Senin, 30 Juli 2012

Minum Obat dg Teh, Bolehkah??


Sakit adalah hal yang paling tidak disukai oleh semua orang, baik orang tua, dewasa, maupun anak-anak. Salah satu cara untuk mengatasi gejala penyakit adalah istirahat dan minum obat sesuai aturan pakai yang dianjurkan dokter atau apoteker.
Obat yang diresepkan dokter pada umumnya tidak enak rasanya saat diminum, malah rasanya cenderung pahit. Oleh karena itu, kita sering mengkonsumsi obat bersama makanan atau minuman yang mempunyai rasa manis untuk menutupi rasa pahit. Apalagi bila pasiennya adalah anak-anak yang biasanya meminum obat dalam bentuk puyer. Orang tua haruslah pandai mensiasati agar anak mau mengkonsumsi obat yang rasanya tidak enak tersebut, biasanya dengan mencampurkan obat dengan makanan atau minuman kesukaan anak mereka.


Salah satu alternatif meminum obat untuk mengurangi rasa tidak enak obat adalah minumnya dengan teh manis (Hidayat, 2010).
Teh merupakan minuman dengan rasa yang khas sekaligus bermanfaat untuk kesehatan. Biasanya teh digunakan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan dan mengkonsumsi obat. Harapannya, selain mendapatkan efek sehat dari obat, juga memperoleh efek sehat dari teh.
Masyarakat umumnya tidak mengetahui bahwa teh mengandung senyawa tanin. Tanin dalam teh dapat mengikat berbagai senyawa aktif obat sehingga sukar diabsorpsi atau diserap dari saluran pencernaan. Hal inil mengakibatkan khasiat dari obat berkurang, karena obat bebas yang dapat diabsorpsi oleh tubuh terbatas jumlahnya (Anonim, 2010). Maka seringkali obat sudah habis diminum, namun gejala sakit tidak segera hilang, karena ternyata efek obat tidak maksimal.


Selain mengganggu absorpsi obat, tanin dapat mengganggu distribusi obat ke jaringan (site of action). Tanin memiliki gugus fenol yang dapat berikatan dengan protein, sehingga jumlah protein bebas dalam tubuh berkurang. Hal ini akan mengakibatkan obat bebas yang berada di sistem sirkulasi tubuh tidak dapat berikatan dengan protein. Akibatnya, jumlah
obat dalam bentuk bebas akan meningkat. Peningkatan ini dapat berefek toksik karena obat dapat langsung menuju membran sel dan menimbulkan efek berlebihan dalam tubuh.


Teh juga mengandung kafein (walaupun konsentrasinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan kopi) namun teh juga mempunyai efek stimulan terhadap susunan syaraf pusat. Maka hindari mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung kafein (teh), jika dalam pengobatan menggunakan obat-obat yang juga dapat merangsang susunan syaraf pusat seperti obat-obat asma yang mengandung teofilin atau epinefrin (Anonim, 2010).
Teh memang memberikan efek kesehatan karena di dalam tubuh berfungsi sebagai antioksidan, untuk menangkap radikal bebas sehingga dapat menghambat penuaan (Arief, 2009). Namun ternyata setelah dilakukan penelitian, terdapat efek yang ditimbulkan makanan dan minuman yang diminum bersamaan dengan obat, yaitu interaksi obat dan makanan dapat mengurangi khasiat obat dan dapat membahayakan jiwa pasien (bila menimbulkan reaksi yang berlebihan pada susunan saraf pusat oleh kafein) (Anonim, 2010).
Maka dari itu memang benar pepatah yang mengatakan bahwa, lebih baik mencegah daripada mengobati, namun bila memang sudah sakit, tidak usah aneh-aneh dengan meminum obat dengan minuman berbagai rasa agar dapat mengurangi rasa tidak enak dari obat, karena efek yang ditimbulkan justru sebaliknya, yaitu tidak sembuh. Agar aman minumlah obat dengan air putih, karena air putih bersifat netral dan tidak memberikan efek bila bereaksi dengan obat, hanya melarutkan saja.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua dan lekas sembuh. 

Semoga Tuhan memberkati.

Referensi
Anonim, 2009, Interaksi Obat, http://pharmacyrspuriindah.blogspot.com/2009/02/interaksi-obat-drug-interaction.html, diakses tanggal 28 Maret 2010
Anonim, 2010 , Pengaruh Makanan dan Minuman Terhadap Obat, http://rumahkusorgaku.multiply.com/journal/item/9, diakses tanggal 28 Maret 2010

Info Oktober 2012 Anda Bisa Test HIV Di Rumah





Fokus dunia medis terhadap virus HIV semakin memberikan perkembangan yang berarti. Salah satu perkembangan terakhir adalah berita bahwa telah di approvenya sebuah alat tes HIV bernama ORA Quick yang dapat dilakukan di rumah. Alat ini akan menjadi alat test HIV pertama yg disetujui untuk pasar OTC alias Over The Counter alias dijual bebas di toko toko obat.

Ora Quick ini bisa mendeteksi reaksi antibodi kita terhadap HIV-1 maupun HIV-2 dengan cara menyeka bagian dalam gusi dalam mulut kita menggunakan alatnya. Dan hasilnya bisa diketahui dengan kurang dari 20 menit. Dengan dijualnya alat ini diharapkan mereka yang selama ini takut untuk mengetes status HIV mereka, dapat melakukannya di rumah sendiri dengan tenang tanpa tekanan dan dengan dukungan dari orang-orang yang mereka butuhkan. Dengan demikian mereka bisa segera mencari bantuan media yg mereka butuhkan tanpa harus menunda-nunda.

Tetapi perlu di ingat FDA sendiri mengatakan tingkat akurasi dari alat ini hanya 92%. Sehingga apabila ada temuan temuan yang perlu dipertanyakan, silahkan hubungi pihak medis untuk melakukan test lebih lanjut.

Alat ini sendiri akan tersedia pada bulan Oktober 2012 di toko-toko obat di Amerika. Biasanya sih kalau sudah tersedia seperti itu, kita yang di Indonesia tinggal menunggu saja ini untuk tersedia di toko toko obat kita juga.