Kamis, 14 Maret 2013

GASTRITIS NEW_STIKES NHM



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Gastritis atau yang umum dikenal dengan sebutan Maag adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat, namun begitu penyakit ini sering diremehkan dan disepelekan oleh penderitanya. Pada kenyataannya, penyakit gastritis tidak bisa diremehkan. Gastritis adalah penyakit pencernaan pada lambung yang dikarenakan oleh produksi asam lambung yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung. Penderitanya merasa akan merasa perutnya perih dan mulas di daerah sekitar ulu hati. Jika hal ini dibiarkan dan diabaikan berlarut-larut maka akan memicu erosi mukosa lambung. Dalam beberapa kasus gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung dan peningkatan kanker perut. Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke 9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (yanmed DEPKES RI http://bank data depkes.go.id/data).
Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5-6 tahun terakhir dan menyerang laki-laki lebih banyak daripada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.  Faktor-faktor lain yang berkaitan dengan sakit maag antara lain adalah riwayat keluarga yang menderita sakit maag, kurangnya daya mengatasi atau adaptasi yang buruk terhadap stres.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Seperti apakah anatomi fisiologi dari  Gaster?
1.2.2        Apa yang di maksud dengan gastritis?
1.2.3        Apa saja etiologi dari gastritis?
1.2.4        Bagaimanakah patofisiologi gastritis?
1.2.5        Bagaimana manifestasi gastritis?
1.2.6        Apa saja pemeriksaan penunjang dari gastritis?
1.2.7        Bagaimana penatalaksanaannya?
1.2.8        Bagaimana asuhan keperawatan gastritis?

1.3  Tujuan dan Manfaat

1.3.1        Menjelaskan anatomi fisiologi gastritis
1.3.2        Menjelaskan definisi dari gastritis
1.3.3        Menjelaskan etiologi dari gastritis
1.3.4        Menjelaskan patofisiologi dari gastritis
1.3.5        Menjelaskan manifestasi gastritis
1.3.6        Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari gastritis
1.3.7        Menjelaskan bagaimana penatalksanaan dari gastritis
1.3.8        Menjelaskan asuhan keperawatan pasien gastritis




BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi
Saluran gastrointestinal (GI) adalah jalur panjang (panjang totalnya 23 – 26 kaki) yang berjalan melalui mulut melalui esofagus, lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inci), menjadi distensi bila makanan melewatinya. Bagian sisa dari gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung ditempatkan di bagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-kira 1500 ml. Inlet ke lambung disebut pertemuan esofago-gastrik. Bagian ini dikelilingi oleh cincin otot halus, disebut sfingter esofagus bawah (atau sfingter kardia), yang pada saat kontraksi, menutup lambung dari esofagus. Lambung dapat dibagi kedalam empat bagian anatomis : kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan pilorus (outlet).



 



Lambung terdiri dari empat lapisan :
a)      Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
b)      Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis
ü  Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot usofagus
ü  Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot sfingter dan berada di bawah lapisan pertama
ü  Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor (lengkung kecil).
c)      Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran limfe.
d)     Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal dan terdiri atas banyak kerutan atau rugae yang hilang bila organ itu mengembang karena berisi makanan.
Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe. Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang yang salurannya dilapisi oleh epitelium silinder. Epitelium ini bersambung dengan permukaan mukosa dari lambung. Epitelium dari bagian kelenjar yang mengeluarkan sekret berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung. Kelenjar kardia terletak paling dekat lubang yang ada di sebelah usofagus. Kelenjar di sini berbentuk tubuler, baik sederhana maupun bercabang dan mengeluarkan  sekret mukus alkali. Kelenjar dari fundus terdahulu bekerja; kelenjarnya tubuler dan berisi berbagai jenis sel. Beberapa sel, yaitu sel asam atau sel oxintik, menghasilkan asam yang terdapat dalam getah lambung. Dan yang lain lagi menghasilkan musin. Kelenjar pilorik. Kelenjar dalam saluran pilorik juga berbentuk tubuler. Terutama menghasilkan mukus alkali. Otot halus sirkuler di dinding pilorus membentuk sfingter piloris dan mengontrol lubang  diantara lambung dan usus halus. Secara ringkas fungsi lambung antara lain :
a)         Lambung menerima makanan dan bekerja sebagai penampung untuk jangka waktu pendek.
b)        Semua makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidrokhlorida dan dengan cara ini disiapkan untuk dicernakan oleh usus.
c)         Protein diubah menjadi pepton.
d)        Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
e)         Pencernaan lemak dimulai dari lambung.
f)         Faktor antianemi dibentuk.
g)        Chime, yaitu isi lambung yang cair, disalurkan masuk duodenum.

