Kamis, 01 Maret 2012

Berkomonikasi Dengan Pasien Kronis



ILMU KEPERAWATAN DASAR
Berkomonikasi Dengan pasien Kronis










Oleh
Siti Amirah Rusydiyana
Adek Dian Saputri
Moh. Fatir
Roqib



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDIA HUSADA MADURA
2011 / 2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia”. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.

Dengan itu kami mengangkat judul :
“ Menerapkan prinsip komonikasi Sesuai dengan Konsep Tumbuh Kembang  pada pasien kronis“







1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
1.2.2        Apa penyebab dari penyakit kronis?
1.2.3        Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?
1.2.4        Bagaimana cara berkomonikasi dengan pasien kronis?

1.3  Tujuan

1.3.1        Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis
1.3.2        Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis
1.3.3        Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk terhadap pasien kronis
1.3.4         Menjelaskan bagaiman berkomonikasi dengan penderita penyakit kronis dengan benar









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian penyakit kronis
Penyakit kronis di definisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang, sebagian dari penatalaksanaan ini mencakup belajar untuk hidup dengan gejala kecacatan, sementara itu pula ada yang menghadapi segala bentuk perubahan identitas yang di akibatkan oleh penyakit.
2.2  Penyebab penyakit kronis
Penyakit kronis dapat di derita oleh semua kalangan maupun kelompok usia, tingkat sosial,ekonomi dan budaya. Kemajuan dalm teknologi perawatan dan farmakologi telah memperpanjang rentan kehidupan tanpa harus menyembuhkan penyebab penyakit kronis yang mendasari. Peningkatan dalam metode skrining dan diagnosa memungkinkan deteksi dini penyakit, sementara kondisi tersebut masih dapat di obati, dengan demikian juga meningkatkan umur panjang. Meskipun merupakan penyakit infeksi AIDS merupakan penyakit kronis karna perkembangan dan penggunaan medikasi baru untuk mengobati infeksi opotunistik.
            Meskipun teknologi dapat menyelamatkan hidup, teknologi juga dapat mengakibatkan masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan.
2.3  Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komonikasi
Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.

1.      Fase Denial ( pengikraran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “.
Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a.       Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
b.      Selalu berada di dekat klien
c.       Pertahankan kontak mata

2.      Fase anger ( marah )
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, ornag ornag tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik komonikasi yang di gunakan ;
A.    Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya
B.     Hearing.. hearing.. dan hearing..
C.     Menggunakan teknik respek


3.      Fase bargening ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a.       Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar
b.      Menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan

4.      Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapan yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a.       Jangan mencoba menenangkan klien
b.      Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.

5.      Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.  Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini  apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

Teknik komonikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien
D.    Menyampaikan berita buruk
langkah langkah nya adalah ;
1.      Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai macam informasi
Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit yang banyak ornag.
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak erogi atau bergetar
2.      Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa tugas penting di awal ;
a.       Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat ornag yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.
b.      Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji tentnag pemahaman resipien terhadap situasi.
Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperyi “ mengapa tes itu di lakukan?”
3.      Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan mengenai semua yang ada lingkungannya.
a.       Bicara pelan
b.      Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kuran baik untuk anda.... “
c.       Sampaikan berita yang akan di sampaikan, jika itu adalah suatu diagnosa, minta dokter untuk menyampaikannya langsung. Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.

4.      Akibat dari berita

a.       Tunggu reaksi dan tenang
Misal : menangis, pingsan dll
b.      Liat dan berikan respon sebagai tanda empati
Dan perawat bisa menyampaikan “ saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada  dalam pikiran anda saat ini?
c.       Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
 “ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian?

5.      Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat

Sering kali perwat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk. Oleh karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri unntuk menenangkan diri dengan bermeditasi dan berdoa

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi dapat di simpulkan bahwa teknologi juga mempengaruhi terhadap terjangkitnya penyakit kronis, kenapa? Karna teknologi juga dapat mengakibatkan masalah masalah kronis yang hampir sama melemahkannya seperti yang di rancang untuk menyembuhkannnya. Sebagai cintoh teknologi sangat meningkatkan angka bertahan hidup bayi bayi yang sangat premature namun pada saat yang sama teknologi tersebut juga membuat mereka rentan terhadap komplikasi seperti ketergantungan terhadap ventilator dan kebutaan.
3.2 Saran
Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam memberikan asuhan keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara benar dan bijaksana sehingga terciptalah generasi generasi penerus yang berkualitas



DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah.2001.Komonikasi Terapeutik.Jakarta.Aditama
Akses tanggal : 23 Desember 2011
Pukul : 14.00 Wib
Akses : 20 Desenber 2011
Pukul : 16.00 Wib
Akses : 20 Desember 2011
Pukul : 15.00


Tidak ada komentar:

Posting Komentar