalami penundaan dalam melakukan aktivitas normal.
Gejala Klinis :
a)      Tremor
b)      Rigiditas
c)      Akinesia / Bradikinesa–hipokinesia
d)     Langkah dan gaya berjalan
e)      Pemeriksaan penunjang
f)       Terapi Antikolinergik untuk mengontrol tremor dan kekauan.
g)      Terapi Levodopa merupakan preaprat yang paling efektif untukmenghilangkan gejala.

4.2 Saran
Kepada calon peawat masa depan, hususnya instansi Stikes Ngudia Husada Madura hendaklah mengetahui dengan benar segala sesuatu tentang kesehatan, tak terkeculi dengan penyakit parkinson ini, sekalipun jarang di temukan, bukan berarti di sepelekan. Supaya nanti ketika terjun kemasyarakat kita bisa membarikan asuhan keperawatan dengan benar. Amiinnnnn..




DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Baughman, Diene C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Www.Parkinson.com di akses tanggal 29 september 2012 pukul 12 00
Www.askepparkinson.com di akses tanggal 20 september 2012 pukul 19 00

Cara Menghilangkan Komedo

Cara Menghilangkan Komedo - Masalah komedo memang sering terjadi pada tiap orang, apalagi remaja. Umumnya komedo timbul di wajah atau di hidung. Menurut para ahli, komedo merupakan tahap awal dari jerawat sebelum bakteri masuk ke pori-pori dan menimbulkan peradangan pada kulit

Askep GBS



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

GBS merupakan suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstermitas tubuh yang disebabkan oleh kelainan saraf tepid an bukan oleh penyakit yang sistematis
GBS  merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai adanya paralisis flasidyang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimmune dimana targetnya adalahsaraf perifer, radiks, dan nervus kranialis ( Bosch, 1998)
Pada umumnya penyakit ini didahului oleh infeksi influenza saluran pernapasan. Pada saat inilah kita merasa nafas tersumbat seperti orang Flu.
Pada umumnya ada dua jenis pengobatannya adalah Plasma Exchange dan Intravenous immunoglobulin. Kedua cara itu saat ini sama sama efektif, walaupun ada pihak tertentu yang mengklaim plasma exchange lebih baik, sedangkan di pihak lain immunoglobulin lebih baik. Tetapi jika ada yang mengusulkan menggunakan kedua cara tersebut secara bergantian maka sebaiknya anda jangan mau.
pilihlah salah satu cara saja. karena pengobatan ini mungkin harus dilakukan berkali kali, tergantung dari keakutan GBS anda dan kestabilan kesehatan anda, jika anda sudah memutuskan satu terapi lakukan terapi yang sama untuk selanjutnya.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan  makalah ini asuhan keperawatan ini adalah untuk membahas mengenai cara mendiagnosis dini dan mekanisme terjadinya  GBS.

1.3 MANFAAT
Manfaat dari asuhan keperawatan dengan GBS Ini bermanfaat untuk melakukuan askep yang valid mulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, proses kaperawatan, implementasi, evaluasi.

BAB II
TINJAUN TEORI
2.1  DEFINISI
GBS adalah penyakit langka yang menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun.
GBS adalah penyakit akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sistem sarung saraf.Pada umumnya penyakit ini didahului oleh infeksi influenza saluran pernapasan
GBS merupakan suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstermitas tubuh yang disebabkan oleh kelainan saraf tepid an bukan oleh penyakit yang sistematis
GBS  merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai adanya paralisis flasidyang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimmune dimana targetnya adalahsaraf perifer, radiks, dan nervus kranialis ( Bosch, 1998)

2.2  ETIOLOGI
Sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. GBS diduga disebabkan oleh infeksi virus, tahap akhir-akhir ini terungkap bahwa virus bukan sebagai penyebab. Teori yang dianut sekarang adalah suatu kelainan imunologik, baik secara primariimmune response maupun mediated process

        2.3 GEJALA KLINIS
Didahului oleh nafas tersumbat yang datang secara tiba-tiba seperti hidung yang sedang kena pilek, tapi pilek yang kering.
Karena nafas terganggu tidak lama akan terasa gelisah dan
disusul oleh kesemutan pada kedua tangan.
Pusing seperti terhuyung-huyung.
Mulut terasa asam.
Badan lemas, sesekali terasa dingin di telapak masih tersa 2-3 hari setelah kejadian