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran GI, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat diri yang memungkinkan kira-kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi ke dalam tiga bagian anatomik : bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut jejenum dan bagian bawah disebut ileum. Duktus koledukus yang memungkinkan untuk pasase baik empedu dan sekresi pankreas, mengosongkan diri ke dalam duodenum pada ampula vater.
            Pertemuan antara usus halus dan besar terletak di bagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal, yang berfungsi untuk mengontrol pasase isi usus ke dalam usus besar dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen tranversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus besar terdiri dari dua bagian kolon sigmoid dan rektum. Tektum berlanjut pada anus. Jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
2.2 Definisi
Gastritis (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Mekanisme kerusakan lambung diakibatkan oleh ketidakseimbangan factor-faktor pencernaan seperti asam lambung dan pepsin dengan produksi mucus bikarbonat aliran darah. (Silvia Price, 1995)
Gastritis bersal dari dua kata yaitu gaster yang berarti lambung, dan it is berarti peradangan atau pembengkakan. Gastritis adalah suatu inflamasi yang terjadi didaerah mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman-kuman, dimana bisa terjadi secara akut dan kronis.
Gastritis adalah  peradangan lambung baik lokal atau  menyebar  pada mukosa lambung yang berkembang  bila mekanisme protektif  mukosa dipenuhi dengan  bakteri atau bahan  iritan  lain (Reeves. J. Charlene).

Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:
ü  Gastritis Akut
        Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, Mis. makan terlalu banyak dan tidak teratur, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,  aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Gastritis dapat juga menjadi tanda pertama infeksi sistemik akut. Bentuk gastritis akut yang lebih parah disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangrene atau perforasi. Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasannya terbatas pada bagian mukosa saja. Terjadi atas gastritis atas, gastritis eksogen dan endogen akut.
ü  Gastritis Kronis
Inflamasi kronis pada dinding lambung yang bisa bagian mukosa saja atas sesudah penetrasi kelapisan sub mukosa lambung yang kaya akan pembuluh darah. Gastritis kronis terjadi kare na gastritis akut yang tidak tertangani.
Terbagi dalam dua tipe :
a.       Tipe A berkaitan dengan penyakit autoimunmiss, anemia pernisiosa. Tipe A ini terjadi pada  fundus atau korpus lambung.
b.      Tipe B : tipe B tidak lazim, biasanya tipe B ini di kaitkan dengan infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung yang sering terjadi dengan karakteristik adanya anoreksia, rasa penuh dan tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah yang penyebabnya sering tidak diketahui
(Long ; C. B, 1995).
2.3 Etiologi
Makanan minuman yang dapat merusak mukosa lambung, banyak mengkumsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan seperti kafein. Infeksi bakteri terutama streptococcus, stapylococcus, serta bahan kimia dan minuman yanag bersifat korosif seperti asam pekat dan soda kausatif. Makanan dan minuman yang terlalu asam, pedas, panas, berlemak juga dapat menyebabkan gastritis. Terlalu banyak berpikir atau stres dapat meningkatkan asam lambung.
a.       Infeksi bakteri Helicobacter pylori. 
b.      Bahan kimia
c.       Merokok
d.      Alkohol
e.       Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan gagal, pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
f.       Refleksi usus lambung
g.      Kesalahan dalam diet
2.4 Patofisiologi
Peradangan pada gaster yang terjadi pada lapisan mokusa dapat menyebabkan kemerahan, edema dan meradang, untuk gastritis akut biasanya peradangan ini terbatas pada mukosanya saja. Apabilaa sering mengkonsumsi bahan-bahan yang bersifat iritasi, maka dapat menyebabkan perdarahan mukosa lambung dan dapat menimbulkan kerak yang disertai reaksi inflamasi. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan terjadi peningkatan sekresi asam lambung serta dapat meningkatkan jumlah asam lambung. Keadaan demikianlah yang dapat menyebabkan iritasi yang lebih parah pada mukosa lambung. (Akibat hipersekresi dari asam lambung)
2.5 Manifestasi Klinis
1.      Gastritis akut : Rasa nyeri pada epigastrium yang mungkin ditambah mual. Nyeri dapat timbul kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti terbakar pada epigastrium, kejng-kejng dan lemah.
2.      Gastritis kronik : Tanda dan gejala hanpir sama dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan penurunan berat badan, nyeri dada, nyeri ulu hati, nausea, nyeri seperti ulkus peptik, nyeri tekan epigastrium, cairan lambung terganggu, kadar gastrium serum tinggi.

