Minggu, 21 Oktober 2012

Tidur dengan menyalakan lampu beresiko leokimia, Benarkah?

Anak-anak yang tidur dengan lampu menyala beresiko mengidap leukemia. Para ilmuwan menemukan bahwa tubuh perlu suasana gelap dalam menghasilkan zat kimia pelawan kanker. Bahkan ketika menyalakan lampu toilet, begadang, bepergian melintas zona waktu, lampu-lampu jalanan dapat menghentikan produksi zat melatonin.

 Tubuh memerlukan zat kimia untuk mencegah kerusakan DNA dan ketiadaan zat melatonin tersebut akan menghentikan asam lemak menjadi tumor dan mencegah pertumbuhannya.
 Prof. Russle Reiter dari Texas University yang memimpin penelitian tersebut mengatakan “Sekali Anda tidur dan tidak mematikan lampu selama 1 menit. Otak Anda segera mendeteksi bahwa lampu menyala seharian dan produksi zat melatonin menurun”. Jumlah anak-anak pengidap leukimia naik menjadi dua kali lipat dalam kurun 40 tahun terakhir. Sekitar 500 anak muda dibawah 15 tahun didiagnosa menderita penyakit ini pertahun dan sekitar 100 orang meninggal.
 Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia diadakan di London menyatakan bahwa orang menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur dimalam hari dibanding dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.

 Hal ini menekan produksi melatonin dimana normalnya terjadi antara jam 9 malam s/d jam 8 pagi. Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa orang-orang yang paling mudah terserang adalah para pekerja shift yang memiliki resiko terkena kanker payudara.
 Pada kenyataannya, Orang-orang buta tidak rentan terhadap melatonin memiliki resiko yang lebih rendah mengidap kanker. Maka para orang tua disarankan utk menggunakan bola lampu yang suram berwarna merah atau kuning jika anak-anaknya takut pada kegelapan.

Selasa, 16 Oktober 2012

Tonsilitis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini, Bila tonsil membesar dan menyebabkan sumbatan jalan napas, disfagia berat, gangguan tidur dan terbentuk abses.
Menginggat banyaknya masalah yang bisa terjadi pada tonsilitis maka perhatian dan perawatan pada tonsilitis tidak boleh di abaikan agar terhindar dari komplikasi, berdasarkan kondisi tersebut maka perawat perlu mengetahui tentang asuhan keperawatan pada tonsilitis agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik.
Berdasarkan banyaknya masalah di atas maka kelompok kami tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan klien dengan tonsilitis dan kebetulan pula kami kebagian tugas tonsilitis dan abses peritonsil sebagai tugas sistem respirasi di semester 3 ini.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Bgaimana anatomi fisiologi tonsil?
1.2.2        Apa definisi tonsilitis dan abses peritonsil?
1.2.3        Bagaimanakah etiologinya?
1.2.4        Serta bagaimanakah patofisiologinya?
1.2.5        Apa Manifestasi dari peritonsil dan abses peritonsil?
1.2.6        Bagaimanakah Komplikasinya?
1.2.7        Bagaimana penatalaksanaannya?



1.3  Tujuan
1.3.1        Menjelaskan anatomi fisiologi Tonsil
1.3.2        Menjelaskan tentang definisi tonsilitis dan abses peritonsilar
1.3.3        Menjelaskan etiologi dari tonsilitis dan abses peritonsilar
1.3.4        Menjelaskan tentang patofisiologi tonsilitis dan peritonsilar
1.3.5        Menjelaskan Manifestasi
1.3.6        Menjelaskan Komplikasi
1.3.7        Menjelaskan Penatalaksanaan

1.4  Manfaat
Memberikan pemaparan secara detail mengenai Tonsilitis dan abses peritonsil Khususnya Mahasiwa mahasiswi STIKES Ngudia Husada Madura




BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Tonsil
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas.

Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:
1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus.
Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan  adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan batuk pilek. Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis
media pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.

2.2 Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus seperti hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes. Sedangkan abses peritonsilar adalah penimbunan nanah pada tonsil ( Amandel) Abses peritonsilar adalah komplikasi dari tonsilitis (Hembing, 2004)
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatine yang merupakan bagian dari cincin waldeyer. Cincin palatin ini terdiri dari susunan kelenjar limfa yang terdapat dalam rongga mulut yaitu tonsil Faringeal (Adenoid), tonsil palatin (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil Tuba Eustachius (lateral band dinding faring atau gerlach’s tonsil)

(Soepardi,Efiary Arsyad, dkk. 2007),

Tonsilektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan mengambil atau mengangkat tonsil.
(Arsyad Soepardi,1995)
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang menyebabkan tonsillitis.

Macam-macam tonsillitis :
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a.       Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b.      Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.

2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.
c.       Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum makam penyakit ini jarang ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala , badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.

4. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.

(Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)

2.3 Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
a.       Streptokokus Beta Hemolitikus
b.      Streptokokus Viridans
c.       Streptokokus Piogenes
d.      Virus Influenza
Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil. Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis. Biasanya unilateral dan lebih sering pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa muda2.
Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang bersifat anaerob. Organisme aerob yang paling sering menyebabkan abses peritonsiler adalah Streptococcus pyogenes (Group A Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan organisme anaerob yang berperan adalah Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan Peptostreptococcus spp. Untuk kebanyakan abses peritonsiler diduga disebabkan karena kombinasi antara organisme aerobik dan anaerobik6.
2.4 Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, Tonsil ( Amandel ) berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel.
Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis. Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil. Infeksi tonsil jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat menimbulkan gejala menelan. Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses peritonsiler). Abses Peritonsiler ini adalah akibat dari inflamasi tonsil dan hasilnya nekrosis jaringan dan pembentukan pus.
Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C). abses secara perlahan-lahan mendorong tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan Dimulai dengan sakit tenggorokan ringan sehingga menjadi parah. pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah submandibuler,sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle dkk,2001 )
2.5 Manifestasi Klinik
a)      Gejala berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama ). Gejala lain: Demam, tidak enak badan, sakit kepala, muntah.
b)      Gejala tonsillitis antara lain : pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, tenggorokan terasa kering, pernafasan bau, pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus, tidak nafsu makan, mudah lelah, nyeri abdomen, pucat, letargi, nyeri kepala, disfagia (sakit saat menelan), mual dan muntah.
c)      Gejala pada tonsillitis akut : rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi odinafagia, anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring terkena), tonsil membengkak
d)     Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit menelan, kadang – kadang muntah. Tonsil kepala dan sakit pada bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit telinga. Pada tonsillitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan tonsil.
(Megantara, 2006; Mansjoer, 1999; Hembing, 2002)
2.6 Komplikasi
Komplikasi tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu:
a.       Abses peritosil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
b.      Otitis media akut
Infeksis dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustachi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada rupture spontan gendang telinga.
c.       Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebar infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
d.      Laringitis
e.       Sinusitis
f.       Rhinitis

2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:

a)      Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b)      Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
ü  Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
ü  Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
ü  Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
ü  Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Bedah untuk mengangkat amandel (tonsilektomi)–dulu pernah menjadi tindakan umum untuk mengobati tonsilitis–hanya dilakukan bila tonsilitis sering berulang atau kronis, tidak merespon pengobatan atau menyebabkan komplikasi serius. Pengangkatan amandel tidak berefek buruk terhadap daya kekebalan tubuh secara keseluruhan. Namun demikian, operasi ini kini relatif lebih jarang dilakukan dibandingkan dulu

Penatalaksanaan tonsillitis adalah:

a)      Penatalaksanaan tonsillitis akut :
ü  Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klidomisin.
ü  Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
ü  Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif
ü  Pemberian antipiretik

b)      Penatalaksanaan tonsillitis kronik
ü  Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
ü  Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau
terapi konservatif tidak berhasil.