           2.4 PATOFISIOLOGI
Pada umumnya penyakit ini didahului oleh infeksi influenza saluran pernapasan. Pada saat inilah kita merasa nafas tersumbat seperti orang Flu.
Setelah nafas tersumbat di dalam tubuh terjadi reaksi autoimun, yakni sistem kekebalan tubuh sendiri yang menyerang bagian dari ujung ujung saraf.Pada saat inilah terjadi kesemutan. Karena kesemutan atau Parestesia itu timbul bila terjadi gangguan Pada serabut saraf. Pada penderita GBS yang akut, kesemutan tidak hanya pada tangan tetapi bisa menjalar ke kaki hingga ke perut.
Itulah sebabnya penyakit GBS ini bisa menyebabkan kelumpuhan, bahkan bisa juga menyebabkan kematian apabila Perusakan saraf pernafasan sudah mencapai akar saraf di leher sehingga pasien kesulitasn bernafas dan menyebabkan kematian mendadak.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi olehrespon imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnyayang paling sering infeksi virus.

        2.5 PENATALAKSANAAN
Pada umumnya ada dua jenis pengobatannya adalah Plasma Exchange dan Intravenous immunoglobulin. Kedua cara itu saat ini sama sama efektif, walaupun ada pihak tertentu yang mengklaim plasma exchange lebih baik, sedangkan di pihak lain immunoglobulin lebih baik. Tetapi jika ada yang mengusulkan menggunakan kedua cara tersebut secara bergantian maka sebaiknya anda jangan mau. pilihlah salah satu cara saja. karena pengobatan ini mungkin harus dilakukan berkali kali, tergantung dari keakutan GBS anda dan kestabilan kesehatan anda, jika anda sudah memutuskan satu terapi lakukan terapi yang sama untuk selanjutnya.

KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
Nona Y, 17 tahun datang ke Rumah Sakit A setelah 11 hari dirawat di Rumah sakit lain, dia datang dengan  diagnosa GBS dan gangguan fungsi kardio pulmonary yang menonjol disamping fungsi motoriknya. Hasil foto rontgen menjelaskan adanya Atelektaksis pada segmen lobus atas dan lobus tengah kanan. Fungsi motorik pada anggota atas memerlukan bantuan nuntuk bergerak. Sedangkan anggota gerak bawah mengalami Plegi. Di runah sakit A penderita di rawat di ruang ICU 14 hari dengan bantuan ventilator via lubang Trakheotomi untuk bernafas dan tiga hari lepas ventilator dengan masker O2 untuk memeksimalkan saturasi.
Metode Seven Jumps
1. Identifikasi kata-kata sulit
2. Penetapan masalah
Gangguan fungsi kardio pulmonary dan fungsi motorik disebabkan oleh Guillane Bare Syndrom
3. Brainstorming

B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Pola nafas dan pertukaran gas tidak efektif b.d kelemahan otot-otot pernafasan
2.Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.

C.INTERVENSI KEPERAWATAN
Pola nafas dan pertukaran gas tidak efektif b.d kelemahan otot-otot pernafasan
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindkan 2x 24 jam diharapkan dapat mempertahankan pola pernafasan efektif melalui ventilator dengan criteria hasil:
Tidak terdapat sianosis, saturasi oksigen dalam rentang normal.
 Intervensi:
Mandiri
Observasi pola nafas
Auskultasi dada sesuai periodik, catat adanya bunyi nafas tambahan juga simetrisan gerak dada
Periksa selang terhadap obstruksi
Periksa fungsi alaram ventilator
Pertahankan tas retuitasi
Kolaborasi
Kaji susunan ventilator secara rutin, dan yakinkan sesuai indikasi.
Observasi presentasi konsentrasi O2
Kaji volume tidal (10-15 ml/hg)
Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.
Siapkan untuk melakukan intubasi, jika ada indikasi

Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 2×24 jam gangguan mobilitas fisik tidak akan terjadi dengan Kriteria Hasil:
Klien akan menunjukan tindakan untuk memobilitas
Mempertahankan posisi optimal dan fungsi yang dibutuhkan olehtak adanya konfraktur
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena/terkompensasi
Mempertahankan Integritas Kulit
 Intervensi:
Mandiri
Anjurkan klien untuk melakukan tirah baring beri sokongan sendi diats dan dibawah fraktur yang terpasang gips bila bergerak
Rasionalnya ; Tirah baring menjadikan klien nyaman ,nyeri tertahankan
Berikan tanpa lingkungan tenang dan perlu istirahat gangguan
Rasionalnya; Untuk menjadikan klien rileks,dan meningkatkan psikologi klien,tidak cemas
Anjurkan keluarga klien untuk membantu dalam melakukan latihan disertai distraksi dan relaksasi
Rasionalnya; Latihan disertai distraksi dan relaksasidapat membantu pergerakan sendi ekstremitas kanan bawah
Terapi aktivitas mobilitas sendi dengan ROM
Rasionalnya; Terapi dengan ROM dapat membantu pergerakan aktifitas klien ,terapi penyembuhan,meningkatkan mobilitas
Kolaborasi:
Konfirmasikan dengan atau rujuk ke bagian terapi fisik atau terapi okupasi

D. IMPLEMENTASI.

MengObservasi pola nafas
MengAuskultasi dada sesuai periodik, catat adanya bunyi nafas tambahan juga simetrisan gerak dada
Memeriksa selang terhadap obstruksi
Memeriksa fungsi alaram ventilator
Mempertahankan tas retuitasi
Kolaborasi
Mengkaji susunan ventilator secara rutin, dan yakinkan sesuai indikasi.
MengObservasi presentasi konsentrasi O2
MengKaji volume tidal (10-15 ml/hg)
MemBerikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan pada fase posiktal.
Menyiapkan untuk melakukan intubasi, jika ada indikasi
E.VALUASI
Masalah dikatakan teratasi apabila tidak terdapat sianosis, saturasi oksigen dalam rentang normal.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

GBS merupakan suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstermitas tubuh yang disebabkan oleh kelainan saraf tepid an bukan oleh penyakit yang sistematis
GBS  merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai adanya paralisis flasidyang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimmune dimana targetnya adalahsaraf perifer, radiks, dan nervus kranialis ( Bosch, 1998)
pilihlah salah satu cara saja. karena pengobatan ini mungkin harus dilakukan berkali kali, tergantung dari keakutan GBS anda dan kestabilan kesehatan anda, jika anda sudah memutuskan satu terapi lakukan terapi yang sama untuk selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA
Doengos.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. EGC: Jakarta
Long . BC. 1996. Perawatan Medical Bedah. VI APK : Bandung
Underwood. L.C.E. 1999. Patologi Umum dan sistemik. EGC:Jakarta
Wong. DC. 2003. Pedoman klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. EGC: Jakarta
By:defka

GBS



Apa itu GBS?
GBS adalah penyakit langka yang menyebabkan tubuh menjadi lemah kehilangan kepekaan yang biasanya dapat sembuh sempurna dalam hitungan minggu, bulan atau tahun. GBS mengambil nama dari dua Ilmuwan Perancis, Guillain (baca Gilan) dan Barré (baca Barre), yang menemukan dua orang prajurit perang di tahun 1916 yang mengidap kelumpuhan kemudian sembuh setelah menerima perawatan medis. Penyakit ini menjangkiti satu dari 40,000 orang tiap tahunnya. Bisa terjangkit di semua tingkatan usia mulai dari anak-anak sampai dewasa, jarang ditemukan pada manula. Lebih sering ditemukan pada kaum pria. Bukan penyakit turunan, tidak dapat menular lewat kelahiran, ternfeksi atau terjangkit dari orang lain yang mengidap GBS. Namun, bisa timbul seminggu atau dua minggu setelah infeksi usus atau tenggorokan.

Apa gejala GBS?
Gejala awal antara lain adalah: rasa seperti ditusuk-tusuk jarum diujung jari kaki atau tangan atau mati rasa di bagian tubuh tersebut. Kaki terasa berat dan kaku atau mengeras, lengan terasa lemah dan telapak tangan tidak bisa menggenggam erat atau memutar seusatu dengan baik (buka kunci, buka kaleng dll)
Gejala-gejala awal ini bisa hilang dalam tempo waktu beberapa minggu, penderita biasanya tidak merasa perlu perawatan atau susah menjelaskannya pada tim dokter untuk meminta perawatan lebih lanjut karena gejala-gejala akan hilang pada saat diperiksa.
Gejala tahap berikutnya disaaat mulai muncul kesulitan berarti, misalnya: kaki susah melangkah, lengan menjadi sakit lemah, dan kemudian dokter menemukan syaraf refleks lengan telah hilang fungsi.

Apa penyebab GBS?
Penyakit ini timbul dari pembengkakan syaraf peripheral, sehingga mengakibatkan tidak adanya pesan dari otak untuk melakukan gerakan yang dapat diterima oleh otot yang terserang
Karena banyak syaraf yang terserang termasuk syaraf immune sistem maka sistem kekebalan tubuh kita pun akan kacau. Dengan tidak diperintahakan dia akan menngeluarkan cairan sistem kekebalan tubuh ditempat-tempat yang tidak diinginkan.
Dengan pengobatan maka sistem kekebalan tubuh akan berhenti menyerang syaraf dan bekerja sebagaimana mestinya.

