BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit
amandel, merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar
terjadi pada anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang
dewasa, masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai
gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini, Bila tonsil membesar dan
menyebabkan sumbatan jalan napas, disfagia berat, gangguan tidur dan terbentuk
abses.
Menginggat banyaknya masalah yang bisa terjadi pada
tonsilitis maka perhatian dan perawatan pada tonsilitis tidak boleh di abaikan
agar terhindar dari komplikasi, berdasarkan kondisi tersebut maka perawat perlu
mengetahui tentang asuhan keperawatan pada tonsilitis agar dapat melakukan
asuhan keperawatan dengan baik.
Berdasarkan
banyaknya masalah di atas maka kelompok kami tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan klien dengan tonsilitis dan kebetulan pula kami kebagian tugas
tonsilitis dan abses peritonsil sebagai tugas sistem respirasi di semester 3
ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bgaimana anatomi fisiologi tonsil?
1.2.2
Apa definisi tonsilitis dan abses
peritonsil?
1.2.3
Bagaimanakah etiologinya?
1.2.4
Serta bagaimanakah patofisiologinya?
1.2.5
Apa Manifestasi dari peritonsil dan
abses peritonsil?
1.2.6
Bagaimanakah Komplikasinya?
1.2.7
Bagaimana penatalaksanaannya?
1.3 Tujuan
1.3.1
Menjelaskan anatomi fisiologi Tonsil
1.3.2
Menjelaskan tentang definisi tonsilitis
dan abses peritonsilar
1.3.3
Menjelaskan etiologi dari tonsilitis dan
abses peritonsilar
1.3.4
Menjelaskan tentang patofisiologi
tonsilitis dan peritonsilar
1.3.5
Menjelaskan Manifestasi
1.3.6
Menjelaskan Komplikasi
1.3.7
Menjelaskan Penatalaksanaan
1.4 Manfaat
Memberikan
pemaparan secara detail mengenai Tonsilitis dan abses peritonsil Khususnya
Mahasiwa mahasiswi STIKES Ngudia Husada Madura
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Anatomi Fisiologi Tonsil
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas
ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong
di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat
longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap
kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena
perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga
dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang
ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring,
sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada
jalan nafas.
Secara mikroskopik mengandung 3
unsur utama:
1.
Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2.
Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda
3.
Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai
stadium
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler
dan humoral. Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat
“memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral
bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin
yang dapat membunuh kuman dan virus.
Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil
dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan
infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang
ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi
sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar
dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai
amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi
sering sakit demam dan batuk pilek. Selain itu folikel infeksi pada amandel
dapat menyebabkan penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung
(Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis). Penyakit
sinusitis dan otitis
media
pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan
adenoid.
2.2 Definisi
Tonsilitis
adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis
lain atau oleh infeksi virus seperti hemolyticus, streptococcus viridons dan
streptococcus pygenes. Sedangkan abses peritonsilar adalah penimbunan nanah
pada tonsil ( Amandel) Abses peritonsilar adalah komplikasi dari tonsilitis (Hembing,
2004)
Tonsilitis
adalah peradangan pada tonsil palatine yang merupakan bagian dari cincin
waldeyer. Cincin palatin ini terdiri dari susunan kelenjar limfa yang terdapat
dalam rongga mulut yaitu tonsil Faringeal (Adenoid), tonsil palatin (tonsil
faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Tuba Eustachius
(lateral band dinding faring atau gerlach’s tonsil)
(Soepardi,Efiary
Arsyad, dkk. 2007),
Tonsilektomi
adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil.
(Arsyad
Soepardi,1995)
Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai
tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang menyebabkan tonsillitis.
Macam-macam
tonsillitis :
1. Tonsillitis akut
Dibagi
lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis
viral
Ini
lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis
Bakterial
Radang
akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang
dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan
streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang
mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya
yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif
dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.
c. Tonsilitis
Septik
Penyebab
streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga menimbulkan
epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara
pasteurisasi sebelum diminum makam penyakit ini jarang ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta
atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang
dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala ,
badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
4. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis
ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut
yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak
adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang
kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
(Soepardi,Efiary
Arsyad,dkk 2007)
2.3 Etiologi
Penyebab
tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu
:
a. Streptokokus
Beta Hemolitikus
b. Streptokokus
Viridans
c. Streptokokus
Piogenes
d. Virus
Influenza
Abses peritonsil terjadi sebagai
akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar
mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman
penyebab tonsilitis. Biasanya unilateral dan lebih sering pada anak-anak yang
lebih tua dan dewasa muda2.
Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang
bersifat aerob maupun yang bersifat anaerob. Organisme aerob yang paling sering
menyebabkan abses peritonsiler adalah Streptococcus
pyogenes (Group A Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan Haemophilus
influenzae. Sedangkan organisme anaerob yang berperan adalah Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan Peptostreptococcus spp. Untuk kebanyakan abses peritonsiler diduga
disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik6.
2.4 Patofisiologi
Saat
bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, Tonsil ( Amandel )
berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel
darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.
Hal
ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan
datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau
virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis. Bakteri
atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan terkikis
dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil. Infeksi tonsil jarang
menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan. Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler). Abses
Peritonsiler ini adalah akibat dari inflamasi tonsil dan hasilnya nekrosis
jaringan dan pembentukan pus.
Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil
menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C). abses secara
perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan Dimulai
dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah. pasien hanya mengeluh
merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat
menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening melemah
didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih
membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa
mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah
72 jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )
2.5
Manifestasi Klinik
a) Gejala
berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama ). Gejala lain: Demam, tidak enak badan, sakit kepala,
muntah.
b) Gejala
tonsillitis antara lain : pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan,
tenggorokan terasa kering, pernafasan bau, pada pemeriksaan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus, tidak nafsu
makan, mudah lelah, nyeri abdomen, pucat, letargi, nyeri kepala, disfagia
(sakit saat menelan), mual dan muntah.
c) Gejala
pada tonsillitis akut : rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi
odinafagia, anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring terkena), tonsil
membengkak
d) Dimulai
dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit menelan,
kadang – kadang muntah. Tonsil kepala dan sakit pada bengkak, panas, gatal,
sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit telinga.
Pada tonsillitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar
nanah pada lekukan tonsil.
(Megantara, 2006; Mansjoer, 1999;
Hembing, 2002)
2.6
Komplikasi
Komplikasi
tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu:
a. Abses
peritosil
Terjadi
diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus
group A.
b. Otitis
media akut
Infeksis
dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustachi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengakibatkan otitis media yang dapat
mengarah pada rupture spontan gendang telinga.
c. Mastoiditis
akut
Ruptur
spontan gendang telinga lebih jauh menyebar infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
d. Laringitis
e. Sinusitis
f. Rhinitis
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
tonsillitis secara umum:
a) Jika
penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b) Pengangkatan
tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
ü Tonsilitis
terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
ü Tonsilitis
terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
ü Tonsilitis
terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
ü Tonsilitis
tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Bedah
untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu pernah menjadi tindakan umum untuk
mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila tonsilitis sering berulang atau
kronis, tidak merespon pengobatan atau menyebabkan komplikasi
serius. Pengangkatan amandel tidak berefek buruk terhadap daya kekebalan
tubuh secara keseluruhan. Namun demikian, operasi ini kini relatif lebih jarang
dilakukan dibandingkan dulu
Penatalaksanaan
tonsillitis adalah:
a) Penatalaksanaan
tonsillitis akut :
ü Antibiotik
golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap
dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klidomisin.
ü Antibiotik
yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi
edema pada laring dan obat simptomatik.
ü Pasien
diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
ü Pemberian
antipiretik
b) Penatalaksanaan
tonsillitis kronik
ü Terapi
lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
ü Terapi
radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau
terapi konservatif tidak berhasil.
2.8 Prinsip Prinsip Etik dalam Bidang Kesehatan atau
Keperawatan
A.
Otonomi (Autonomy)
Prinsip
otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan
membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
B.
Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience
berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan
dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
C.
Keadilan (Justice)
Prinsip
keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
D.
Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien
E.
Kejujuran (Veracity)
Prinsip
veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk
meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien
untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best”
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun
hubungan saling percaya.
F.
Menepati janji (Fidelity)
Prinsip
fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan
rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
G.
Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam
prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan.
Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau
keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
H.
Akuntabilitas
(Accountability)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
Data dasar, meliputi :
ü Identitas
Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi)
ü Identitas
Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
Riwayat Keperawatan, meliputi :
Riwayat
Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah
sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan
penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah
mengalami nyeri pada tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS atau
pengobatan tertentu atau belum
pernah mengalami penyakit pernapasan
Riwayat
penyakit sekarang
Awalnya klien demam selama 2 hari.
Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh suhu 38,20C. Setelah itu
klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena ia mengalami nyeri pada
tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan pemeriksaan bagian mulut
terjadi pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. Klien kemudian
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan kultur : usap tonsilar. Ternyata
hasilnya positif terdapat Streptococcus group A. Tim medis menyarankan klien
untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.
ü Keluhan
utama
Klien
mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan.
II
Pengkajian Fisik
a.
Tanda-tanda
vital :
·
Nadi
: 84 x/menit
·
Respirasi
: 22x/menit
·
TD
: 100/60 mmHg
·
Suhu
: 38,20 C
b.
Pemeriksaan
mulut dan tenggorok :
·
Berbicara
kurang jelas
·
Suara
serak dan parau
·
Warna
lidah merah
·
Palatum
simetris
·
Uvula
simetris
·
Napas
bau
·
Tonsil
= T3 (kanan dan kiri)
Pemeriksaan
Fisik :
·
Pemeriksaan
kepala : bentuk nesochepal, rambut hitam, tipis dan bersih
·
Pemeriksaan
mata : tidak ada sekret di sudut mata, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik, pasien bisa membaca dan membedakan warna.
·
Pemeriksaan telinga : bersih, tidak ada cairan
keluar, simetris antara kanan dan kiri
·
Pemeriksaan hidung : bersih dan tidak ada sekret
·
Pemeriksaan
mulut dan tenggorokan : tidak ada caries pada gigi, terdapat pembesaran pada
jaringan limfatik kedua sisi orofaring.
·
Pemeriksaan
leher : JVP tidak meningkat
·
Pemeriksaan
dada : ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
Prioritas Masalah
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penumpukan secret
2) Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi
4) Resiko
kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
5) Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan
6) Resiko
infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka
7) Harga
diri rendah berhubungan dengan penurunan
fungsi tubuh
8) Cemas
berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama
pasien : Nn.T
Ruang
: Delima
Tanggal
:28 oktober 2010
No.
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
|
1.
|
Nyeri
berhubungan dengan respon inflamasi
DS:
- Pasien
mengatakan nyeri tenggorokan saat menelan
-
DO
:
- Saat
menelan pasien meringis.
Pasien gelisah
- Tonsil
merah dengan bercak keputih-putihan
-
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan nyeri yang dialami pasien
menurun
KH :
- Pasien
menunjukkan nyeri berkurang secara subjektif dan terlihat lebih rileks
|
1. a. Berikan
tindakan nyaman dan aktivitas hiburan
2.
3. b. Berikan analgetik,
misalnya kodein; ASA dan darvan sesuai indikasi
c. kolaborasi dengan tim medis yang lain
|
1. a. Meningkatkan
relaksasi dan membantu pasien untuk tidak hanya fokus pada nyeri
3. b. Analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri
c.
c. Tindakan lebih terstruktur
|
|
2.
|
BHarga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
ddDs
: Pasien mengatkan malu
Do : Selalu berfikir negative
D
|
Setelah di
berikan asuhan keperawatan pasien Tidak lagi mengalami harga diri rendah
KH : Pasien
menyatakan pemahaman akan perubahan dan
penerimaan
diri pada situasi yang ada dan optimis
|
a.Diskusikan
situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah,
jelaskan
hubungan antara gejala dengan asal penyakit
b. Dukung dan
dorong pasien, berikan perawatan yang positif,
perilaku
bersahabat
c. Dorong
keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa,
berkunjung
atau berpartisipai pada perawatan
|
1
a.
Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh
b. Pemberian perawatan kadang-kadang
memungkinkan
penilaian
perasaan pasien untuk memuat upaya untuk
membantu
pasien merasakan nilai pribadi.
c. Anggota keluarga dapat merasa
bersalah tentang kondisi
2
pasien dan takut terhadap
kematian
|
|
3
|
Hipertermi
berhubungan dg respon inflamasi
Ds
: Pasien mengeluh panas
Do
: Suhu 38
|
hhSetelah di berikan asuhan
keperwatan suhu tubuh pasien menurun
d
KH : akral pasien teraba tidak panas, suhu tubuhh menurun 37
|
1.
a.
Kolaborasi pemberian Antipiretik
2.
Ex
: Parasetamol
b. Berikan
kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol
3.
|
1.
a.
Dengan memberikan obat antipiretik, suhu badan pasien akan menurun
2.
b.
Membantu mengurangi demam
|
|
4
|
Cemas
berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
tonsilektomi.
Ds : Pasien mengatakan takut
Do : Wajah meringis ketakutan
|
Setelah
di berikan asuham keperawatan Kecemasan berkurang
atau hilang
KH : Kecemasan
berkurang ,monitor intensitas
kecemasan.
|
Ss a. Kaji sejauh mana
kecemasan klien
b.
Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat
perawat intra
operasi
c. Identifikasikan
tingkat rasa cemas..
d. Beritahu
pasien kemungkinan dilakukan operasi.
R
|
1. a. Untuk
mengetahui tingkat kecemasan pasien
b. Mengem
ba
bangkan rasa percaya diri
c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan
klien
d. Mengurangi rasa takut
|
1.
|
5
|
Jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret
Ds : Pasien mengeluh tidak bisa
bernafas
Do : Ada secret/mukus
|
Setelah di berikan asuhan keperawatan jalan
nafas efektif kembali
KH : setelah dilakukan keperawatan
resiko ketidak
efektifan
bersihan jalan nafas dapat teratasi
ditandai dengan tidak adanya sekret,
suara nafas vesikuler, RR 20
|
a.Pantau irama
atau frekuensi irama pernafasan
b. Auskultasi
bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya:
mengi, krekel,
ronki
c. Kaji pasien
untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian
kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
d.Dorong
pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan ( Batuk efektif, di berikan
fisioterapi dada)
d.Kolaborasi
dengan dokter
R
|
a. Pernafasan dapat melambatkan dan
frekuensi ekspirasi
memanjang di
banding inspirasi
b. Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki
terdengar pada
inspirasi dan
atau ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan
secret
c. Peninggian kepala tempat tidur
mempermudah fungsi
pernafasan
dengan menggunakan gravitasi namun, pasien
dengan
distresi berat akan mencari posisi yang paling
mudah untuk
bernafas
d. jalan nafas
efektif kembali
|
1
|
6
|
Resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
yang
berlebihan (Post Oprasi)
Ds : Pasien
terlihat pusat
Do : Dehidrasi
|
Setelah di
berikan asuhan keperawatan akan berkurang volume cairan yang terjadi
KH : setelah dilakukan tindakan keperawatan
resiko
kekurangan
volume cairan dapat terstasi ditandai
dengan tanda
vital stabil, membran mukosa lembab,
l
turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
|
a. Kaji atau ukur dan catat jumlah
pendarahan
b. Awasi tanda
vital: bandingkan dengan hasil normal
pasien/sebelumnya.
Ukur TD dengan posisi duduk atau
berbaring
serta ukur nadi
c. Catat
respon fisiologi individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya
perubahan mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat,
berkeringant
dll
d.Kolaborasi
pemberian cairan
|
a. Potensial kekurangan cairan,
khususnya bila tidak ada
tambahan
cairan
b. Perubahan TD dan nadi dapat digunakan
untuk perkiraan
kasar
kehilangan darah, missal nadi diduga 25%
penurunan
>110
c. Simtomatologi dapat berguna dalam
mengukur berat
badan
atau lamanya episode perdarahan.
|
|
7
|
Resiko
infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai
dengan luka
terbuka
Ds
: Pasien mengeluh sakit, nyeri dan panas
Do
: Lingkungan kotor, personal higine rendah
|
Setelah di
lakukan asuhan keperwatan pasien menyatakan pemahaman penyebab atau fakto
resiko
individu
KH :
mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan
resiko infeksi, menunjukkan tehnik
atu perubahan
pola hidup untuk meningkatkan
li
lingkungan yang nyaman
|
a.Cuci tangan
sebelum dan sesudah aktivitas walaupun
menggunakan
sarung tangan steril
b. Tetap ada
fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
c. Siapkan
lokasi operasi menurut produsen khusus
|
1h a. Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetapkan
mekanisme yang dirancang untuk mencegah
Infeksi
c.
Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi
|
|
8
|
Resiko kurang nutrisi dari
kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak
adekuat
Ds : Pasien mengeluh sakit sakitan, lemes dan tidak punya
tenaga
Do : Asupan makanan sedikit
|
Setelah di lakukan asuhan keperawatan
kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH: Kebutuhan nutrisi pasien adekuat,
tidak ada tandatada
malnutrisi,
mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan
porsi yang diberikan atau
di butuhkan
d
|
a. Awasi masukan dan berat badan
sesuai indikasi
b. Auskultasi
bunyi usus
c. Mulai
dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi
|
a. Memberikan informasi sehubungan
dengan kebutuhan
nutrisi dan
keefektifan terapi
b.Makan hanya
dimulai setelah bunyi usus membaik setelah
c. Kandungan
makan dapat mengakibatkan ketidak
toleransian,
memerlukan perubahan pada kecepatan/tipe
formula
|
|
Streptococcus
hemolitikus tipe A
Virus
hemolitikus influenza
Reaksi
antigen dan antibody dalam tubuh
Antibody
dalam tubuh tidak dapat melawan antigen (kuman)
Virus
dan bakteri menginfeksi tonsil
Epitel
terkikis
Inflamasi
tonsil
Nyeri
saat menelan
Rangsang
termoregulasi
hipotalamus
|
Terputusnya
pembuluh darah
|
Terputusnya
keuntuhan jaringan
|
Jalan nafas tidak efektif
|
Resiko kekurangan volume cairan
|
Sumbatan
jalan nafas dan cerna
|
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri
kelompok A streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan oleh
bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus seperti hemolyticus, streptococcus
viridons dan streptococcus pygenes. Sedangkan abses peritonsilar adalah
penimbunan nanah pada tonsil ( Amandel) Dengan kata lain Abses peritonsilar
adalah komplikasi dari tonsilitis dimana gejalanya berupa nyeri tenggorokan
(yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan di
telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama ), pasien
mengeluh ada penghalang di tenggorokan, tenggorokan terasa kering, pernafasan
bau, pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar
dan lain sebagainya.
3.2 Saran
Kepada calon perawat masa
depan khususnya instansi Ngudia Husada Madura untuk lebih memahami dan memperdalam
tentang segala tentang masalah tonsilitis dan abses peritonsilar agar kelak saat bekerja dirumah sakit dan menemukan
gejala alergi maka tonsilitis pada pasien
kita dapat memberikan asuhan keperawatan dengan tepat dan gelar perawat
profesionalpun ada dalam
genggaman kita. Amiiiinnnnn..
DAFTAR
PUSTAKA