2.8 Prinsip Prinsip Etik dalam Bidang Kesehatan atau Keperawatan

A.    Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
B.     Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
C.    Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
D.    Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien


E.     Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
F.     Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
G.    Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
H.    Akuntabilitas (Accountability)

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
I.       Pengkajian
Data dasar, meliputi :
ü  Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi)
ü  Identitas Penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
Riwayat Keperawatan, meliputi :
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami nyeri pada tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS atau pengobatan tertentu atau belum pernah mengalami penyakit pernapasan
Riwayat penyakit sekarang
Awalnya klien demam selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh suhu 38,20C. Setelah itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena ia mengalami nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan pemeriksaan bagian mulut terjadi pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. Klien kemudian disarankan untuk dilakukan pemeriksaan kultur : usap tonsilar. Ternyata hasilnya positif terdapat Streptococcus group A. Tim medis menyarankan klien untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.
ü Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan.


II  Pengkajian Fisik
a.       Tanda-tanda vital :
·         Nadi          : 84 x/menit
·         Respirasi    : 22x/menit
·         TD             : 100/60 mmHg
·         Suhu          : 38,20 C
b.      Pemeriksaan mulut dan tenggorok :
·         Berbicara kurang jelas
·         Suara serak dan parau
·         Warna lidah merah
·         Palatum simetris
·         Uvula simetris
·         Napas bau
·         Tonsil = T3 (kanan dan kiri)

Pemeriksaan Fisik  :
·         Pemeriksaan kepala : bentuk nesochepal, rambut hitam, tipis dan bersih
·         Pemeriksaan mata : tidak ada sekret di sudut mata, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pasien bisa membaca dan membedakan warna.
·          Pemeriksaan telinga : bersih, tidak ada cairan keluar, simetris antara kanan dan kiri
·           Pemeriksaan hidung : bersih dan tidak ada sekret
·         Pemeriksaan mulut dan tenggorokan : tidak ada caries pada gigi, terdapat pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring.
·         Pemeriksaan leher : JVP tidak meningkat
·         Pemeriksaan dada : ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan





Prioritas Masalah

1)      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan  penumpukan secret
2)      Hipertermi berhubungan dengan  respon inflamasi
3)      Nyeri akut berhubungan dengan respon inflamasi
4)      Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
5)      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan
6)      Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan luka terbuka
7)      Harga diri rendah  berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
8)      Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi tonsilektomi.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama pasien    : Nn.T
Ruang              : Delima
Tanggal           :28 oktober 2010
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
Rasional

1.
Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi
DS:
-    Pasien mengatakan nyeri tenggorokan saat menelan
-     
DO :
-     Saat menelan pasien meringis.
     Pasien gelisah
-    Tonsil merah dengan bercak keputih-putihan
-    
Setelah dilakukan asuhan keperawatan  nyeri yang dialami pasien menurun
KH :
-    Pasien menunjukkan nyeri berkurang secara subjektif dan terlihat lebih rileks
1.   a. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan
2. 
3. b. Berikan analgetik, misalnya kodein; ASA dan darvan sesuai indikasi
    c. kolaborasi dengan tim medis yang lain
1.   a. Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien untuk tidak hanya fokus pada nyeri

3.  b. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
c.  c. Tindakan lebih terstruktur

2.
 BHarga diri rendah  berhubungan dengan penurunan fungsi tubuh
ddDs : Pasien mengatkan malu
    Do : Selalu berfikir negative
D
Setelah di berikan asuhan keperawatan pasien Tidak lagi mengalami harga diri rendah
KH : Pasien menyatakan pemahaman akan perubahan dan
penerimaan diri pada situasi yang ada dan optimis
a.Diskusikan situasi atau dorong pernyataan takut atau masalah,
jelaskan hubungan antara gejala dengan asal penyakit
b. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan yang positif,
perilaku bersahabat
c. Dorong keluarga/orang terdekat untuk menyatakan perasaa,
berkunjung atau berpartisipai pada perawatan
1        a. Pasien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh
b. Pemberian perawatan kadang-kadang memungkinkan
penilaian perasaan pasien untuk memuat upaya untuk
membantu pasien merasakan nilai pribadi.
c. Anggota keluarga dapat merasa bersalah tentang kondisi
2        pasien dan takut terhadap kematian