Bagaimana GBS dapat ter-diagnosa?
Diagnosa GBS didapat dari riwayat dan hasil test kesehatan baik secara fisik maupun test laboratorium. Dari riwayat penyakit, obat2an yang biasa diminum, pecandu alcohol, infeksi2 yang pernah diderita, gigitan kutu maka Dokter akan menyimpulkan apakah pasien masuk dalam daftar pasien GBS. Tidak lupa juga riwayat penyakit yang pernah diderita pasien maupun keluarga pasien misalnya diabetes mellitus, diet yang dilakukan, semuanya akan diteliti dengan seksama hingga dokter bisa membuat vonis apakah anda terkena GBS atau penyakit lainnya.
Pasien yang diduga mengidap GBS di haruskan melakukan test:
1. Darah lengkap
2. Lumbar Puncture
3. EMG (electromvogram)
Sesuai urutannya, test pertama akan dilakukan kemudian test ke dua apabila test pertama tidak terdeteksi adanya GBS, dan selanjutnya.
Apa yang akan terjadi setelah test dilakukan?
Tanda-tanda melemahnya syaraf akan nampak semakin parah dalam waktu 4 sampai 6 minggu. Beberapa pasien melemah dalam waktu relative singkat hingga pada titik lumpuh total dalam hitungan hari, tapi situasi ini amat langka.
Pasien kemudian memasuki tahap ‘tidak berdaya’ dalam beberapa hari. Pada masa ini biasanya pasien dianjurkan untuk ber-istirahat total di rumah sakit. Meskipun kondisi dalam keadaan lemah sangat dianjurkan pasien untuk selalu menggerakkan bagian-bagian tubuh yang terserang untuk menghindari kaku otot. Ahli Fisioterapy biasanya akan sangat dibutuhkan untuk melatih pasien dengan terapi-terapi khusus dan akan memberikan pengarahan-pengarahan kepada keluarga adan teman pasien cara-cara melatih pasien GBS. 

Apakah GBS menyakitkan?
Ya dan tidak. Pasien biasanya merasakan sakit yang akut pada saat GBS. Terutama didaerah tulang belakang dan lengan dan kaki. Namun ada juga pasien yang tidak mengeluhkan rasa sakit yang berarti meskipun mereka mengalami kelumpuhan parah. Rasa sakit muncul dari pembengkakan dari syaraf yang terserang, atau dari otot yang sementara kehilangan suplai energy, atau dari posisi duduk atau tidur si Pasien yang mengalami kesulitan untuk bergerak atau memutar tubuhnya ke posisi nyaman. Untuk melawan rasa sakit dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit dan perawat akan memberikan terapi-terapi untuk me-relokasi bagian-bagian tubuh yang terserang dengan terapi-terapi khusus. Rasa sakit dapat datang dan pergi dan itu amat normal bagi penderita GBS.

Apakah pasien GBS membutuhkan perawatan khusus?
Pasien biasanya akan melemah dalam waktu beberapa minggu, maka dari itu perawatan intensive sangat diperlukan di tahap-tahap dimana GBS mulai terdeteksi. Sesuai dengan tahap dan tingkat kelumpuihan pasien maka dokter akan menentukan apa pasien memrlukan perawatan di ruang ICU atau tidak.
Sekitar 25% pasien GBS akan mengalami kesulitan di;
1. Bernafas
2. Kemampuan menelan
3. Susah batuk
Dalam kondisi tersebut diatas, biasanya pasien akan diberikan bantuan alat ventilator untuk membantu pernafasan. 

Berapa lama pasien dapat sembuh?
Setelah beberapa waktu, kondisi mati rasa akan berangsur membaik. Pasien harus tetap wapada karena hanya 80% pasien yang dapat sembuh total, tergantung parahnya pasien bisa berjalan dalam waktu hitungan minggu atau tahun. Namun statistic membuktikan bahwa rata-rata pasien akan membaik dalam waktu 3 sampai 6 bulan. Pasien parah akan menyisakan cacat dibagian yang terserang paling parah, perlu terapi yang cukup lama untuk mengembalikan fungsi-fungsi otot yang layu akibat GBS. Bisanya memakan waktu maksimal 4 tahun.

Adakah obat untuk penyakit ini?
Obat nya hanya ada 1 macam yaitu GAMAMUNE ( Imuno globuline ) yang harganya 4jt – 4,5 jt rupiah /botol biasanya obat ini diinfuskan kepasien dg jumlah yang dihitung dari berat badan, untuk lebih jelas nya tanya ke dokter, contoh kasus yang dialami Deya dg berat badan pada saat sakit waktu itu 58 KG deya menghabiskan obat ini sebanyak 20 botol, ( 5 botol / hari).