2.6 Komplikasi
Pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematomesis dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik (FKUI, 2000 : 493)
Jika dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan peptic ulcers dan pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Kebanyakan kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi H. pylori. Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat H. pylori adalah MALT (mucosa associated lymphoid tissuelymphomas, kanker ini berkembang secara perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal.

2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Inayah. I, 2004, Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada gastritis akut dan kronis adalah sama antara lain :
1.      Endoskopi
Pemeriksaan bagian dalam sesuatu alat memakai endoskop
2.      Histopologi biopsi mukosa lambung
Pengambilan jaringan dari penderita secara bedah untuk pemeriksaan mikroskopik
3.      Radiologi dengan konsep ganda
Ilmu tentang energi dan zat-zat radioaktif khususnya cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit
4.      Foto lambung
5.      Foto Rontgen
6.      Gastrokopi
7.      Analisa lambung

2.8 Penatalaksanaan
  1. Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. 
  2. Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat. 
  3. Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu (misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin, bismuth, metronidazole, dan ampisilin/tetrasiklin). 
  4. Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada sebagian besar pasien yang sangat kritis. 
  5. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
  6. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
7.      H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory.
8.      Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
9.      Literatur lain mengatakan :

·         Selama masa akut cukup istirahat 1 – 2 hari
·         Mengatur diet, lembek dan tidak pedas
·         Mengganti cairan tubuh melalui intravena
·         Beri antimetik, psimpesan
·         Beri analgetik dan anti inflamasi
·         Terapi infus D5 %








BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Ø  Pengkajian
Anamnase meliputi :
·         Identitas Pasien

a.       Nama
b.      Usia
c.       Jenis kelamin: tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d.      Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
e.       Alamat
f.       Suku/bangsa
g.      Agama

·      Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.

·      Riwayat sakit dan kesehatan:
a.       Keluhan utama
b.      Riwayat penyakit saat ini
c.       Riwayat penyakit dahulu

Ø  Pemeriksaan Fisik

1.      B1 (breath) : takhipnea
2.      B2 (blood)  : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3.      B3 (brain)    : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4.      B4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5.      B5 (bowel)  : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.
6.       B6 (bone)    :  kelelahan, kelemahan

Ø  Diagnosa Keperawatan

1.    Nyeri ( akut ) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung
2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake makanan yang menurun karna anoreksia, mual dan muntah
3.    Resiko kekuarangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan kurang dan output cairan yang berlebihan sekunder terhadap muntah.
4.    Kurang pengetahuan ( kondisi dan pengobatan ) berhubungan dengan kurang sumber informasi

Ø  Rencana Keperawatan

1.      Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa lambung

Tujuan : Klien terbebas dari nyeri akut dengan kriteria : melaporkan ketidaknyaman hilang / terkontrol, mengungkapkan metode yang digunakan untuk mengurangi nyeri, mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan ( Doenges, M.E, 2000 : 45
Intervensi :
1.      Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan setelah penggunaan obat
2.      Pertahankan tirah baring selama fase akut
3.      Berikan tindakan non farmakologis untuk mengurangi sakit kepala : kompres dingin pada dahi, pijat punggung, leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi
4.      Hindari aktivitas yang dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah misalnya: mengejan saat BAB, batuk yang panjang membungkuk
5.      Bantu pasien ambulasi sesuai kebutuhan
6.      Sarankan pasien untuk menghindari zat pengiritasi seperti alkohol asap rokok
7.      Sarankan pasien untuk menghindari makanan dan minuman yang mengiritasi mukosa lambung
8.      Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut
9.      Berikan pengobatan sesuai indikasi ( analgetik )
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake makanan yang kurang sekunder terhadap anoreksia, mual dan muntah.