3
Hipertermi berhubungan dg respon inflamasi
Ds : Pasien mengeluh panas
Do : Suhu 38
hhSetelah di berikan asuhan keperwatan suhu tubuh pasien menurun
d  KH : akral pasien teraba tidak panas, suhu tubuhh menurun 37
1.      a. Kolaborasi pemberian Antipiretik
2.      Ex : Parasetamol
b. Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alcohol
3.       
1.      a. Dengan memberikan obat antipiretik, suhu badan pasien akan menurun
2.      b. Membantu mengurangi demam

4
Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi
tonsilektomi.
Ds : Pasien mengatakan takut
Do : Wajah meringis ketakutan
 Setelah di berikan asuham keperawatan Kecemasan berkurang atau  hilang
KH : Kecemasan berkurang ,monitor intensitas
kecemasan.
Ss a.  Kaji sejauh mana kecemasan klien
b. Informasikan pasien /orang terdekat tentang peran advokat
perawat intra operasi
c. Identifikasikan tingkat rasa cemas..
d. Beritahu pasien kemungkinan dilakukan operasi.
R
1.   a. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien
     b. Mengem
ba bangkan rasa percaya diri
    c. Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
     d. Mengurangi rasa takut
1.   

5
Jalan nafas tidak efektif   berhubungan dengan
penumpukan secret
Ds : Pasien mengeluh tidak bisa bernafas
Do : Ada secret/mukus
 Setelah di berikan asuhan keperawatan jalan nafas efektif kembali
KH : setelah dilakukan keperawatan resiko ketidak
efektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi
ditandai dengan tidak adanya sekret, suara nafas vesikuler, RR 20
a.Pantau irama atau frekuensi irama pernafasan
b. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya:
mengi, krekel, ronki
c. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
d.Dorong pasien untuk mengeluarkan lender secara perlahan ( Batuk efektif, di berikan fisioterapi dada)
d.Kolaborasi dengan dokter
R
a. Pernafasan dapat melambatkan dan frekuensi ekspirasi
memanjang di banding inspirasi
b. Bunyi nafas mengi, krekels, dan ronki terdengar pada
inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan secret
c. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi namun, pasien
dengan distresi berat akan mencari posisi yang paling
mudah untuk bernafas
d. jalan nafas efektif kembali
1
6
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan (Post Oprasi)

Ds : Pasien terlihat pusat
Do : Dehidrasi
Setelah di berikan asuhan keperawatan akan berkurang volume cairan yang terjadi

KH :  setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko
kekurangan volume cairan dapat terstasi ditandai
dengan tanda vital stabil, membran mukosa lembab,
l turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
a. Kaji atau ukur dan catat jumlah pendarahan
b. Awasi tanda vital: bandingkan dengan hasil normal
pasien/sebelumnya. Ukur TD dengan posisi duduk atau
berbaring serta ukur nadi
c. Catat respon fisiologi individual pasien terhadap perdarahan,
misalnya perubahan mental, kelemahan, gelisah, anietas, pucat,
berkeringant dll
d.Kolaborasi pemberian cairan
 a. Potensial kekurangan cairan, khususnya bila tidak ada
tambahan cairan
b. Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan
kasar kehilangan darah, missal nadi diduga 25%
penurunan >110
c. Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat
badan atau lamanya episode perdarahan.

7
 Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi ditandai
dengan luka terbuka
Ds : Pasien mengeluh sakit, nyeri dan panas
Do : Lingkungan kotor, personal higine rendah
Setelah di lakukan asuhan keperwatan pasien menyatakan pemahaman penyebab atau fakto
resiko individu
KH : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan resiko infeksi, menunjukkan tehnik
atu perubahan pola hidup untuk meningkatkan
li lingkungan yang nyaman
a.Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril

b. Tetap ada fasilitas control infeksi steril dan prosedur aseptic
c. Siapkan lokasi operasi menurut produsen khusus
1h a. Mengurangi kontaminasi silang
b. Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah
Infeksi
c. Meminimalkan jumlah bakteri pada lokasi operasi


8
 Resiko kurang nutrisi dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat

Ds : Pasien mengeluh sakit sakitan, lemes dan tidak punya tenaga
Do : Asupan makanan sedikit
     Setelah di lakukan asuhan keperawatan kebutuhan nutrisi  terpenuhi
KH: Kebutuhan nutrisi pasien adekuat, tidak ada tandatada
malnutrisi, mampu menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang diberikan atau
di butuhkan
d
   
 a. Awasi masukan dan berat badan sesuai indikasi
b. Auskultasi bunyi usus
c. Mulai dengan makan kecil dan tingkatkan sesuai toleransi
a. Memberikan informasi sehubungan dengan kebutuhan
nutrisi dan keefektifan terapi
b.Makan hanya dimulai setelah bunyi usus membaik setelah
c. Kandungan makan dapat mengakibatkan ketidak
toleransian, memerlukan perubahan pada kecepatan/tipe
formula


















Streptococcus hemolitikus tipe A
Virus hemolitikus influenza

Reaksi antigen dan antibody dalam tubuh

Antibody dalam tubuh tidak dapat melawan antigen (kuman)

Virus dan bakteri menginfeksi tonsil

Epitel terkikis

Inflamasi tonsil
Respon inflamasi

Pembengkakan tonsil

Pembengkakan tonsil

 


Nyeri saat menelan
Rangsang
termoregulasi
hipotalamus

Intake tidak
adekuat

Suhu tubuh

Resiko Kurang
Nutrisi

Hipertemi

Terputusnya pembuluh darah
Penumpukan sekret
Terputusnya keuntuhan jaringan
Luka terbuka
Pertahanan tubuh
Pemajanan mikroorganisme
Perdarahan
Jalan nafas tidak efektif

Resiko kekurangan volume cairan

Resiko infeksi
Sumbatan jalan nafas dan cerna

Tindakan tonsilektomi

Nyeri
Cemas
     Funsi tubuh
Harga Diri Rendah

Anoreksia
 

















BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitikus, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus seperti hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes. Sedangkan abses peritonsilar adalah penimbunan nanah pada tonsil ( Amandel) Dengan kata lain Abses peritonsilar adalah komplikasi dari tonsilitis dimana gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama ), pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, tenggorokan terasa kering, pernafasan bau, pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan lain sebagainya.

3.2 Saran
Kepada calon perawat masa depan khususnya instansi Ngudia Husada Madura untuk lebih memahami dan memperdalam tentang segala tentang masalah tonsilitis dan abses peritonsilar agar kelak saat bekerja dirumah sakit dan menemukan gejala alergi maka tonsilitis  pada pasien kita dapat memberikan asuhan keperawatan dengan tepat dan gelar perawat profesionalpun ada dalam genggaman kita. Amiiiinnnnn..




DAFTAR PUSTAKA

Www.Tonsilitis.com Di akses tanggal 20 september 2012 pukul 12 00
Www.Absesperitonsil.com Di akses tanggal 21 september 2012 pukul 13 00
Www.Legaletiskeperawatan.com Di akses tanggal 21 september 2012 pukul 13 00
Www.patofisiologitonsilitis.com Di akses tanggal 23 september 2012 pukul 19 00