BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai
untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi
ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia
40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau
diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi
saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik
anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih
sering dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus
ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala
saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala
disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien
asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin
midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih
rendah.
Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain
disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan
kandung kemih kurang efektif, mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi
sering kurang baik, sistem imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya
hambatan pada aliran urin, hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian
serius.
Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang
kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di
Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk
dalam 10 besar penyakit (data bulan Juli – Desember). Infeksi saluran kemih
terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan
diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur
(Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003).
Tingkat
signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen
penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella
sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah
Eschericia coli.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Seperti apakah anatomi fisiologi system
perkemihan?
1.2.2
Apa yang di maksud dengan ISK?
1.2.3
Apa penyebab terjadinya ISK?
1.2.4
Bagaimana patofisiologinya?
1.2.5
Bagaimana manifestasi klinis dari ISK?
1.2.6
Apa saja komplikasi dari ISK?
1.2.7
Bagaimana penatalaksanaan dari ISK?
1.2.8
Dan Bagaimana asuhan keperawatannya?
1.3 Tujuan
1.3.1
Mejelaskan tentang anatomi fisiologi
system perkemihan
1.3.2
Menjelaskan tentang definisi ISK
1.3.3
Menjelaskan tentang penyebab dari ISK
1.3.4
Mejelaskan tentang patofisiologi ISK
1.3.5
Menjelaskan tentang manifestasi klinis
ISK
1.3.6
Menjelaskan tentang komplikasi dari ISK
1.3.7
Menjelaskan bagaimana penatalaksanaan
pada pasien ISK
1.3.8
Menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien ISK
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas dua ginjal
yang fungsinya membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan
membentuk kemih dan dua ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan
urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar tubuh sewaktu
berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung
lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup
untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke
kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan
lebar 2,5 cm pada bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa
kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak
retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah
dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan
permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan
keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening,
saraf dan ureter. Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun
ke bawah pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis
menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior kandung kemih
secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena
bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal
ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Adapun
fungsi dari ginjal adalah:
1. Memegang peranan penting dalam
pengeluaran zat-zat toksis/racun
2. Mempertahankan suasana keseimbangan
cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar
asam dan basa dari cairan tubuh
4. Mempertahankan keseimbangan
garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
hasil akhir dari protein ureum,kreatinin dan amoniak
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian,
kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya
maka kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi
permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara
kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada
pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum
terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20
cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi maupun perkemihan.
Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai system
Perkemihan. Uretra
mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan turun
dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter
internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan
external dibawah kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau
penyakit saraf.
2.2 Definisi
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection
adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, 2001)
Infeksi
saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di sebabkan
oleh bakteri terutama escherichia coli, resiko dan beratnya meningkat dengan
kondisi seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998)
Infeksi
saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya
invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
ü Klasifiksi infeksi saluran kemih
sebagai berikut :
1.
Ginjal
(pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus
urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus dan jaringan
intertisial dari satu atau kedua ginjal. Inflamasi pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman yg berasal dari kandung kemih menjalar ke pelvis ginjal.
Pielonefritis ada yang akut dan kronis/menahun.
2.
Kandung
kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi pada vesika
urinari) lebih sering terdapat pada wanita dari pada pria karna dekatanya muara
uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme gram negative dapat sampai ke
saluran kemih selama bersetubuh, trauma uretra, atau karana kurang higinies.
Biasanya organisme ini cepat di
keluarakan sewaktu berkemih ( Miksi ). Pada pria secret prostat memiliki sifat
antibacterial. Akibat paling bahaya dari sistitis adalah pielonefritis, dengan
naiknya kuman kuman dari kandung kemih ke pelvis ginjal. Manifestasi klinis
menunjukkan bakteriuria pada 60-70% kasus, dysuria, sering berkemih, merasa
ingin berkemih terus, sakit di atas suprapubis. Setiap pasien yang di pasang
kateter memiliki resiko tinggi terkena sisititis.
3.
Uretritis
Infeksi yang terjadi pada uretra. Sama halnya dengan
sistitis, uretritis ini disebabkan oleh Organisme gram negative yang di dapat
selama bersetubuh, trauma uretra, atau karna kurang higinies.
2.3 Etiologi
1.
Bakteri
(Eschericia coli)
2.
Jamur
dan virus
3.
Prostat
hipertropi (urine sisa)/BPH
2.4 Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui
:
1.
Penyebaran
endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
2.
Hematogen
3.
Asending
4.
Eksogen
sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter, atau sistoskopi.
Dua
jalur utama terjadinya ISK ialah, hematogen dan asending, tetapi dari dua cara
ini asendinglah yang paling sering terjadi.
1. Infeksi Hematogen
Infeksi Hematogen kebanyakan terjadi
pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena menderita suatu
penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan
imunosupresif.
Ginjal yang normal biasanya
mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang ada infeksi
hematogen E.coli.
2. Infeksi Asending
a. Kolonisasi uretra dan daerah
introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya
tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya
juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti, basil difteroid, streptokokus.
Disamping bakteri normal flora
kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini
disertai jaringan periuteral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni bakteri
yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Karena
peran factor predisposisi, maka kolonisasi basil koliform pada wanita didaerah
tersebut diduga karena Adanya perubahan flora normal di daerah perineum dan berkurangnya
antibody local.
b. Masuknya mokroorganisme dalam
kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme ke
dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa factor yang
mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah:
ü Faktor Anatomi
Kenyataan bahwa ISK banyak pada
wanita daripada laki-laki, hal ini disebabkan oleh Uretra wanita lebih pendek
terletak lebih dekat pada anus sedangkan uretra laki-laki bermuara saluran
kelenjar prostate dikenal sebagai anti bakteri yang sangat kuat.
ü Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih
pada waktu miksi karena tekanan urin. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam
kandung kemih setelah pengeluaran urin.
ü Faktor lain, misalnya:
1.
Kebersihan
alat kelamin bagian luar.
2.
Naiknya
bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks
vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks
intrareral. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak
berfungsinya valvula
vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal.
Valvulo vesikoureter yang tidak
berfungsi ini disebabkan karena:
1. Edema mukosa ureter akibat infeksi
2. Tumor pada kandung kemih dan
penebalan dindidng kandung kemih.
2.5 Manifestasi Klinis
Ø Uretritis biasanya memperlihatkan
gejala :
1.
Mukosa
memerah dan oedema
2.
Terdapat
cairan eksudat yang purulent
3.
Ada
ulserasi pada urethra
4.
Adanya
rasa gatal yang menggelitik
5.
Good
morning sign
6.
Adanya
nanah awal miksi
7.
Nyeri
pada saat miksi
8.
Kesulitan
untuk memulai miksi
9.
Nyeri
pada abdomen bagian bawah.
Ø Sistitis biasanya memperlihatkan
gejala :
1.
Disuria
(nyeri waktu berkemih)
2.
Peningkatan
frekuensi berkemih
3.
Perasaan
ingin berkemih
4.
Adanya
sel-sel darah putih dalam urin
5.
Nyeri
punggung bawah atau suprapubic
6.
Demam
yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.
Ø Pielonefritis akut biasanya
memperihatkan gejala :
1.
Demam
2.
Menggigil
3.
Nyeri
pinggang
4.
Disuria
2.5 Komlikasi
1. Pembentukan Abses ginjal atau
perirenal
2. Gagal ginjal
2.6 Pemeriksaan
Diagnostik/Penunjang
1.
Urinalisis
ü Leukosuria
atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
ü Hematuria
5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
2.
Bakteriologis
ü Mikroskopis
; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria.
ü Biakan
bakteri
3.
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya
organisme spesifik.
4.
Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000
koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen
dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5.
Metode tes
ü Tes
dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
ü Tes
Penyakit simplek
ü Tes-
tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP),
msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah
Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular
secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi
ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
2.7 Penatalaksanaan
ü Medis
1.
Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri
gram positif maupun gram negatif. Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Co-trimoxazole
atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Cephalosporin
seperti cefixime atau cephalexin. Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan
bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole.
2.
Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau
nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan
mengalami keterlibatan ginjal pada ISK.
3.
Apabila pielonefritis kroniknya
disebabkan oleh obstruksi atau refluks, maka diperlukan penatalaksanaan
spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
4.
Dianjurkan untuk sering minum dan BAK
sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra,
untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri feces.
ü Non
Medis
1. Dianjurkan untuk sering minum dan
BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra,
untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari
kontaminasi lubang urethra oleh bakteri.
2.
Daun Sirsak
Daun
Sirsak dipercaya mampu mengobati berbagai macam jenis penyakit karena daun
sirsak memiliki kandungan yang sangat bagus untuk kesehatan tubuh, seperti
acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin,
anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid,
muricapentocin. kandungan tersebut yang membuat daun sirsak mampu mengobati
berbagai macam jenis penyakit.
Daun
sirsak memiliki khasiat yang sangat luar biasa yakni mampu menghambat
pertumbuhan bakteri, menghambat perkembangan virus, menghambat perkembangan
parasit, menghambat pertumbuhan tumor, merileksasi otot, anti kejang, meredakan
nyeri, menekan peradangan, menghambat mutasi gen, menurunkan kadar gula darah,
menurunkan demam, menurunkan tekanan darah tinggi, menguatkan saraf,
menyehatkan jantung, meningkatkan produksi asi pada itu hamil, melebarkan
pembuluh darah, membunuh cacing parasait, mengurangi stres, menguatkan
pencernaan dan meningkatkan nafsu makan. Yang paling luar biasa adalah daun
sirsak memiliki zat antikanker (acetogenins) yang kekuatannya 10.000 kali lipat
lebih kuat dibandingkan dengan kemoterapi.
3.
Buah Manggis
Begitu banyak manfaat yang dapat
kita rasakan dalam kulit manggis, karena kulit manggis mengandung Xanthone
sebagai antioksidan, antiproliferativ, antiinflamasi dan antimikrobial. Sifat
antioksidan manggis melebihi vitamin E dan vitamin C. Xanthone yg terdapat di
manggis merupakan subtansi kimia alami yang tergolong senyawa polyhenolic.
Peneliti dari Universitas Taichung di Taiwan telah mengisolasi xanthone dan
deviratnya dari kulit buah manggis di antaranya diketahui adalah
3-isomangoestein, alpha mangostin, Gamma-mangostin, Garcinone A, Garcinone B,
C, D dan garcinone E, maclurin, mangostenol. Sebuah penelitian di Singapura
menunjukan bahwa sifat antioksidan pada buah manggis jauh lebih efektif bila
dibandingkan dengan antioksidan pada rambutan dan durian.
Xanthone
tidak ditemui pada buah-buahan lainnya kecuali pada buah manggis, oleh sebab
itu buah manggis diberikan julukan sebagi ”Queen of Fruit” atau Si Ratu Buah.
Dari berbagai penelitian, kandungan xanthone dan derivatnya efektif melawan
kanker payudara secara in-vitro, dan obat penyakit jantung.
Kasiat
garcinone E (devirat xanthone) ini jauh lebih efektif untuk menghambat kanker
bila dibandingkan dengan obat kanker seperti flaraucil, cisplatin, vincristin,
metohotrexete, dan mitoxiantrone.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
·
Pengkajian
Nama :
Umur :
Jenis
kelamin :
Suku bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal
MRS :
Diagnosa medis :
a)
Keluhan
utama :
Disuria, Poliuria. Nyeri, Terdesak
kencing yang berwarna terjadi bersamaan.
b)
Riwayat
penyakit sekarang
Penyebab dari disuria disebabkan
karena masuknya organisme eschericea coli kedalam kolon.
c)
Riwayat
penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit ISK
d)
Riwayat
penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita
penyakit yang sama.
e)
Riwayat
psikososial dan spiritual
Biasanya klien cemas, bagaimana
koping mekanisme yang digunakan gangguan dalam beribadat karena klien lemah.
·
Pemeriksaan
Fisik
1.
Keadaan
Umum
Didapatkan klien tampak lemah
2.
Tingkat
Kesadaran
Normal GCS 4-5-6
3.
Sistem
Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
4.
Sistem
Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah (
Hipotensi )
5.
Sistem
Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun,
rambut agak kusam.
6.
Sistem
Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa
mulut kering, lidah kotor.
7.
Sistem
Muskuloskeletal.
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak
didapatkan adanya kelainan.
8.
Sistem
Abdomen
Pada palpasi didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal
akibat adanya peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih yang
mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyama : Nyeri pada daerah kandung
kemih dan sekitarnya sehubungan dengan akibat adanya peradangan.
2.
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan akibat
adanya infeksi .
3.
Perubahan pola eliminasi urine : disuria,
sehubungan dengan adanya akibat peradangan
4.
Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan
pengobatannya sehubungan dengan kuranganya informasi.
Perencanaan
Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyama : Nyeri pada daerah VU dan sekitarnya, sehubungan
dengan akibat adanya peradangan.
Tujuan
:Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 4 Jam nyeri
berkurang
KH:
1.
Rasa nyeri berkurang
2.
Pasien tampak rileks
3.
Ekspresi wajah tidak meringis
4.
Pasien dapat menyebutkan penyebab dan cara
mengatasi nyeri.
5.
Skala nyeri
1-3
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1)
Kaji skala
nyari
|
Agar dapat mangetahui
tingkat nyeripada pasien
|
2) Mengatur posisi tidur yang nyaman
|
Akan mengurangi nyeri dan
meningkatkan keinginan tidur pasien
|
HE
3) Mengajarkan
cara mengurangi rasa nyeri (relaksasi ) dan memberikan kegiatan positif
|
Tehnik relaksasi dapat
megalihkan perhatian pasien dari perasaan nyeri sehingga klien merasa nyaman
|
4) Ciptakan lingkungan
terapiutik yang nyaman
|
Lingkungan terapeutik yang
tenang dan nyaman dapat mengurangi stress terhadap pasien
|
HE.
5) Beri penjelasan tentang
penyebab rasa nyeri
|
Menjelasan tentang penyebab rasa nyeri dapat memberikan informasi
positif kepada klien dan keluarga sehingga dapat menurunkan kecemasan dan
turut aktif dalam tindakan pengobatan
|
Kolaborasi
pemberian Analgetik dan antibiotic
|
Analgetik dapat mengurangi
nyeri dan antibiotic mengurangi dan menghilangkan factor penyebab nyeri
|
2. Peningkatan
suhu tubuh sehubungan dengan akibat adanya infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawat 1x24 jam
suhu tubuh pasien menurun.
KH :
1)
Suhu tubuh pasien normal ( 36,5 – 37,50 c)
2)
Akral pasien
teraba hangat
3)
TTV. 120/80
4)
Pasien tenang/rilexs
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1) Kaji
peningkatan suhu tubuh melalui pemeriksaan laboratorium
|
Untuk mengetahui factor
penyebab peningkatan suhu tubuh dan untuk menetapkan program terapi
selanjutnya
|
2)
Lakukan kompres dingin atau hangat pada tubuh
|
Kompres hangat dapat
meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah sedangkan kompres dingin
meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah.
|
Kolaborasi
3)
Melaksanakan program terapi : Penatalaksanaan antipiretik sesuai
indikasi
|
:Antipiretik menurunkan
demam
|
Observasi
4) Memonitor tanda – tanda vital
|
Untuk mengetahui keadaan
pasien
|
5)
Monitor
intake dan output cairan
|
Intake dan out put yang
kurang dapat merangsang perkembangan bakteri dalam vesica urinaria
|
3. Perubahan
pola eliminasi urine ; disuria, sehubungan dengan adanya akibat peradangan .
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pola eliminasi kembali normal
KH: 1) Pola eliminasi urine kembali normal
2) Keluhan bak tidak ada lagi.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1)
Kaji
keluhan buang air kacil
|
Untuk mengetahui masalah
eliminasi dan menentukan tindakan yang tepat
|
2)
Kosongkan
kandung kemih tiap 2-3 jam
|
Untuk mencegah perkembangan
bakteri
|
3)
Tampung
urine 24 jam untuk pemeriksaan dan kaji pengeluaran urine ( jmulah, waran,
bau)
|
Untuk mengetahui agen
penyebab gangguan ISK
|
HE
4)
Jelaskan
penyebab perubahan pola eliminasi
|
Untuk mengurangi kecemasan
klien
|
5)
Anjurkan
pasien untuk minum cukup bila tidak ada kontra indikasi
|
Untuk rehidrasi cairan dan
untuk pengeluaran bakteri dan mikroorganisme lainnya
|
Observasi
6)
sedini
mungkin tanda-tanda gagal ginjal
|
Untuk mencegah terjadinya
komplikasi
|
4. Kurang
pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya sehubungan dengan
kuranganya onformasi yang ditandai dengan sering bertanya –Tanya.
Tujuan : setelah dilakukan 1 x 24
KH: Pengetahuan pasien tentang
penyakitnya meningkat
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1)
Kaji
tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang di derita
|
Untuk mengetahui kesiapan
pasien dan keluarga serta untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga tentang penyakit yang diderita
|
HE
2)
Jelaskan
secara singkat tentang
|
Untuk menambah pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit,
|
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi Saluran Kemih atau urinarius Troctus infection
adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, 2001)
Infeksi
saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di sebabkan
oleh bakteri terutama escherichia coli, resiko dan beratnya meningkat dengan
kondisi seperti refluksvesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaian instrumen baru, septikemia. (Susan Martin Tucker,
dkk,1998)
Dimana
ISK terbagi menjadi 3 bagian :
1)
Uretritis
( Infeksi pada uretra)
2)
Pielonefritis
( Infeksi pada ginjal )
3)
Sistitis
( Infeksi pada vesika urinary )
4.2 Saran
Kami
sebagai mahasiswa mahasiswi keperawatan sangat sangat berharap dengan adanya
makalah ini dapat memberi manfaat dan memeberi pengetahuan lebih tantang pentingnya
menjaga kebersihan tubuh terlebih lagi pada organ vital kita, terutama pada
wanita, karna ISK ini sering sekali terjadi pada wanita dari pada laki laki,
tpi bukan berarti yang laki laki tenang tenang saja, tetap jaga kebersihan itu
sangat penting untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Tambayong
jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta.
EGC
Price,
Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of
disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer,
Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8.
Jakarta: EGC.
Tessy
Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI
http://nurse-dessyariani.blogspot.com/2012/10/laporan-pendahuluan-askep-infeksi.html Di akses
harisenin tanggal 23 september 2013