Tujuan : tidak terjadi kekurangan nutrisi dengan kriteria : BB stabil, diare terhenti, makanan yang disediakan habis (Wahidi, Kr. Aryati Y, 1993 : 59
Intervensi :
1.      Kaji makan kesukaan dan tidak sukai, kesulitan menelan adanya mual muntah
2.      Anjurkan pasian bedrest total
3.      Berikan tindakan kenyamanan seperti oral hygiene
4.      Untuk gastritis akut selama beberapa jam atau hari hindari pemberian makanan lewat mulut sampai keluhan berkurang
5.      Berikan es batu setelah gejala mereda kemudian diikuti dengan air putih
6.      Hindari minuman berkafein dan berkarbonat, hindari asap rokok
7.      Berikan makan porsi kecil tapi sering dalam keadaan hangat sesuai diit
8.      Timbang BB tiap hari
9.      Pantau nilai albumin serum

3.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang  kurang dan output cairan yang berlebihan sekunder terhadap muntah.

Tujuan : kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria : turgor kulit baik, intake dan output seimbang, diare berhenti, kadar elektrolit dalam batas normal, mukosa lembab, haluaran urine sesuai warna urine tidak pekat, vital sign dalam batas normal ( Turker, S.M, 1997)
Intervensi: 
1.        Observasi mual, muntah – muntah diare ( catat frekuensi – frekuensi konsistensi cairan )
2.        Monitor input dan output cairan setiap hari
3.        Monitor vital sign setiap 4 jam
4.        Pertahankan hidrasi 2-6 liter perhari
5.        Pantau tetesan infus
6.        Pantau tanda dehidrasi dan elektrolit serum
7.        Timbang BB tiap hari
8.        Kolaborasi pemberian cairan parenteral
4.      Kurang pengetahuan (kondisi& pengobatan) berhubungan dengan  kurang sumber informasi

Tujuan : klien menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan dengan kriteris mampu mengidentifikasi hubungan atau gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan faktor penyebab melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1.         Jelaskan penjelasan dokter tentang proses penyakit
2.         Sarankan pada klien keluarga menanyakan hal – hal yang tidak di pahami tentang penyakitnya
3.         Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan untuk menghentikannya
4.         Kejelasan tentang diet pasien
5.         Jelaskan makanan yang harus dihindari





BAB 4
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
Gastritis (dyspepsia/penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.  Gastritis dibagi menjadi dua yaitu: gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol,  aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori.
Manifestasi klinis gastritis antara lain nyeri terbakar di epigastrium atau rasa tidak enak yang bertambah berat dengan makan, dispepsia, anoreksia, nausea / muntah, dapat terjadi pedarahan yang mengakibatkan hematemesis, melena. Penatalaksanaan dari penyakit adalah Mengurangi paparan obat-obat yang bersifat iritan. Mengurangi produksi asam untuk melindungi mukosa lambung dengan antagonis H2, inhibitor pompa proton, dan atau sukralfat. Gastritis H. Pylori simtomatik diterapi dengan terapi tripel selama 2 minggu (misalnya omeprazole, chlarithromyein, dan amoksilin; bismuth, metronidazole, dan ampisilin/tetrasiklin). Profilaksis antasid sebaiknya diberikan pada sebagian besar pasien yang sangat kritis. Pedarahan berat pada kasus gastritis stres dapat diterapi melalui endoskopi ; pada kasus yang jarang, pedarahan yang refrakter kemungkinan memerlukan tindakan gastrektomi.
4.2    Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai penyakit gastritis. Kami selaku pembaca pula mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk kebaikan makalah  kami.


DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I Made, dkk.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8. Jakarta : EGC.
Diane C. Baughman, 2000, Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn E. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar